Banyak hal baru, untuk pertama kalinya Timor Leste berpartisipasi dalam ajang Piala AFF
Edisi kelima Piala AFF yang dilaksanakan pada tahun 2004, disebut-sebut sebagai edisi yang penuh kejutan.
Ada serangkaian kejutan pada turnamen Piala Tiger 2004 (nama Piala AFF saat itu) di mana Malaysia menjadi tuan rumah bersama untuk pertama kalinya bersama Vietnam.
Dengan Brunei sekali lagi melewatkan acara tersebut untuk ketiga kalinya berturut-turut, turnamen tersebut menampilkan Timor Leste melakukan debut mereka.
Sebagai negara terakhir yang diakui secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengenalan Timor Leste memastikan bahwa ada tepat sepuluh tim yang ambil bagian yang kemudian membentuk dua fase grup.
Grup A memainkan semua pertandingan mereka di Stadion Thong Nhat di Kota Ho Chi Minh di Vietnam dan juga Stadion Nasional My Dinh di Hanoi dengan Stadion Lach Tray di Hai Phong sebagai alternatif.
Semua tim Grup B memainkan pertandingan mereka di Stadion Nasional Bukit Jalil di Malaysia dengan Stadion KLFA di Cheras sebagai alternatif.
GROUP A – Indonesia, Singapura, Vietnam, Laos dan Kamboja
Setelah nyaris kehilangan gelar dua tahun lalu di kandang, Indonesia hadir dalam turnamen dengan memasukkan Boaz Salossa yang masih sangat muda di mana bersama Firman Utina dan juga Ponaryo Astaman, tim kemudian memenangkan grup di depan tuan rumah Vietnam.
Singapura memiliki pelatih baru Radojko Avramovic dan di mana mereka juga telah menyuntikkan striker naturalisasi Itimi Dickson dan Agu Casimir ke dalam tim bersama dengan pendatang baru Lionel Lewis dan juga Khairul Amri yang pada waktu itu masih sangat belia.
Kekompakan mereka memberi kepercayaan diri tim saat pertandingan imbang mereka melawan tuan rumah Vietnam dan pada akhir fase grup, The Lions sukses menempati posisi kedua grup.
Vietnam yang pada dasarnya memiliki pemain yang sama seperti dua tahun lalu tidak cukup menunjukkan kualitas yang sama di kandang ketika mereka tersingkir dari babak penyisihan grup di bawah pelatih asal Brasil, Edson Tavares.
Tavares diganti sebelum pertandingan terakhir Vietnam di grup melawan Laos.
Kebetulan, turnamen tersebut juga menampilkan debut striker berusia 18 tahun Le Cong Vinh, yang kemudian menjadi salah satu pemain terbaik di regional ASEAN.
Laos sangat bergantung pada pemain muda mereka dengan Lamnao Singto melakukan debutnya seperti yang dilakukan oleh Teab Vathanak dan Hok Sochivorn dari Kamboja.
GROUP B – Myanmar, Malaysia, Thailand, Filipina dan Timor Leste
Ini adalah pertama kalinya Myanmar lolos ke semifinal dalam sepuluh tahun sejarah Piala Tiger sementara pada saat yang sama juga, itu juga pertama kalinya Thailand gagal lolos.
Di bawah pelatih kepala Ivan Kolev, Myanmar memperkenalkan Bo Bo Aung yang masih sangat muda ke dalam tim senior dan dengan Soe Myat Min sebagai kapten; tim berjuluk Asian Lions itu mengejutkan Malaysia dengan keluar sebagai jawara grup.
Untuk Malaysia, tim di bawah nahkoda Bertalan Bicskei, juga melakukan comeback dengan mengalahkan juara bertahan Thailand di depan ribuan suporter Malaysia.
Kemenangan itu memastikan Malaysia lolos saat Thailand berjuang dengan absennya Kiatasuk Senamuang dan juga Woorawot Srimaka.
Thailand menggunakan sebagian besar pemain muda untuk ikut dalam turnamen 2 tahunan tersebut dengan Therdsak Chaiman mungkin satu-satunya pemain veteran yang ada di dalam tim.
Filipina melihat pengenalan pemain asing mereka seperti Chris Greatwich dan juga Chad Gould tetapi mereka kurang bisa beradaptasi.
Timor Leste yang dilatih oleh Jose Luis dari Portugal jelas tidak bisa berbicara banyak karena minimnya pengalaman.
Ini adalah pertama kalinya semifinal dua leg dan juga final diperkenalkan.
Malaysia menampilkan performa yang bagus untuk menang di Jakarta tetapi mereka dikalahkan dalam pertandingan kedua oleh Indonesia di Kuala Lumpur dengan kalah agregat 5-3.
Myanmar harus memainkan permainan mereka di Stadion KLFA yang membuat mereka kalah tipis dari Singapura 4-3 sementara di pertandingan kedua Myanmar membalikkan keadaan untuk menang 2-1 di akhir laga.
Namun, Singapura memiliki keunggulan di perpanjangan waktu untuk mencetak tiga gol guna memenangkan laga menjadi 4-2.
Di final, Singapura tampil percaya diri dan berhasil mengalahkan Indonesia pada leg pertama di Jakarta sebelum melakoni penampilan serupa di Stadion Nasional Kallang beberapa hari kemudian.
Kemenangan itu memberi Singapura gelar ASEAN kedua mereka setelah memenangkannya untuk pertama kalinya pada tahun 1998.
Ada serangkaian kejutan pada turnamen Piala Tiger 2004 (nama Piala AFF saat itu) di mana Malaysia menjadi tuan rumah bersama untuk pertama kalinya bersama Vietnam.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Profil Tim Piala AFF 2020: Kamboja, Bukan Lumbung Gol Sudah Bagus
Profil Tim Piala AFF 2020: Kamboja, Bukan Lumbung Gol Sudah Bagus
Setelah nyaris kehilangan gelar dua tahun lalu di kandang, Indonesia hadir dalam turnamen dengan memasukkan Boaz Salossa yang masih sangat muda di mana bersama Firman Utina dan juga Ponaryo Astaman, tim kemudian memenangkan grup di depan tuan rumah Vietnam.
Hoy Radojko Avramović?? está cumpliendo 71 años ??
Uno de los mejores entrenadores de la historia de la selección de Singapur??.
Entre 2003 y 2012 fue seleccionador, ganó 3 veces la @affsuzukicup (2004/05, 2007 y 2012) ???
¡HB and good health, Coach Raddy! ?? pic.twitter.com/a8i6upT7AZ— Singapur ??? (?) (@TeamSinga) November 29, 2020
Kekompakan mereka memberi kepercayaan diri tim saat pertandingan imbang mereka melawan tuan rumah Vietnam dan pada akhir fase grup, The Lions sukses menempati posisi kedua grup.
Vietnam yang pada dasarnya memiliki pemain yang sama seperti dua tahun lalu tidak cukup menunjukkan kualitas yang sama di kandang ketika mereka tersingkir dari babak penyisihan grup di bawah pelatih asal Brasil, Edson Tavares.
Tavares diganti sebelum pertandingan terakhir Vietnam di grup melawan Laos.
Kebetulan, turnamen tersebut juga menampilkan debut striker berusia 18 tahun Le Cong Vinh, yang kemudian menjadi salah satu pemain terbaik di regional ASEAN.
Laos sangat bergantung pada pemain muda mereka dengan Lamnao Singto melakukan debutnya seperti yang dilakukan oleh Teab Vathanak dan Hok Sochivorn dari Kamboja.
GROUP B – Myanmar, Malaysia, Thailand, Filipina dan Timor Leste
Ini adalah pertama kalinya Myanmar lolos ke semifinal dalam sepuluh tahun sejarah Piala Tiger sementara pada saat yang sama juga, itu juga pertama kalinya Thailand gagal lolos.
Di bawah pelatih kepala Ivan Kolev, Myanmar memperkenalkan Bo Bo Aung yang masih sangat muda ke dalam tim senior dan dengan Soe Myat Min sebagai kapten; tim berjuluk Asian Lions itu mengejutkan Malaysia dengan keluar sebagai jawara grup.
Untuk Malaysia, tim di bawah nahkoda Bertalan Bicskei, juga melakukan comeback dengan mengalahkan juara bertahan Thailand di depan ribuan suporter Malaysia.
Kemenangan itu memastikan Malaysia lolos saat Thailand berjuang dengan absennya Kiatasuk Senamuang dan juga Woorawot Srimaka.
Thailand menggunakan sebagian besar pemain muda untuk ikut dalam turnamen 2 tahunan tersebut dengan Therdsak Chaiman mungkin satu-satunya pemain veteran yang ada di dalam tim.
Filipina melihat pengenalan pemain asing mereka seperti Chris Greatwich dan juga Chad Gould tetapi mereka kurang bisa beradaptasi.
Timor Leste yang dilatih oleh Jose Luis dari Portugal jelas tidak bisa berbicara banyak karena minimnya pengalaman.
Ini adalah pertama kalinya semifinal dua leg dan juga final diperkenalkan.
Malaysia menampilkan performa yang bagus untuk menang di Jakarta tetapi mereka dikalahkan dalam pertandingan kedua oleh Indonesia di Kuala Lumpur dengan kalah agregat 5-3.
Myanmar harus memainkan permainan mereka di Stadion KLFA yang membuat mereka kalah tipis dari Singapura 4-3 sementara di pertandingan kedua Myanmar membalikkan keadaan untuk menang 2-1 di akhir laga.
Namun, Singapura memiliki keunggulan di perpanjangan waktu untuk mencetak tiga gol guna memenangkan laga menjadi 4-2.
Di final, Singapura tampil percaya diri dan berhasil mengalahkan Indonesia pada leg pertama di Jakarta sebelum melakoni penampilan serupa di Stadion Nasional Kallang beberapa hari kemudian.
Kemenangan itu memberi Singapura gelar ASEAN kedua mereka setelah memenangkannya untuk pertama kalinya pada tahun 1998.