Satu pemain menjadi idola di Liga Jepang.
Timnas Thailand adalah negara paling sukses dalam gelaran Piala AFF, yakni dengan torehan 5 gelar. Tetapi, mereka sudah cukup lama tak lagi memenangkan ajang dua tahunan paling bergengsi di Asia Tenggara tersebut sejak 2016.
Namun, yang paling dikenang tentu saja pada 2014, tahun dimana mereka diperkuat oleh sejumlah anak-anak muda. Tahun itu disebut-sebut sebagai generasi emas Thailand.
Saat itu War Elephants dilatih oleh legenda sepakbola mereka sendiri, Kiatisuk Senamuang. Mereka meraih tiga kemenangan berturut-turut di babak penyisihan grup. Thailand meraih kemenangan atas Singapura, Malaysia, dan Myanmar.
Mereka juga memenangkan pertandingan semifinal saat berhadapan dengan Filipina dengan agregat 3-0.
Di babak final, sekali lagi Thailand bertemu dengan Malaysia. Mereka kembali menunjukkan dominasi setelah mengalahkan Negeri Jiran dengan agregat 2-0.
Kita lantas bertanya, atau tujuh tahun kemudian menjelang edisi ke-13 turnamen ini, seperti apa yang telah dicapai para tokoh kunci dari generasi emas Thailand itu. Dan inilah sedikit ulasannya:
Kawin Thamsatchanan
Setelah pertama kali menarik perhatian dua tahun sebelumnya saat Thailand menjadi runner-up di bawah Singapura, Kawin Thamsatchanan tampil sangat bagus hingga pertahanan Thailand sulit dibobol. Thamsatchanan saat itu berusia 24 tahun pada 2014.
Setelah menjadi bagian dari tim Muangthong United yang mencapai babak 16 besar Liga Champions AFC pada 2017, Kawin berkiprah di klub asal Belgia, OH Leuven.
Tanaboon Kesarat
Penampilannya di Piala AFF edisi itu terlihat sangat menjanjikan dan Kesarat digadang-gadang bisa menjadi salah satu bek terbaik Thailand, meskipun dia juga memiliki kemampuan yang sama di lini tengah.
Namun, cedera menghancurkan karier Kesarat. Dia telah bermain untuk empat klub berbeda dalam lima tahun terakhir, meskipun pemain berusia 28 tahun itu masih memiliki waktu mengembalikan kariernya. Dia juga berpeluang menambah 51 caps bersama timnas Thailand.
Sarach Yooyen
Mengingat masuknya pemain Thailand ke Jepang dalam beberapa tahun terakhir, sepertinya mengejutkan bahwa Sarach Yooyen belum tampil di Liga J1 bersama banyak rekan senegaranya.
Sarach menghabiskan lebih dari satu dekade di Muangthong sebelum pindah ke BG Pathum United tahun lalu, di mana dia membawa klub itu menjadi juara Liga 1 Thailand untuk ketiga kalinya.
Narubadin Weerawatnodom
Satu lagi dari bintang muda Thailand yang bersinar pada 2014, Narubadin Weerawatnodom akhirnya akan memperkuat Thailand lagi dalam edisi terbaru ini.
Dia sempat berkutat dengan cedera ligamen serius. Tetapi, bek kanan yang lama bermain untuk Buriram United itu telah bugar sepenuhnya. Dia siap tampil lebih baik lagi, baik untuk klub maupun negara.
Charyl Chappuis
Pada 2009, pemain keturunan Swiss ini pernah menjuari Piala Dunia U-17. Dia kemudian memutuskan membela Thailand sebagai tempat berlabuh.
Dengan bekal itu, Chappuis menjadi andalan timnas Thailand pada 2014. Dia muncul sebagai pencetak gol terbanyak War Elephants dengan empat gol, meskipun bukan seorang striker.
Chanathip Songkrasin
Setelah sebagian besar duduk di bangku cadangan dua tahun sebelumnya, Chanathip yang saat itu berusia 21 tahun membuktikan dirinya sebagai pemain yang bisa diandalkan.
Dalam edisi Piala AFF saat itu, Songkrasin dinobatkan sebagai pemain terbaik - suatu prestasi dia akan mengulanginya dua tahun kemudian.
Chanathip juga menjadi pemain pertama dari negaranya yang tampil di J1 League pada 2017 setelah pindah ke Consadole Sapporo, di mana dia bertahan hingga hari ini. Dia telah menjadi salah satu sosok yang diidolakan.
Adisak Kraisorn
Dengan Teerasil Dangda, striker terkemuka Thailand dalam dekade terakhir absen pada 2014, Kraisorn mendapat beban mencetak gol. Dia menjawab tugasnya dengan baik di dua edisi selanjutnya, 2016 dan 2018.
Striker Muangthong United itu pernah mencetak enam gol dalam kemenangan 7-0 atas Timor-Leste pada AFF 2018 - kurang satu gol dari tujuh gol Noh Alam Shah pada 2007.
Namun, yang paling dikenang tentu saja pada 2014, tahun dimana mereka diperkuat oleh sejumlah anak-anak muda. Tahun itu disebut-sebut sebagai generasi emas Thailand.
BACA ANALISIS LAINNYA
Rising Stars yang Layak Diperhatikan di Piala AFF 2020
Rising Stars yang Layak Diperhatikan di Piala AFF 2020
Kita lantas bertanya, atau tujuh tahun kemudian menjelang edisi ke-13 turnamen ini, seperti apa yang telah dicapai para tokoh kunci dari generasi emas Thailand itu. Dan inilah sedikit ulasannya:
BACA ANALISIS LAINNYA
Apa Kabarnya? 6 Transfer Pochettino di Tottenham Hotspur
Apa Kabarnya? 6 Transfer Pochettino di Tottenham Hotspur
Setelah pertama kali menarik perhatian dua tahun sebelumnya saat Thailand menjadi runner-up di bawah Singapura, Kawin Thamsatchanan tampil sangat bagus hingga pertahanan Thailand sulit dibobol. Thamsatchanan saat itu berusia 24 tahun pada 2014.
Setelah menjadi bagian dari tim Muangthong United yang mencapai babak 16 besar Liga Champions AFC pada 2017, Kawin berkiprah di klub asal Belgia, OH Leuven.
Penampilannya di Piala AFF edisi itu terlihat sangat menjanjikan dan Kesarat digadang-gadang bisa menjadi salah satu bek terbaik Thailand, meskipun dia juga memiliki kemampuan yang sama di lini tengah.
Namun, cedera menghancurkan karier Kesarat. Dia telah bermain untuk empat klub berbeda dalam lima tahun terakhir, meskipun pemain berusia 28 tahun itu masih memiliki waktu mengembalikan kariernya. Dia juga berpeluang menambah 51 caps bersama timnas Thailand.
Mengingat masuknya pemain Thailand ke Jepang dalam beberapa tahun terakhir, sepertinya mengejutkan bahwa Sarach Yooyen belum tampil di Liga J1 bersama banyak rekan senegaranya.
Sarach menghabiskan lebih dari satu dekade di Muangthong sebelum pindah ke BG Pathum United tahun lalu, di mana dia membawa klub itu menjadi juara Liga 1 Thailand untuk ketiga kalinya.
Narubadin Weerawatnodom
Satu lagi dari bintang muda Thailand yang bersinar pada 2014, Narubadin Weerawatnodom akhirnya akan memperkuat Thailand lagi dalam edisi terbaru ini.
Dia sempat berkutat dengan cedera ligamen serius. Tetapi, bek kanan yang lama bermain untuk Buriram United itu telah bugar sepenuhnya. Dia siap tampil lebih baik lagi, baik untuk klub maupun negara.
Charyl Chappuis
Pada 2009, pemain keturunan Swiss ini pernah menjuari Piala Dunia U-17. Dia kemudian memutuskan membela Thailand sebagai tempat berlabuh.
Dengan bekal itu, Chappuis menjadi andalan timnas Thailand pada 2014. Dia muncul sebagai pencetak gol terbanyak War Elephants dengan empat gol, meskipun bukan seorang striker.
Chanathip Songkrasin
Setelah sebagian besar duduk di bangku cadangan dua tahun sebelumnya, Chanathip yang saat itu berusia 21 tahun membuktikan dirinya sebagai pemain yang bisa diandalkan.
Dalam edisi Piala AFF saat itu, Songkrasin dinobatkan sebagai pemain terbaik - suatu prestasi dia akan mengulanginya dua tahun kemudian.
Chanathip juga menjadi pemain pertama dari negaranya yang tampil di J1 League pada 2017 setelah pindah ke Consadole Sapporo, di mana dia bertahan hingga hari ini. Dia telah menjadi salah satu sosok yang diidolakan.
Adisak Kraisorn
Dengan Teerasil Dangda, striker terkemuka Thailand dalam dekade terakhir absen pada 2014, Kraisorn mendapat beban mencetak gol. Dia menjawab tugasnya dengan baik di dua edisi selanjutnya, 2016 dan 2018.
Striker Muangthong United itu pernah mencetak enam gol dalam kemenangan 7-0 atas Timor-Leste pada AFF 2018 - kurang satu gol dari tujuh gol Noh Alam Shah pada 2007.