Apa yang anda bayangkan jika menyebut pemain Portugal kelahiran Brasil, Pepe? Brutal? Kasar? Kejam? Sangar? Semua atribut itu benar mengingat pemain yang kini kembali membela FC Porto tersebut punya reputasi menakutkan sebagai tukang jagal pemain depan lawan.
Tapi, dibalik semua atribut mengerikan tersebut, tidak banyak yang tahu ternyata Pepe masuk kategori "anak mama". Fakta, eks pemain Real Madrid itu masih berada di tempat tidur yang sama dengan ibunya sampai berumur 17 tahun.
Berbicara kepada salah satu media di Portugal, Tribuna Expresso, Pepe menjelaskan rahasia masa kecilnya yang selalu disimpan hingga bertahun-tahun kemudian. "Sampai saya datang ke Portugal, pada usia 17 tahun, saya masih tidur dengan ibu saya. Jadi, bayangkan bagaimana rasanya," ucap Pepe tertawa.
Meski mewakili Portugal di level tim nasional, Pepe sebenarnya lahir dan dibesarkan di Brasil. Dia memutuskan berganti paspor di fase akhir masa remaja saat pindah ke Funchal, Madeira, untuk bergabung dengan Akademi Maritimo. Itu adalah klub di kampung halaman Cristiano Ronaldo.
"Saya sudah besar dan saya tidur dengan orang tua saya. Jadi, saya membayangkan ayah saya tidak suka saya di sana," tambah pemilik nama lengkap Kepler Laveran de Lima Ferreira itu.
"Ini menarik. Suatu hari saya sedang berbicara dengan ibu saya dan dia mengatakan kepada saya bahwa saya sangat suka mengacak-acak rambutnya dengan tangan. Lalu, saya mengatakan kepadanya bahwa mungkin saya sudah tahu bahwa akan terlalu banyak waktu untuk menjauh darinya," beber Pepe.
Pepe menandatangani kontrak dengan Maritimo dan membuat 64 penampilan untuk klub tersebut sebelum bergabung dengan Porto untuk pertama kalinya pada 2004. Di sana, dia memenangkan gelar liga berturut-turut.
Namun, yang paling diingat tentu saja adalah saat-saat Pepe berada Madrid. Di Estadio Santiago Bernabeu, dia mendapatkan reputasinya sebagai bek dengan tekel yang tangguh. Dia memenangkan tiga gelar La Liga dan tiga trofi Liga Champions dalam 334 pertandingan selama sembilan musim.
Setelah bermain bersama Besiktas di Turki, pemain berusia 38 tahun itu kini kembali ke Porto. Dia menjadi kapten tim untuk meraih gelar ganda di Liga dan Piala Portugal pada 2019/2020.
Pada pertandingan Liga Champions terbaru melawan Atletico Madrid, Pepe melakukan hal yang biasa dia lakukan di lapangan, yaitu kekerasan. Pertandingan berlangsung penuh ketegangan dengan dua kartu merah.
Saat itu, Pepe memutuskan untuk berjalan ke sekelompok pemain Los Colchoneros dan berteriak di depan Mario Hermoso sebelum menerima kartu kuning karena perilaku tidak sportif. Itu adalah kartu kuning ke-167 yang dikoleksi Pepe. Sementara untuk kartu merah, jumlahnya 12.