Mayoritasnya gagal juara, kecuali satu tim. Siapa mereka? Inilah statistiknya.
Liverpool, Ajax Amsterdam, dan Bayern Muenchen menjadi tiga tim yang mencatatkan rekor kemenangan 100 persen di Liga Champions 2021/2022. Ketiganya mencatatkan enam kemenangan dari enam pertandingan. Tapi, apakah hanya mereka bertiga saja yang pernah melakukannya? Dan, bagaimana hasil akhirnya?

Memenangkan pertandingan di Liga Champions bukan sekedar gengsi, melainkan juga bertambahnya pundi-pundi keuangan klub. Pasalnya, setiap kemenangan di fase grup bernilai 2,8 juta euro (Rp45,4 miliar).

Namun, untuk bisa memenangkan pertandingan bukan pekerjaan mudah. Apalagi, sampai menyapu bersih semua poin. Pasalnya, Liga Champions adalah kompetisi yang sangat bergengsi dengan klub-klub peserta terbaik di Benua Biru. Karena itu, bisa memenangkan semua pertandingan membuat klub sangat bangga.

Berikut ini 7 nasib akhir ketika sebuah klub peserta Liga Champions mencatatkan enam kemenangan di fase grup:


1. Musim 1992/1993 (AC Milan gagal di final)

Selama kampanye 1992/1993, klub harus maju melalui dua babak sistem gugur sebelum mencapai babak penyisihan grup. Milan menang dengan mudah di keduanya, memenangkan keempat leg, dan kemudian memenangkan semua enam pertandingan di Grup B melawan IFK Goteborg, FC Porto, dan PSV Eindhoven.

Sialnya, I Rossoneri justru kalah di final dari Marseille. Tim Ligue 1 itu menang 1-0 berkat gol Basile Boli. Tapi, Milan merayakan gelar yang tertunda itu, 12 bulan kemudian, setelah mengalahkan Barcelona 4-0 di final 1993/1994.




2. Musim 1994/1995 (PSG kalah di semifinal)

Paris Saint-Germain (PSG) datang melalui pertandingan babak kualifikasi dengan Vac FC-Samsung tanpa terkalahkan untuk mencapai babak grup 1994/1995. Musim itu, mereka tergabung bersama Bayern, Spartak Moscow, dan Dynamo Kiev untuk meraih enam kemenangan sebelum mencapai perempat final.

Memiliki pasukan penuh talenta, seperti George Weah dan David Ginola, PSG mampu mengalahkan Barcelona dalam dua leg sebelum berhadapan dengan AC Milan di semifinal. Tapi, PSG terhenti di tangam I Rossoneri.


3. Musim 1995/1996 (Spartak Moscow kalah di perempat final)

Spartak diberi grup yang relatif mudah yang terdiri dari Legia Warzsawa, Rosenborg, dan Blackburn Rovers pada 1995/1996. Mereka mengambil keuntungan penuh dengan berhasil mencapai perempat final melalui catatan 100 persen.

Namun, petualangan Eropa mereka segera berakhir. Kekalahan 0-2 pada leg pertama melawan FC Nantes membuat mereka menghadapi perjuangan berat karena pada pertandingan kedua hanya bisa imbang 2-2.




4. Musim 2002/2003 (Barcelona kalah di perempat final)

Setelah mengalahkan Legia Warzsawa dari Polandia di babak kualifikasi ketiga untuk mencapai babak grup pertama, Barcelona mengalahkan Lokomotiv Moscow, Club Brugge, dan Galatasaray masing-masing dua kali untuk mencapai babak grup kedua.

Di sana, mereka melanjutkan penampilan yang tak tertahankan. Mereka hanya kehilangan dua poin untuk muncul di puncak klasemen setelah menghadapi Inter Milan, Newcastle United, dan Bayer Leverkusen. Tapi, di perempat final, Barcelona justru menyerah dari Juventus dengan agregat 2-3 setelah perpanjangan waktu.


5. Musim 2011/2012 (Real Madrid kalah di semifinal)

Bermain di grup yang berisi Lyon, Ajax, dan Dinamo Zagreb pada 2011/2012 bukanlah tugas terberat bagi Real Madrid yang perkasa. Los Blancos menang dalam enam pertemuan, mencetak 19 gol dan hanya kebobolan dua kali. Kemudian, Madrid menghadapi CSKA Moscow di babak 16 besar dan APOEL Nicosia di perempat final.

Sayang, di semifinal, Madrid berjumpa Bayern. Perjalanan mereka berakhir secara dramatis setelah kalah dalam adu penalti selepas bermain imbang 3-3 dalam dua pertandingan.




6. Musim 2014/2015 (Real Madrid kalah di semifinal)

Los Blancos bermain dalam satu grup bersama FC Basel, Ludogorets, dan Liverpool pada 2014/2015. Sekali lagi, mereka hanya kebobolan dua kali. Mereka juga mencetak 16 gol, dengan Cristiano Ronaldo lima dan Karim Benzema empat.

Setelah mengalahkan Schalke 04 di babak 16 besar dan Atletico Madrid di perempat final, tim asuhan Carlo Ancelotti menghadapi Juventus di semifinal. Jagoan Italia memiliki keunggulan agregat 3-2 untuk maju ke final. Tapi, mereka tidak berakhir dengan trofi setelah Barcelona menang 3-1 di Berlin.


7. Musim 2019/2020 (Bayern Muenchen juara)

Babak penyisihan grup 2019/2020 dijalani Bayern dengan dominasi. Dalam enam pertandingan, mereka mencetak 24 gol, termasuk tujuh dalam kemenangan atas Tottenham Hotspur dan enam dalam kemenangan melawan Red Star Belgrade. 

Setelah mengalahkan Chelsea di babak 16 besar, Covid-19 datang dan Liga Champions terpaksa ditunda beberapa bulan. Perempat final, semifinal, dan final kemudian dilanjutkan pada musim panas dengan pertandingan tunggal di Portugal.

Perubahan format dan jeda yang panjang tidak menghentikan raksasa Bavaria itu. Mereka mengalahkan Barcelona 8-2 di perempat final, Lyon 3-0 di semifinal, dan PSG 1-0 di final. Itu artinya, FC Hollywood menjadi satu-satunya klub yang mampu menjuarai Liga Champions setelah mencatatkan rekor 100 persen di fase grup.