Satu lagi pelatih muda berbakat dari Jerman yang siap mengguncang sepakbola Eropa.
Pria kelahiran Italia berpaspor Jerman itu sekarang akan menjalani masa jabatan kedua sebagai pelatih untuk klub Bundesliga, setelah dipecat Schalke pada Maret 2021. Setelah itu, dia pergi ke Rusia untuk menangani Spartak Moscow dan dianggap banyak orang cukup sukses.
Mirip Indonesia, Pelatih Thailand juga Latih Cara Cetak Gol yang Benar
1. Memiliki awal yang memecahkan rekor
Pelatih berusia 36 tahun itu lahir di selatan Italia dan dibesarkan di dekat Stuttgart di Jerman. Tedesco memulai karier kepelatihannya di tim junior VfB Stuttgart dan Hoffenheim. Tim lapis kedua Erzgebirge Aue kemudian mengambil kesempatan merekrut Tedesco pada Maret 2017.
Heidel sebelumnya memberi Juergen Klopp dan Thomas Tuchel sebuah awal di Mainz. Selanjutnya, dia menawarkan Tedesco yang berusia 31 tahun pengalaman pertamanya di Bundesliga. "Dia tidak bisa duduk lima menit di meja tanpa menggambarkan beberapa taktik atau lainnya. Dia memikirkannya dari fajar hingga senja," ujar Heidel.
Bagaimana Akhirnya? 7 Musim Saat Sebuah Klub 100% di Fase Grup Liga Champions
Dengan referensi yang bersinar seperti itu, tidak mengherankan jika hasilnya mengikuti. Tedesco membawa Schalke ke posisi kedua di musim debut. Artinya, klub kembali ke Liga Champions untuk pertama kalinya selama empat tahun.
2. Teman sekelas Julian Nagelsmann
Bakat Tedesco terlihat jelas di Sekolah Kepelatihan DFB. Di sana, dia lulus pada 2016. Salah satu teman sekelasnya tidak lain adalah bos Bayern Muenchen saat ini, Julian Nagelsmann. Saat itu, Nagelsmann diangkat sebagai pelatih kepala Hoffenheim pada usia 28 tahun, pada Februari 2016. Dia sibuk menyelamatkan mereka dari degradasi sambil menyelesaikan studinya bersama Tedesco.
Kedua pelatih muda berbakat itu telah mengikuti jalan yang sama sejak itu. Beberapa bulan setelah Nagelsmann mengosongkan perannya, Tedesco menjadi pelatih Hoffenheim U-19. Tedesco kemudian melangkah ke kursi panas Leipzig di tahun yang sama ketika Nagelsmann meninggalkan klub ke Bayern.
3. Sangat berbakat dan multitalenta
Tedesco tidak pernah berhasil sebagai pemain. Tapi, dia memiliki banyak pilihan karier lain sebelum bekerja penuh waktu di industri sepakbola. Pengalaman kerja selama empat minggu di departemen olahraga sebuah surat kabar memberi Tedesco remaja rasa seperti apa karier jurnalisme nantinya.
Namun, dia mengambil gelar Sarjana di bidang Teknik Industri dan Master dalam Manajemen Inovasi. Uniknya, sepakbola adalah hasratnya yang sebenarnya. Dan, untuk mencapai semua yang dia lakukan di usia yang sangat muda memerlukan beberapa pengorbanan sosial.
"Jika anda sedang belajar dan sekaligus mencoba mengejar lisensi kepelatihan sepakbola anda, maka anda tidak bisa benar-benar keluar minum setiap Jumat dan Sabtu malam," kata Tedesco.
Sebelum menjadi pelatih penuh waktu, Tedesco juga meluangkan waktu untuk menggunakan studi akademisnya saat bekerja atas nama produsen mobil besar. Heidel merasa bahwa semua pengalaman hidup yang dikumpulkan pelatih muda selama bertahun-tahun akhirnya membantunya berhasil dalam profesi pilihannya.
4. Menguasai banyak bahasa asing
Setelah meninggalkan Schalke pada Maret 2019, peran Tedesco berikutnya di Spartak Moscow. Di Rusia, dia sekali lagi menunjukkan bahwa kesuksesan bukanlah kebetulan. Dia meningkatkan statistik permainan Spartak secara signifikan. Dia membantu mereka finish kedua untuk musim 2020/2021.
Penguasaan bahasa telah memungkinkan Tedesco untuk menyampaikan pesannya di lingkungan yang berbeda. Selain fasih berbahasa Jerman dan Italia, dia juga mampu berbicara Bahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol dengan sangat bagus. Dan, tak lupa, di Spartak, dia pertama-tama belajar Bahasa Rusia.
"Hal terbesar, dan yang menurut saya paling penting, adalah bagaimana pelatih memimpin orang. Lalu, bagaimana anda memotivasi pemain untuk berlari menembus tembok bata untuk klub dan bagaimana anda membantu mereka memaksimalkan potensi mereka," ungkap Tedesco.
5. Terlibat dalam laga Bundesliga terbaik sepanjang masa
Pada 25 November 2017, sepertinya akan menjadi hari yang kelam dalam sejarah Schalke. The Royal Blues telah memasuki match day 13 di urutan kedua di klasemen dan hanya enam poin di belakang pemimpin Bayern Muenchen. Tapi, mereka tertinggal 0-4 dari rival domestik Borussia Dortmund di Revierderby setelah hanya 25 menit.
Pasukan Tedesco beruntung tidak tertinggal lebih jauh di awal babak kedua. Tapi, kemudian sesuatu yang sensasional terjadi.
Pertama, Guido Burgstaller mencetak gol pada menit 61 dengan sebuah sundulan. Empat menit kemudian, Amine Harit dibiarkan tanpa penjagaan untuk mengubah skor menjadi 2-4. Dengan waktu empat menit, Daniel Caligiuri masuk ke area penalti untuk mencetak gol ketiga. Kemudian, pada menit 94, Naldo bangkit untuk menyambut sepak pojok dan mencetak gol penyeimbang paling dramatis.
"Sangat sepi," kata Tedesco kepada bundesliga.com akhir musim itu ketika menjelaskan seperti apa ruang ganti Schalke selama jeda babak pertama.
"Jelas, para pemain sedikit turun dan tenggelam dalam diri mereka sendiri. Saya baru saja mengatakan pertama dan terutama bahwa saya merasa kasihan pada mereka. Mereka tidak pantas menerima ini. Tapi, kita masih bisa menyelesaikannya. Kami ada untuk anda sebagai tim pelatih. Saya akan berdiri selama 90 menit. Bahkan, jika itu 0-6. Sekarang mari kita coba dan menangkan babak kedua," kata Tedesco kepada pemainnya saat itu.
• Took Erzgebirge Aue from bottom of Bundesliga 2 to 14th, winning six of his 11 games
— The Coaches' Voice (@CoachesVoice) December 9, 2021
• Guided Schalke to second in the Bundesliga
• Champions League qualification with Spartak Moscow#RBLeipzig have appointed 36-year-old Domenico Tedesco as their new head coach ???? pic.twitter.com/5l4HJ8XGf4