Tato yang menjadi bukti kesetiaannya di Merseyside.
Di era modern ini, sulit bagi seorang pemain untuk tampil bagus secara konsisten di satu klub meski dikenang sebagai legenda. Tetapi, seorang Daniel Agger berhasil melakukannya di Liverpool.

Bek tengah asal Denmark itu pada mulanya adalah pemain yang relatif tidak dikenal ketika dia tiba pada Januari 2006. Agger diboyong The Reds dari klub lokal, Brondby IF.

Skeptisme para penggemar akan segera berubah ketika Agger membantu tim yang kala itu dibesut Rafael Benitez meraih kesuksesan di Piala FA dan Community Shield dalam tahun pertamanya di Merseyside. Agger tidak butuh waktu lama untuk memenangkan hati suporter Liverpool.

Delapan setengah tahun dan 232 penampilan merupakan catatan yang membuat Agger dikenang dengan baik dan terhormat di Anfield. Waktu Agger di Merseyside mungkin terhambat oleh masalah cedera, tetapi hasratnya tidak hanya untuk sepakbola secara umum. Dia memberikan segalanya bagi Liverpool dan kota yang memiliki ikatan yang luar biasa, sebuah hubungan yang mesra antara pemain dan pendukung.

Sementara kariernya di Liverpool dinilai oleh banyak orang gagal, Agger seumpama nyala terang di masa sulit bagi The Reds. Karena alasan itu, ikatan itu tidak akan pernah putus.



Momen Kehebatan Daniel Agger

Meskipun Agger tidak memiliki kecepatan, kemampuannya membaca permainan tidak ada duanya.

Kemampuannya untuk melangkah keluar dari pertahanan dan mengambil umpan merupakan hal luar biasa. Kaki kirinya kerap menjadi awal serangan Liverpool. Dan, 14 gol dalam waktunya untuk The Reds membuktikan bahwa dia juga seorang yang bisa memaksimalkan kesempatan.

Gol pertamanya untuk Liverpool adalah salah satu bukti tak terbantahkan, di mana dia melepaskan sepakan keras terukur dari jarak 35 yard (32 meter) yang membuat Roy Carroll terpaku.

Dia juga pernah mencetak gol indah pada April 2009 melawan Blackburn, sebuah gol yang didedikasikan Agger untuk 96 korban bencana Hillsborough. Dia adalah pemain yang selalu mengerti apa artinya bermain untuk klub.

Mungkin, penampilan Agger yang paling berkesan datang di leg kedua semifinal Liga Champions pada 2007.

Kekalahan 1-0 di Stamford Bridge di leg pertama berarti Liverpool memiliki sedikit ruang untuk kesalahan di leg kedua, dan Agger dianggap bersalah atas gol Chelsea di pertandingan itu. Itu berarti Agger membutuhkan penampilan heroik saat tampil di Anfield.

Setelah berjuang untuk menahan Didier Drogba di leg pertama, dia tidak membiarkan pemain Pantai Gading itu untuk membodohinya lagi pada pertemuan kedua.

Liverpool kemudian memenangkan pertandingan melalui adu penalti dan mengatur pertemuan dengan AC Milan dalam pertandingan ulang dari final Istanbul yang terkenal pada 2005.

Menyusul kedatangan Brendan Rodgers sebagai manajer, dan dengan cedera yang masih menghambat peluangnya untuk bermain, menjadi jelas bahwa karier Agger di Liverpool hampir berakhir.

Pada 2014, Agger mengucapkan selamat tinggal kepada The Kop setelah mencetak gol ke-14 saat membawa Liverpool menang atas Newcastle 2-1.

Agger menerima tawaran untuk bergabung dengan Manchester City dan Barcelona selama waktunya bersama Liverpool, tetapi tidak pernah ingin pergi. Dia setia dan dia mencintai klub Merseyside.

Ketika Agger akhirnya terpaksa pergi, tidak mengherankan jika dia kembali ke Denmark dan klub masa kecilnya, Brondby.

“Saya tidak akan pergi dari sini untuk pergi ke tempat lain dan itu telah dibuktikan dengan tindakan saya di beberapa musim terakhir,” katanya.

Dengan tato YNWA di sela-sela jari tangan kanannya, wajar untuk mengatakan bahwa tidak ada yang akan meragukan kesetiaan Agger kepada Liverpool.