Mereka adalah orang hebat yang jadi inspirator dan panutan rekan-rekannya di lapangan.
Di sepakbola, peran kapten sebenarnya tidak terlalu menonjol seperti dalam beberapa olahraga tim lainnya. Tapi, ini tetap menjadi posisi yang strategis. Menjadi kapten yang baik berarti dapat memimpin pasukannya di lapangan dengan memberi contoh ketika semangat tim sedang turun.
Momen Erling Haaland Bikin Gol Sundulan Super Tinggi, Mirip Cristiano Ronaldo
5. Javier Zanetti (Inter Milan)
Tidak dapat disangkal bahwa mantan pemain timnas Argentina itu memainkan peran kunci ketika Inter Milan meraih treble kontinental pada 2009/2010. Javier Zanetti mengerahkan rekan-rekannya dalam leg kedua semifinal Liga Champions yang epik di Camp Nou ketika Barcelona sedang berburu gol.
Kisah New York City Juara MLS Setelah Ditinggal Lampard, Pirlo, David Villa, dkk
4. Peter Schmeichel (Manchester United)
Peter Schmeichel adalah salah satu kiper paling berprestasi yang pernah menghiasi Liga Champions. Kiper yang eksentrik, tapi brilian. Pemenang Euro 1992 itu adalah sosok yang terpilih untuk menjadi kapten Manchester United di final Liga Champions 1998/1999 melawan Bayern Muenchen. Itu karena kapten reguler klub, Roy Keane, tidak bisa diturunkan karena cedera.
Kombinasi penyelamatan bagus dari Schmeichel sepanjang laga membuat Bayern frustrasi. Ditambah sentuhan keberuntungan membuat MU, yang sempat tertinggal satu gol saat memasuki injury time, berbalik unggul. Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer mencetak gol berturut-turut untuk mematahkan hati fans Bayern. Mu menjadi tim Inggris pertama yang memenangkan treble kontinental.
3. Steven Gerrard (Liverpool)
Steven Gerrard adalah salah satu kapten terhebat dalam sejarah Liga Champions. Dia seorang legenda Liverpool. Gerrard membawa Liverpool dengan penuh perjuangan di final epik pada 2004/2005 melawan AC Milan yang disebut sebagai The Miracle of Istanbul.
Saat itu, Milan unggul tiga gol di babak pertama. Tapi, Gerrard memimpin rekan-rekannya dengan cara yang spartan. Gerrard adalah orang yang memulai comeback dengan mencetak gol sundulan. Itu memberi keyakinan kepada rekan satu timnya bahwa pertandingan tidak akan berakhir sia-sia.
Gerrard akan memimpin Liverpool ke final Liga Champions melawan lawan yang sama dua tahun kemudian. Tapi, tidak ada pengulangan Istanbul.
16 years ago, one man stepped up to the occasion to lift the belief of his teammates & the millions watching around the world to deliver his team the most amazing comeback of all time in a Champions League final. The miracle of Istanbul & that UCL journey is Steven Gerrard #LFC pic.twitter.com/6v0AfVnU5l
— FantasticFirmino9 (@MPBFirmino9) May 25, 2021
2. Paulo Maldini (AC Milan)
Paolo Maldini secara luas dianggap sebagai salah satu bek sayap terbaik di dunia. Meski tidak membuat banyak kontribusi gol seperti yang dilakukan bebarapa full back modern, Maldini adalah tembok kokoh I Rossoneri. Dan, itulah satu-satunya klub yang pernah dia bela.
Selama karier legendaris yang membentang dua setengah dekade, Maldini akan membawa Milan ke tiga final Liga Champions dalam lima tahun. I Rossoneri memenangkan dua diantaranya. Maldini menjadi penampilan Man of the Match dalam kemenangan Milan di final 2002/2003 melawan Juventus. Dia menampilkan masterclass defensif.
1. Sergio Ramos ( Real Madrid)
Dalam hal bek yang produktif mencetak gol, tidak banyak yang lebih baik dari Sergio Ramos dalam sejarah Liga Champions. Kehebatannya di kedua ujung lapangan tidak dapat diperdebatkan. Dia mencetak 15 gol dalam sejarah Liga Champions.
Dua dari 15 gol itu terjadi di banyak final Liga Champions. Yang pertama di menit terakhir final 2013/2014 melawan Atletico Madrid, sehingga memaksa perpanjangan waktu. Selanjutnya, Madrid mencetak tiga gol tanpa balas untuk memenangkan La Decima.
Dua tahun kemudian, melawan lawan yang sama, Ramos melakukannya lagi. Gol pemain berusia 35 tahun itu pada menit 15 memberi Madrid keunggulan satu gol di babak pertama. Setelah Atletico mencetak gol untuk memaksa perpanjangan waktu, adu penalti terjadi. Dan, dia mencetak gol lagi.
Man of the Match di final Liga Champions 2015/2016 itu membawa timnya meraih dua gelar Liga Champions lagi dalam beberapa tahun. Itu membuat Madrid bukan hanya satu-satunya tim yang sukses mempertahankan gelar di era Liga Champions, melainkan juga meraih tiga gelar secara beruntun.
? Can @SergioRamos lift the @ChampionsLeague trophy with PSG...?#beINUCL #UCL pic.twitter.com/iMc9fGeK4W
— beIN SPORTS (@beINSPORTS_EN) December 14, 2021