Dukun dan sepakbola sudah jadi rahasia umum. Tapi, bagaimana jika itu dilakukan klub Eropa?
Setelah finish kedua di bawah Sporting Lisbon pada Liga Primeira musim lalu, berbagai cara dilakukan FC Porto untuk merebut kembali mahkota Portugal pada akhir musim 2021/2022. Mendatangkan pemain baru, tentu saja. Tapi, itu tidak cukup. Mereka juga membutuhkan hal mistis.
Musim 2020/2021, Porto secara tragis harus mengakui keunggulan Sporting dengan selisih lima poin di klasemen akhir. Kegagalan itu sangat disayangkan karena Porto dan Sporting sebenarnya bermain imbang dalam dua pertemuan.
Agar kejadian yang sama tidak terulang musim ini, manajemen Porto melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan mempekerjakan seorang dukun untuk membantu meraih gelar domestik ke-30. Sosok yang dimaksud adalah Magdalena Aroso.
Uniknya, Aroso secara resmi didatarkan dalam barisan staf pelatih pendukung Sergio Conceicao layaknya Vitor Bruno dan Siramana Dembele (asisten pelatih), Diamantino Figueiredo dan Vedran Runje (pelatih kiper), Eduardo Oliveira (psikolog), atau Telmo Sousa (pelatih kebugaran). Hanya saja Aroso tidak didaftarkan sebagai "dukun", melainkan "dokter".
Saat direkrut untuk posisi aneh ini, Aroso ternyata jual mahal. Dia langsung bernegosiasi dengan Presiden Porto, Jorge Nuno Pinto da Costa. Saat itu, dia meminta bayaran 150.000 pounds (Rp2,8 miliar) per tahun. Itu membuat Aroso menjadi karyawan Porto "non sepakbola" dengan bayaran tertinggi.
Lalu, dari mana ide aneh tersebut? Ternyata, Porto meniru yang dikerjakan rival domestik Benfica pada musim 2016/2017 saat meraih gelar ganda. Saat itu, Benfica diperkirakan telah membayar dukun dengan total 170.000 pounds (Rp3,2 miliar) untuk satu musim gila tersebut.
Meski terkesan tidak masuk akal, hal mistis di sepakbola umum terjadi. Saat Porto menjuarai Liga Champions 1986/1987, rumor mistis sempat mengiringi langkah Sang Naga di final. Pasalnya, sebelum kick-off, mereka melepas dua katak di stadion. Hasilnya, Porto mengalahkan Bayern Muenchen 2-1.
Musim 2020/2021, Porto secara tragis harus mengakui keunggulan Sporting dengan selisih lima poin di klasemen akhir. Kegagalan itu sangat disayangkan karena Porto dan Sporting sebenarnya bermain imbang dalam dua pertemuan.
BACA BERITA LAINNYA
Lumat Malaysia 4-1, Timnas Indonesia Melaju ke Babak Semifinal AFF 2020
Lumat Malaysia 4-1, Timnas Indonesia Melaju ke Babak Semifinal AFF 2020
Meski terkesan tidak masuk akal, hal mistis di sepakbola umum terjadi. Saat Porto menjuarai Liga Champions 1986/1987, rumor mistis sempat mengiringi langkah Sang Naga di final. Pasalnya, sebelum kick-off, mereka melepas dua katak di stadion. Hasilnya, Porto mengalahkan Bayern Muenchen 2-1.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
Kisah Mahasiswa S2 Bikin Desertasi Lemparan Rory Delap
Kisah Mahasiswa S2 Bikin Desertasi Lemparan Rory Delap