Bagaimana mentalitas Onana saat siap kembali merumput.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan GOAL, penjaga gawang Kamerun ini mengungkapkan seberapa jatuhnya dia saat menerima skorsing selama sembilan bulan.
Terkadang, keputusan yang tampaknya tidak penting dapat mengubah jalan hidup seseorang.
Setelah sempat jatuh sakit pada Oktober tahun lalu, Andre Onana mencari sesuatu untuk mengalihkan rasa sakitnya.
Secara tidak sengaja, dia meminum obat Lasimac milik istrinya. Tanpa disadari hal kecil ini telah mengancam kariernya dan menyeret namanya melalui lumpur.
UEFA menangguhkan kiper Ajax ini, meskipun menerima pengakuan sang pemain bahwa dia meminum obat terlarang itu secara tidak sengaja. Awalnya, dia diberi larangan 12 bulan, tetapi dikurangi menjadi sembilan bulan setelah mengajukan banding.
Itu sedikit menghibur Onana, yang merasa hancur karena dikucilkan dari tim yang dicintainya.
"Saya adalah manusia yang jauh dari teman, keluarga, dan sepakbola. Kali ini dalam hidup saya gelap dan terasa sulit," pengakuan Onana dalam wawancara eksklusif dengan GOAL.
“Saya ingin mengatakan, dengan hal-hal ini, para pemain muda perlu berhati-hati karena itu bisa terjadi pada siapa saja. Mereka perlu berhati-hati karena hal itu bisa terjadi dalam hidup," tuturnya.
"Ketika itu terjadi, saya berpikir, 'Bagaimana saya akan menjelaskan kepada orang tua saya bahwa saya telah dilarang bermain karena diduga menggunakan narkoba, padahal saya tidak pernah merokok atau minum alkohol?' Aku bahkan belum mencicipi shisha."
"Bagi orang tua saya, itu sulit. Orang-orang yang mengenal saya bertanya, 'Bagaimana mungkin orang yang kami kenal profesional telah terjerumus dengan narkoba?"
"Itu adalah kesalahan, dan UEFA mengakui fakta itu, tetapi itu tidak membantu saya. Saya sudah menerima hukuman saya."
Sebelum menerima larangan bermain, pemain berusia 25 tahun itu telah memenangkan setiap penghargaan domestik bersama Ajax dan bermain di semifinal Liga Champions dan final Liga Europa.
Permainan yang bagus membuatnya menjadi bahan pembicaraan transfer yang tak henti-hentinya dan dia tetap menjadi pemain yang diminati.
Itu karena Onana tidak berniat membiarkan skorsingnya menggagalkan kariernya, dia mengikuti program pelatihan yang dilakukan secara pribadi di Salou, dekat dengan markas mantan klubnya, Barcelona.
"Saya tidak diizinkan melakukan banyak hal," jelasnya. “Saya tidak bisa pergi ke stadion mana pun, saya harus memesan semuanya untuk diri saya sendiri, saya tidak diizinkan berlatih dengan pelatih Ajax."
"Saya dilarang beraktivitas dalam sepakbola selama sembilan bulan. Entah bagaimana, pada awalnya, rasanya seperti sepakbola telah diambil dari hidup saya karena saya tidak diizinkan melakukan apa pun."
"Rasanya seperti 'Wow! Ini sulit.' Jadi, kami menemukan beberapa hal. Saya pergi ke Spanyol dengan pelatih kiper pribadi, fisioterapis, dan pelatih mental saya."
“Saya memiliki tujuh orang yang bekerja untuk saya. Orang-orang ini sangat membantu saya dan sembilan bulan terasa seperti lima bulan. Saya tidak berharap bermain untuk Ajax begitu cepat, tetapi mereka memainkan saya di Liga Champions."
"Itu adalah suasana yang menyenangkan di Besiktas. Saya seperti, 'Sial, saya kembali lagi!' Tapi Alhamdulillah semuanya berjalan lancar."
"Saya kembali bermain. Saya kembali dengan pola pikir yang sama untuk menjadi penjaga gawang terbaik di dunia."
Ambisi itu bukannya tidak realistis, di mana Onana masuk dalam daftar peraih penghargaan Ballon d'Or pada 2019.
Setelah melihat penjaga gawang Chelsea, Edouard Mendy, yang masuk nominasi penghargaan Lev Yashin di France Football tahun ini, dia yakin tidak akan lama lagi akan ada pemain Afrika yang menjadi penjaga gawang terbaik di dunia.
"Kiper kulit hitam akan memenangkannya," lanjutnya. "Tidak masalah apakah itu hari ini, besok, atau lusa. Suatu hari, itu akan terjadi."
“Mendy hampir melakukannya dan menjalani musim yang luar biasa. Dia tidak menang kali ini, tetapi saya harap dia akan menang di lain waktu."
“Saya adalah orang pertama yang berada di sana, jadi saya ingin berjuang untuk memenangkannya. Ini adalah tantangan yang bagus bagi kita semua karena ketika saya melihat generasi ini ada banyak kiper muda yang bagus."
"Salah satu dari kami akan ada di sana, mungkin Donnarumma akan menang lagi, tetapi kami harus berjuang sampai akhir."
Duduk di samping ambisinya dalam sepakbola adalah minat Onana di luar lapangan.
Dia menjalin ikatan yang kuat dengan organisasi di Kamerun melalui Yayasan Andre Onana, yang membantu anak-anak tunanetra.
Untuk membantu lebih banyak lagi, dia telah mendaftarkan diri ke Common Goal, sebuah gerakan yang mendorong para pesepakbola untuk menjanjikan setidaknya satu persen dari gaji mereka untuk gerakan amal.
"Itu bagus untuk saya tumbuh di Kamerun," katanya. "Tapi, saya tahu kenyataannya bahwa Kamerun adalah negara miskin. Itu tidak mudah bagi banyak orang. Membantu orang dan membuat mereka tersenyum adalah hal terbaik dalam hidup."
"Ada anak-anak yang buta dan tanpa orang tua, sehingga sulit bagi orang-orang ini untuk mengejar impian mereka. Mendaftar ke program ini adalah cara untuk mengakhiri tahun yang sulit dan menantikan tahun yang lebih baik."
Adapun tujuan langsungnya, Onana sekarang bebas untuk mewakili negaranya di Piala Afrika, yang dimulai di Yaounde pada 9 Januari.
"Kamerun memiliki segalanya untuk dimenangkan dan kami tidak takut pada siapa pun. Kami siap memberikan segalanya untuk membuat negara bangga."
Terkadang, keputusan yang tampaknya tidak penting dapat mengubah jalan hidup seseorang.
Setelah sempat jatuh sakit pada Oktober tahun lalu, Andre Onana mencari sesuatu untuk mengalihkan rasa sakitnya.
BACA VIRAL LAINNYA
Dikalahkan Indonesia, Suporter Malaysia Rindu Rajagopal
Dikalahkan Indonesia, Suporter Malaysia Rindu Rajagopal
“Saya ingin mengatakan, dengan hal-hal ini, para pemain muda perlu berhati-hati karena itu bisa terjadi pada siapa saja. Mereka perlu berhati-hati karena hal itu bisa terjadi dalam hidup," tuturnya.
BACA BERITA LAINNYA
Hadapi Indonesia, Singapura Tanpa Shakir Hamzah di Jantung Pertahanan
Hadapi Indonesia, Singapura Tanpa Shakir Hamzah di Jantung Pertahanan
"Bagi orang tua saya, itu sulit. Orang-orang yang mengenal saya bertanya, 'Bagaimana mungkin orang yang kami kenal profesional telah terjerumus dengan narkoba?"
Permainan yang bagus membuatnya menjadi bahan pembicaraan transfer yang tak henti-hentinya dan dia tetap menjadi pemain yang diminati.
Itu karena Onana tidak berniat membiarkan skorsingnya menggagalkan kariernya, dia mengikuti program pelatihan yang dilakukan secara pribadi di Salou, dekat dengan markas mantan klubnya, Barcelona.
"Saya tidak diizinkan melakukan banyak hal," jelasnya. “Saya tidak bisa pergi ke stadion mana pun, saya harus memesan semuanya untuk diri saya sendiri, saya tidak diizinkan berlatih dengan pelatih Ajax."
"Saya dilarang beraktivitas dalam sepakbola selama sembilan bulan. Entah bagaimana, pada awalnya, rasanya seperti sepakbola telah diambil dari hidup saya karena saya tidak diizinkan melakukan apa pun."
"Rasanya seperti 'Wow! Ini sulit.' Jadi, kami menemukan beberapa hal. Saya pergi ke Spanyol dengan pelatih kiper pribadi, fisioterapis, dan pelatih mental saya."
“Saya memiliki tujuh orang yang bekerja untuk saya. Orang-orang ini sangat membantu saya dan sembilan bulan terasa seperti lima bulan. Saya tidak berharap bermain untuk Ajax begitu cepat, tetapi mereka memainkan saya di Liga Champions."
"Itu adalah suasana yang menyenangkan di Besiktas. Saya seperti, 'Sial, saya kembali lagi!' Tapi Alhamdulillah semuanya berjalan lancar."
"Saya kembali bermain. Saya kembali dengan pola pikir yang sama untuk menjadi penjaga gawang terbaik di dunia."
Ambisi itu bukannya tidak realistis, di mana Onana masuk dalam daftar peraih penghargaan Ballon d'Or pada 2019.
Setelah melihat penjaga gawang Chelsea, Edouard Mendy, yang masuk nominasi penghargaan Lev Yashin di France Football tahun ini, dia yakin tidak akan lama lagi akan ada pemain Afrika yang menjadi penjaga gawang terbaik di dunia.
"Kiper kulit hitam akan memenangkannya," lanjutnya. "Tidak masalah apakah itu hari ini, besok, atau lusa. Suatu hari, itu akan terjadi."
“Mendy hampir melakukannya dan menjalani musim yang luar biasa. Dia tidak menang kali ini, tetapi saya harap dia akan menang di lain waktu."
“Saya adalah orang pertama yang berada di sana, jadi saya ingin berjuang untuk memenangkannya. Ini adalah tantangan yang bagus bagi kita semua karena ketika saya melihat generasi ini ada banyak kiper muda yang bagus."
"Salah satu dari kami akan ada di sana, mungkin Donnarumma akan menang lagi, tetapi kami harus berjuang sampai akhir."
Duduk di samping ambisinya dalam sepakbola adalah minat Onana di luar lapangan.
Dia menjalin ikatan yang kuat dengan organisasi di Kamerun melalui Yayasan Andre Onana, yang membantu anak-anak tunanetra.
Untuk membantu lebih banyak lagi, dia telah mendaftarkan diri ke Common Goal, sebuah gerakan yang mendorong para pesepakbola untuk menjanjikan setidaknya satu persen dari gaji mereka untuk gerakan amal.
"Itu bagus untuk saya tumbuh di Kamerun," katanya. "Tapi, saya tahu kenyataannya bahwa Kamerun adalah negara miskin. Itu tidak mudah bagi banyak orang. Membantu orang dan membuat mereka tersenyum adalah hal terbaik dalam hidup."
"Ada anak-anak yang buta dan tanpa orang tua, sehingga sulit bagi orang-orang ini untuk mengejar impian mereka. Mendaftar ke program ini adalah cara untuk mengakhiri tahun yang sulit dan menantikan tahun yang lebih baik."
Adapun tujuan langsungnya, Onana sekarang bebas untuk mewakili negaranya di Piala Afrika, yang dimulai di Yaounde pada 9 Januari.
"Kamerun memiliki segalanya untuk dimenangkan dan kami tidak takut pada siapa pun. Kami siap memberikan segalanya untuk membuat negara bangga."