Berkat Shin Tae-yong, pemain Indonesia sekarang mulai paham taktik dan strategi.
Ada fenomena baru di tim nasional Indonesia asuhan Shin Tae-yong. Dulu, permainan skuad Garuda sangat monoton, hanya mengandalkan kecepatan, dan tidak memiliki variasi taktik. Sekarang, semuanya berubah 180 derajat.

Beberapa hari lalu, pemain Persebaya Surabaya asal Jepang, Taisei Marukawa, menyatakan bahwa bermain sepakbola di Indonesia melelahkan. Bukan semata cuaca yang lebih panas, melainkan juga cara bermain semua klub Liga 1 yang hampir sama, yaitu hanya mengandalkan kecepatan berlari.

Seperti Marukawa, pemain Madura United asal Brasil, Hugo Gomes dos Santos Silva alias Jaja, juga memiliki pandangan yang sama. Pemain sengkatan Gabriel Jesus di Brasil U-20 itu menyebut klub-klub Indonesia minim taktik dan strategi karena hanya mengandalkan kecepatan lari.

Ungkapan Marukawa dan Jaja ternyata juga pernah dikeluhkan Beto Goncalves beberapa tahun lalu. Pemain naturalisasi itu sempat mengaku lelah karena bermain di Indonesia berarti harus berlari sepanjang waktu tanpa melihat lawan yang dihadapi.

Pengalaman ketiga pemain sebenarnya merupakan cerminan dari timnas di masa sebelum Tae-yong datang. Pada era-era sebelumnya, entah Peter Withe, Ivan Kolev, Alfred Riedl, Nil Maizar, Luis Milla, Simon McMenemy, atau bahkan tim junior asuhan Indra Sjafri, Indonesia seperti tidak peduli dengan cara lawan bermain. 

Siapa pun lawan yang dihadapi, cara bermain Indonesia sama, yaitu hanya mengandalkan kecepatan berlari, kemampuan teknik, dan berlama-lama membawa bola. Skemanya, 4-4-2 atau 4-3-3, yang dimainkan sejak kick-off sampai pertandingan berakhir.




Sekarang lebih fokus pada taktik dan strategi

Bagaimana di era Tae-yong? Jika anda melihat pertandingan Indonesia di fase grup Piala AFF 2020, terlihat jelas perbedaannya. Pasukan didikan Tae-yong seperti bunglon. Maksudnya, sangat mudah menyesuaikan dengan cara bermain lawan. Bukan hanya formasi, melainkan juga materi pemain.

Lihatlah di pertandingan pertama melawan Kamboja. Saat itu, Tae-yong memainkan skema 4-1-4-1 sebagai kontra strategi Kamboja yang memainkan 4-3-3 dengan penguasaan bola tinggi. Di babak pertama, Indonesia mampu meredam umpan-umpan Kamboja, meski di babak kedua terlihat grogi.

Selanjutnya, saat melawan Laos di pertandingan kedua, Tae-yong memilih menggunakan skema 4-3-3 sebagai kontra strategi 5-4-1 yang cenderung defensif. Hasilnya, Indonesia menghajar Laos 4-1.

Dengan dua kemenangan, Indonesia meyongsong Vietnam dengan taktik, formasi, dan strategi yang berbeda lagi. Sadar Vietnam punya keunggulan di semua sektor lapangan, Tae-yong memiliki skema defensif 3-4-3. Prakteknya, formasi itu bisa berubah menjadi 5-4-1 dan 4-2-3-1. 

Meski dikritik karena dianggap "parkir bus", hasilnya cukup bagus. Para pemain Vietnam yang biasanya agresif terlihat kesulitan. Mereka kesulitan mengembangkan umpan-umpan silang seperti yang dilakukan saat mengalahkan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022.

"Memang kami menggunakan tiga bek secara sengaja. Karena pemain nomor 19 (Nguyen Quang Hai) dan 10 (Nguyen Cong Phuong) sangat baik dalam pergerakan," ucap Tae-yong saat itu, dilansir situs resmi PSSI.

Sepakbola bunglon ala Tae-yong ternyata sempat membuat Pelatih Malaysia, Tan Cheng Hoe, bingung menebak formasi Indonesia. "Kami tahu Indonesia hanya membutuhkan hasil imbang. Jadi mungkin mereka akan bermain bertahan atau sebaliknya. Kami tidak yakin," kata Cheng Hoe.

Ketakutan Cheng Hoe terbukti. Pasalnya, Tae-yong kembali membuat Malaysia terkejut dengan skema 4-4-2 yang digunakan, meski di lapangan bisa berubah menjadi 4-2-3-1. Lebih mengejutkan lagi, di babak kedua, Tae-yong menarik Ramai Rumakiek dan memasukkan Elkan Baggott. Dan, Indonesia bermain 3-4-3. 

"Pemain hari ini bekerja keras dan mencetak banyak gol ke gawang Malaysia. Saya mengucapkan selamat dan berterima kasih kepada para pemain timnas," kata Tae-yong setelah mengalahkan Malaysia 4-1.

Lalu, formasi apa yang akan digunakan Tae-yong melawan Singapura dan pemain yang akan turun? Tampaknya, media dan para pendukung Indonesia hanya bisa menebak-nebak!