Sepakbola adalah seni kemungkinan. Tidak ada yang pasti di olahraga ini.
Meski terkesan seperti dalam kisah dongeng anak-anak sebelum tidur, sepakbola adalah seni kemungkinan. Dalam sejarah olahraga ini ada banyak kasus comeback ketika sebuah tim sudah tertinggal, kemudian bangkit untuk balik unggul atau minimal memaksakan skor imbang.
Klub Paling Untung dari Jual-Beli Pemain dalam 20 Tahun Terakhir
Mali membuat comeback empat gol yang nyaris mustahil saat berhadapan dengan Angola pada pertandingan pembukaan Piala Afrika 2010 Grup A di Estadio 11 de Novembro, Luanda, 10 Januari 2010.
Ternyata, sepakbola memang bukan matematika. Keita kemudian mencetak gol untuk Mali pada menit 79, yang disusul Frederic Kanoute (88). Dan, drama mencapai puncaknya di additional time. Keita kembali mencetak gol di menit 90+3 dan kemudian Mustapha Yatabare (90+4). Skor akhir 4-4.
Persis Solo Raih Gelar Perdana Liga 2, Sebelumnya Siapa Saja? Ini Daftarnya
2. Reading vs Arsenal, Piala Liga 2012/2013
Jika anda penggemar Arsenal, pasti tahu cerita pertandingan gila di Madejski Stadium, 30 Oktober 2012, itu. Bayangkan, menghadapi tim kelas menengah ke bawah, The Gunners langsung tertinggal 0-4 hingga additional time babak pertama. Kemudian. Arsenal bangkit secara ajaib untuk menyamakan kedudukan 4-4 di waktu normal.
#OTD in 2012: Arsenal came back from 4-0 down to beat Reading 5-7 in the League Cup pic.twitter.com/47gWTokWWM
— Throwback Arsenal (@ThrowbackAFC) October 30, 2018
3. Barcelona vs Paris Saint-Germain, Liga Champions 2016/2017
Saat itu, Paris Saint-Germain mendominasi leg pertama babak 16 besar di Parc des Princes. Angel di Maria (2 gol), Julian Draxler, dan Edinson Cavani membuat Les Parisiens memimpin 4-0.
Itu berarti pertandingan kedua di Camp Nou, 8 Maret 2017, akan menjadi misi mustahil. Pasalnya, dalam sejarah Liga Champions tidak pernah ada tim yang kalah 0-4 di leg pertama berbalik unggul.
Tapi, Barcelona era itu adalah tim impian. Saat pertandingan kedua digelar di kandang, Barcelona berhasil mencetak tiga gol untuk mengecilkan defisit agregat menjadi 3-4. Sial, Cavani membuat comeback Barcelona seperti tidak berguna saat mencetak gol untuk membuat skor agregat 5-3 dengan keunggulan satu gol tandang untuk PSG.
Dalam situasi itu, Barcelona berarti harus mencetak tiga gol untuk menciptakan keajaiban lolos ke perempat final sekaligus mengubur ambisi Les Parisiens.
Ternyata, itu benar-benar dihasilkan Barcelona. Entah bagaimana caranya, Barcelona mencetak tiga gol yang dibutuhkan melalui Neymar pada menit 88 dan penalti menit 90+1. Puncaknya, Sergi Roberto menciptakan gol kemenangan Barcelona di menit 90+5 memanfaatkan kepanikan pemain-pemain PSG. Skor akhir 6-1 atau agregat 6-5. Super gila!
All goals ⚽?
— ???ℕ??∴أمينوف (@Ameenjelani) March 9, 2017
Barcelona 6-1 Paris Saint-Germain
best comeback in Champions League history?...#FCB #PSG pic.twitter.com/Uuaa58bgQa
4. Charlton Athletic vs Huddersfield Town, Divisi II 1957/1958
Pada 21 Desember 1957, Charlton Athletic menjamu Huddersfield Town pada pertandingan kasta kedua kompetisi Inggris di The Valley. Dengan kurang dari setengah jam tersisa, Huddersfield unggul 5-1. Orang-orang di stadion sudah mulai pergi karena berpikir mustahil untuk mengakhiri pertandingan dengan skor imbang 5-5.
Tapi, sepakbola memang bukan matematika. Charlton bukan hanya mendapatkan empat gol tambahan, melainkan enam! Hanya dalam waktu 30 menit, The Addicks balik memimpin 7-6!
5. Newcastle United vs Arsenal, Liga Premier 2010/2011
Tampil di Saint James' Park, 5 Februari 2011, Arsenal tampil dengan penuh kepercayaan diri tinggi. The Gunners langsung mengebrak pertahanan Newcastle United. Mereka menutup babak pertama dengan kemenangan 4-0 melalui Theo Walcott, Johan Djourou, dan Robin van Persie (2 gol). Itu hanya dilakukan dalam 32 menit.
Tapi, Arsenal lupa bahwa tuan rumah membutuhkan kemenangan. Di babak kedua, The Gunners justru mulai melakukan kesalahan. Salah satunya harus berujung kartu merah Abou Diaby pada menit 50.
Kurang dari 20 menit setelah kartu merah itu, Newcastle mulai mencetak gol melalui Joey Barton. Kemudian, tiga gol lagi mampu mereka ciptakan melalui Leon Best dan gol kedua Barton melalui titik putih. Puncaknya, Cheick Tiote mencetak gol penyama kedudukan 4-4 pada menit 87!
Newcastle United's Cheick Tiote vs Arsenal to complete a 4-4 draw from 4-0 down back in 2011. #NUFC #Geordies #Magpies #NewcastleUnited pic.twitter.com/TxPRJB23Tn
— Iconic Fans (@iconicfootyfans) October 7, 2016
6. Portugal vs Kamerun, Piala Dunia U-17 2003
Pertandingan terakhir Grup C Piala Dunia U-17 2003 menampilkan Portugal dengan Kamerun. Duel pemain-pemain remaja itu dilaksanakan di Ratina Stadium, Tampere, Finlandia, 20 Agustus 2003. Portugal cukup imbang dan Kamerun harus menang untuk lolos ke perempat final.
Hasilnya, di luar dugaan. Portugal unggul 5-0 hingga 20 menit sebelum pertandingan berakhir melalui Vieirinha (21), Manuel Curto (36, 43, 44), dan Bruno Gama (52).
Tertinggal dengan skor telak, Kamerun menolak menyerah. Mereka masih memiliki asa. Mereka bangkit dengan memborong lima gol. Empat pemain Kamerun mencetak gol dan satu bunuh diri pemain Portugal. Sayang, usaha Kamerun menciptakan gol keempat gagal karena waktu sudah berakhir.
Meski Portugal lolos ke fase knock-out, kembangkitkan Kamerun untuk menciptakan skor 5-5 setelah tertinggal 0-5 benar-benar ikonik dan dianggap sebagai laga terbaik di Piala Dunia U-17.
@TheKnowledge_GU talking of great comebacks last week the Portugal v Cameroon group game from the 2003 FIFA U17 World Cup is worth considering. Portugal 5-0 up with 20 mins to go. Cameroon somehow managed to draw level in added time. 5-5 Final score. pic.twitter.com/R65wscvmsN
— dan almond (@pompeyrabbi) December 13, 2017