Pernah dianggap sebelah mata di Atletico.
Jika seorang pemain menghabiskan seluruh kariernya di satu klub sepakbola, maka itu akan membuat mereka menjadi istimewa di mata pendukung.

Setidaknya itulah mengapa para pemain seperti Francesco Totti dan Paolo Maldini begitu sangat dihormati.

Sebagai alternatif, saat memulai karier di klub kota asal Anda, kemudian menikmati karier yang bagus di tempat lain sebelum kembali untuk menyelesaikan karier Anda di rumah adalah narasi lain yang membuat seorang pemain begitu dicintai oleh setiap penggemar sepakbola.

Itu sebabnya setiap musim panas para penggemar sepakbola berharap Cristiano Ronaldo untuk pulang ke Sporting Lisbon, atau Zlatan Ibrahimovic untuk mengunjungi Malmo lagi sebelum pensiun.

Raul Gonzalez tidak bisa mengikuti kedua narasi itu, seperti Andres Iniesta di Barcelona. Raul telah menandatangani kontrak seumur hidup di Real Madrid dan tampak yakin untuk mengakhiri kariernya di Santiago Bernabeu. Tetapi, pada usia 33 tahun justru terjadi sebaliknya. Dia mengucapkan selamat tinggal ke publik Bernabeu.

Di Madrid, Raul dijuluki sebagai 'Sang Pangeran'. Dia mencetak 325 gol yang fantasis. Capaian itu membuatnya masuk ke dalam jajaran pemain legendaris.

Belum lagi sejumlah gelar penting yang dia persembahan untuk tim kota kelahirannya tersebut.
Raul terlanjur identik dengan Madrid dan namanya seakan senapas dengan ketika kita menyebutkan Los Blancos. 



Raul dan Real Madrid seumpama mutualisme. Saat di Los Blancos, Raul dipercaya untuk bermain di timnas Spanyol dan mencetak 44 gol dalam perjalanannya.

Raul adalah prototipe dari pemain pekerja keras yang sabar. Kariernya di Madrid tidak serta-merta mulus. Dia bahkan harus merangkak dari Real Madrid C setelah diboyong dari akademi Atletico Madrid. Setelah mencetak 16 gol dari tujuh laga, pelatih Real Madrid saat itu, Jorge Valdano, membawa Raul promosi ke tim senior.

Namun, tak semudah yang dibayangkan, Raul sempat tidak mendapatkan menit bermain karena Los Blancos saat itu lebih mengandalkan Emilio Butragueno dan Ivan Zamorano di lini depan.

Namun, segalanya belum berakhir bagi Raul yang masih berusia 17 tahun. Walau sempat berpikir kembali ke Atletico, tapi dia diyakinkan Valdano untuk bersabar dan terus berproses.

Sampai dengan waktunya, momen itu datang juga, tepatnya pada Oktober 1997. Valdano memutuskan untuk memainkan Raul selama 90 menit penuh ketika Real Madrid menghadapi Real Zaragoza.

Meski harus diwarnai kekalahan dan tidak mencetak gol pada debutnya, permainan Raul tampak makin matang.

Baru pada pekan berikutnya, Raul mencatatkan namanya di papan skor. Momen itu sangat terkenang karena yang dia bobol adalah gawang mantan klubnya, Atletico Madrid.

Raul juga tampil gemilang dengan menyumbang dua assist untuk pemain lain dalam kemenangan 4-2 untuk Madrid.

Sebuah cara yang patut dikenang untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dahulu pernah memandangnya sebelah mata. Dalam hal ini, Presiden Atletico saat itu, Jesus Gil, pernah terang-terangan menyebut Raul tak punya masa depan di akademi. 

Saat proyek Galacticos yang digagas Presiden Madrid, Florentino Perez, berjalan, Raul tetap tak tergantikan. Selama 15 tahun berseragam Madrid, Raul sudah merasakan bermain  dengan banyaknya bintang-bintang kelas dunia. Antara lain Ivan Zamorano, Michael Laudrup, Fernando Hierro, Roberto Carlos, Iker Casillas, Luis Figo, Zinedine Zidane, David Beckham, dan di era Galacticos jilid dua ada nama-nama besar seperti Cristiano Ronaldo, Kaka, Karim Benzema, dan Xabi Alonso.

Namun, pada akhir 2009, pelan tapi pasti, Raul yang dimakan usia mulai terpinggirkan. Itu juga karena performanya yang naik turun. Sampai dengan akhirnya petualangan manisnya di Bernabeu harus berakhir saat kontraknya juga berakhir pada 2010.

Sang Pangeran pun pamit dengan hormat lalu bergabung ke Schalke 04. Raul sesungguhnya tidak benar-benar pergi, karena dia meninggalkan warisan 325 gol yang pada masanya menjadikannya topskor klub sepanjang masa.