Jika beruntung, Dubrovin akan menghentikan dominasi Sheriff Tiraspol di Liga Moldova.
Jika anda mengikuti sepakbola Indonesia sejak lama, pasti tahu Serghei Dubrovin. Pelatih berkebangsaan Moldova itu memimpin Petrokimia Putra menjuarai Liga Indonesia 2002. Lalu, apa kabarnya sekarang?

Pelatih kelahiran Balti, 4 Januari 1952, itu datang ke Indonesia pertama kali pada 1999. Saat itu, Dubrovin melatih Pupuk Kaltim Bontang di Liga Indonesia 1999/2000. Bermaterikan orang-orang seperti Fakhri Husaini dan Ponaryo Astaman, PKT mencapai final setelah dikalahkan PSM Makassar dengan Nurdin Halid sebagai manajer.

Dari Bontang, Dubrovin kemudian melanjutkan karier di Jawa Timur. Dia dipercaya memimpin Petrokimia di Liga Indonesia 2001 dan 2002. 

Pada 2001, penampilan Dubrovin bersama Kebo Giras tidak terlalu memuaskan. Mereka hanya finish di posisi keenam klasemen akhir Wilayah Timur. Baru pada 2002, sentuhan tangan dingin Dubrovin terbukti moncer. Diperkuat Agus Indra Kurniawan dan Widodo Cahyono Putro, Petrokimia juara setelah mengalahkan Persita Tangerang di final. 

Dari dua klub itulah Dubrovin dipercaya menukangi timnas Indonesia U-23. Dia tugasnya meraih medali emas SEA Games 2003 di Vietnam. Sempat menjalani TC di Turki, Dubrovin akhirnya gagal membawa Indonesia sukses. Garuda Muda kandas di fase grup.

Dari timnas U-23, Dubrovin kemudian melatih Persija Jakarta. Di klub inilah dia harus berusuhan dengan Komdis PSSI. Dubrovin dijatuhi skorsing dua tahun akibat insiden selama pertandingan Macan Kemayoran menghadapi Persik Kediri. 



Saat itu, Dubrovin melancarkan protes keras kepada ofisial pertandingan dan pejabat PSSI yang hadir akibat gol Cristian Gonzales, yang dinilai berawal dari pelanggaran terhadap Abanda Herman. Ketika itu, penjaga gawang asal Moldova, Yvgeny Khamaruc, sampai mogok main dan mencekik El Loco di akhir laga.

Akibat sanksi itu, Dubrovin kemudian meninggalkan Indonesia. Dia baru kembali pada 2010 saat Liga Primer Indonesia (LPI) digelar untuk melatih Manado United. Kemudian, pada 2011-2022 menukangi Persidafon Dafonsoro. Setelah itu, Dubrovin pulang ke Moldova.

Meski sudah berusia 70 tahun, Dubrovin ternyata masik aktif melatih. Setelah sebentar membesut Zimbru Chisinau, CF Gagauzia, Speranta Crihana Veche, dan Zaria Balti, Dubrovin sekarang menukangi Milsami Orhei.

Dubrovin bekerja di klub kasta tertinggi Moldova, Divizia Nationala, itu sejak musim 2020/2021. Hasil racikan Dubrovin tidak mengecewakan. Di sela-sela dominasi Sheriff Tiraspol, Milsami mampu menyodok. Mereka nyaris juara, meski akhirnya finish di posisi ketiga klasemen akhir.



Dengan posisi itu, Milsami berhak tampil di Liga Konferensi Eropa 2021/2022. Sayang, penampilan The Red Eagles mengecewakan. Setelah mengalahkan FK Sarajevo (Bosnia-Herzegovina) di Kualifikasi I, pasukan Dubrovin harus mengakui keunggulan IF Elfsborg (Swedia) di Kualifikasi II.

Tapi, dua kegagalan itu tampaknya tidak membuat Dubrovin lemah. Musim ini, dia mencoba lagi mematahkan dominasi Sheriff di kompetisi domestik Moldova. 

Fakta menunjukkan, hingga jeda musim ingin, Milsami masih berada di posisi ketiga klasemen dengan 40 poin. Mereka hanya berselisih empat poin dari Sheriff di puncak klasemen dan dua poin dari Petrocub Hincesti selaku runner-up. 

Milsami layak optimistis karena kompetisi masih menyisakan banyak pertandingan. Selain itu, mereka juga memiliki pengalaman memuncaki klasemen sementara Divizia Nationala. Statistik menunjukkan pada pekan 3-12 dan pekan 16, mereka sempat berada di puncak. Semoga berhasil, Coach!