Mantan striker Manchester City jadi batu sandungan.
Bermaterikan pemain kelas wahid belum menjamin kemenangan. Itu dialami Mesir ketika dipermalukan Nigeria, 1-0, pada laga pembuka Grup D Piala Afrika 2021.

Mohamed Salah yang menjadi superstar Mesir seperti mati kutu ketika menghadapi barisan pertahanan rapat Super Eagles. Fakta itu cukup mencengangkan karena Salah sejatinya adalah topskor Liga Premier musim ini.

Salah yang diklaim sebagai 'Raja Mesir' sepenuhnya dikunci, dan striker andalan Liverpool itu tak dapat berbuat banyak sepanjang pertandingan. Striker Leicester City, Kelechi Iheanacho, justru membuktikan perbedaan saat Nigeria menangkis serangan akhir The Pharaohs untuk mengklaim tiga poin. Mantan striker Manchester City itu membawa Super Eagles terbang tinggi di laga pembuka penyisihan grup.

Hasil minor itu tentu saja menjadi pukulan telak bagi Salah bersama timnya. Maklum, striker berusia 29 tahun itu baru saja dilantik menjadi kapten anyar Pharaohs di ajang kali ini.



Pelatih Mesir, Carlos Queiroz, membenarkan adanya tekanan hebat yang dialamatkan kepada Salah di laga tersebut. Mantan pelatih Portugal, Iran, dan Kolombia ini menilai pemain bintangnya itu tak dapat keluar dari tekanan tersebut.

“Kami (khususnya Salah) sebenarnya sudah memberikan yang terbaik. Kami sempat mendapat beberapa peluang bagus, hanya saja penyelesaian kami tak cukup maksimal,” tutur pelatih berusia 68 tahun tersebut.

Walau begitu, pelatih berpaspor Portugal ini masih memiliki keyakinan timnya dapat bangkit pada dua laga selanjutnya. Queiroz antusias The Pharaohs akan mendapat hasil maksimal saat bentrok dengan Guinea-Bissau dan Sudan.

Mesir wajib memenangi dua pertandingan itu jika tak ingin angkat kaki lebih cepat, seperti Piala Dunia 2018. “Peluang kami masih cukup terbuka lebar. Hasil (kekalahan dari Nigeria) akan menjadi evaluasi kami sebelum menghadapi pertandingan selanjutnya,” ungkap Queiroz.