Hanya keajaiban yang bisa membuat PSSI mendapatkan lawan uji coba. Alasannya, Covid-19.
Keinginan Shin Tae-yong untuk memanfaatkan FIFA matchday Januari 2022 terancam batal. Setelah laga melawan Bangladesh tidak terwujud terkait vaksinasi, PSSI mulai kesulitan mencari tim pengganti. Rumornya, Timor Leste, Brunei Darussalam, Maladewa. Tapi, itu juga masih belum jelas.
Rencananya, pasukan Garuda akan melawan Bangladesh pada Senin (24/1/2022) dan Kamis (27/1/2022) di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Bahkan, Tae-yong dan para asistennya sudah ada di Pulau Dewata untuk memantau pemain.
Tapi, berhubung 10 pemain lawan baru mendapatkan vaksin dosis pertama, otomatis pemerintah Indonesia tidak bisa memberikan visa. Pasalnya, bagi warga negara asing yang masuk Indonesia, pemerintah mewajibkan sudah melakukan vaksin lengkap dua dosis dan karantina tujuh hari saat tiba.
Gagal melawan Bangladesh, PSSI langsung bergerak mencari lawan pengganti lantaran FIFA matchday hanya menyisakan hitungan hari. Sejumlah asosiasi sudah dihubungi melalui sistem di FIFA.
Masalahnya, untuk mendapat lawan tanding dalam kondisi pandemi Covid-19 dan gelombang baru Omicron tidak mudah. Apalagi, waktunya juga mepet karena PSSI hanya memiliki waktu sekitar satu pekan. Jadi, PSSI terlihat mulai pesimistis bisa mencarikan lawan latih tandang Tae-yong.
"Hampir dipastikan (FIFA matchay) gagal karena mohon maaf mereka (Bangladesh) baru vaksin sekali. Mungkin di negaranya ada ketentuan lain. Kita tidak bisa ikut campur urusan itu," kata Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, kepada sejumlah awak media.
Brunei Darusslam, India, Maladewa, hingga Timor Leste disebut-sebut menjadi calon pengganti Bangladesh. "Akan kita carikan negara lain yang bisa mengikuti apa yang menjadi ketentuan negara kita, terutama masalah vaksin itu," tambah purnawirawan Polri tersebut.
Untuk Brunei sebenarnya sudah bersedia menjadi lawan Indonesia. Tapi, sempat dibatalkan karena Bangladesh meminta uji coba dua kali. Karena itu, PSSI menyebut akan kembali menghubungi negara di utara Kalimantan tersebut apakah masih bersedia atau tidak.
"Salah satunya (India, Maladewa) ada. Brunei juga ada. Tapi, mereka juga pasti berpikir aturan karantina untuk ke negara kita. Untuk sementara pertandingannya tetap akan digelar di Bali," beber Iwan Bule.
Jika pada akhirnya batal, suporter harus bisa memaklumi. Pasalnya, dalam situasi pandemi seperti sekarang, tidak mudah untuk melakukan perjalanan. Jangankan ke luar negara, mobilitas di dalam negeri saja dibatasi. Contohnya yang dialami Bangladesh. Karena stok vaksin di negara itu yang tidak sebanyak Indonesia, maka setiap orang baru mendapat satu suntikan. Bahkan, banyak yang belum divaksinasi.
"Alasan tidak jadi bertanding melawan Bangladesh dapat diterima dan masuk akal," ucap Tae-yong saat merespons pembatalan tersebut.
Rencananya, pasukan Garuda akan melawan Bangladesh pada Senin (24/1/2022) dan Kamis (27/1/2022) di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Bahkan, Tae-yong dan para asistennya sudah ada di Pulau Dewata untuk memantau pemain.
BACA ANALISIS LAINNYA
Salah, Lewandowski, Messi: Siapa Layak Menjadi Pemain Terbaik FIFA 2021?
Salah, Lewandowski, Messi: Siapa Layak Menjadi Pemain Terbaik FIFA 2021?
Brunei Darusslam, India, Maladewa, hingga Timor Leste disebut-sebut menjadi calon pengganti Bangladesh. "Akan kita carikan negara lain yang bisa mengikuti apa yang menjadi ketentuan negara kita, terutama masalah vaksin itu," tambah purnawirawan Polri tersebut.
BACA BERITA LAINNYA
Kabar Transfer, Dortmund dan Newcastle Incar Van De Beek
Kabar Transfer, Dortmund dan Newcastle Incar Van De Beek
Untuk Brunei sebenarnya sudah bersedia menjadi lawan Indonesia. Tapi, sempat dibatalkan karena Bangladesh meminta uji coba dua kali. Karena itu, PSSI menyebut akan kembali menghubungi negara di utara Kalimantan tersebut apakah masih bersedia atau tidak.
Jika pada akhirnya batal, suporter harus bisa memaklumi. Pasalnya, dalam situasi pandemi seperti sekarang, tidak mudah untuk melakukan perjalanan. Jangankan ke luar negara, mobilitas di dalam negeri saja dibatasi. Contohnya yang dialami Bangladesh. Karena stok vaksin di negara itu yang tidak sebanyak Indonesia, maka setiap orang baru mendapat satu suntikan. Bahkan, banyak yang belum divaksinasi.