Alasannya uang. Tapi, sampai di Libya gajinya justru tidak dibayar.
Sepakbola pernah mengenal Patrick M'Boma. Bertandem dengan Samuel Eto'o, dia merupakan salah satu penyerang tajam dan pemain terbaik yang pernah dimiliki Kamerun. Bahkan, Afrika. M'Boma punya karier yang sangat unik. 

M'Boma menjadi raja sepakbola Afrika setelah dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Afrika 2000. Penghargaan tersebut mengakhiri 12 bulan yang fantastis ketika dirinya memenangkan Piala Afrika dan medali emas Olimpiade bersama Kamerun. Ditambah eksploitasi mencetak golnya untuk Cagliari, M'Boma mendapatkan uang besar saat pindah ke Parma.

Meski posisi utamanya  target man, M'Boma telah mencetak gol dari setiap sudut di Cagliari. Dia mencetak 22 gol dalam 46 pertandingan. Gol-golnya bervariasi dari penyelesaian jarak dekat yang rapi hingga tendangan bebas yang luar biasa. Dia juga mencetak delapan gol di Piala Afrika dan Olimpiade pada 2000.

Gol M'Boma yang paling ikonik untuk Les Lions Indomitable terjadi pada Oktober tahun itu saat bermain imbang 1-1 dengan Prancis. Dari lemparan jauh bergaya Rory Delap yang dilakukan Pierre Wome, M'Boma melakukan tendangan akrobatik yang nyaris sempurna untuk menyamakan skor dan menutup tahun yang indah.

Sayang, gunung es mendekat dengan cepat. Meski mencetak dua gol pada debut Parma melawan AC Milan dan menambahkan satu gol lagi melawan Bari seminggu kemudian, M'Boma hanya menambahkan dua gol lagi di Serie A pada musim itu.

Perselisihan dengan pelatihnya, Gidone Carmignani, pada tahun berikutnya membuat M'Boma semakin tidak disukai. Padahal, dia membutuhkan menit bermain yang konsisten mengingat Piala Dunia 2002 yang semakin dekat. Akibatnya, M'Boma pindah ke Sunderland.

Sebelum M'Boma datang ke Inggris, The Black Cats, memiliki kemitraan yang dinamis dari Niall Quinn dan Kevin Phillips. Tapi, kemudian Quinn mulai mengalami masalah dengan cedera punggung yang terus-menerus.

Striker Prancis, Lilian Laslandes, direkrut dari Bordeaux pada musim panas 2001 untuk menutupi celah itu. Tapi, dia mengalami enam bulan yang kurang bagus di klub setelah memainkan 12 pertandingan Liga Premier tanpa gol.

Dengan Laslandes dikirim ke FC Koln dengan status pinjaman pada awal 2002, Sunderland kembali berburu target man. Tapi, itu tidak berjalan dengan baik. Sebuah tawaran untuk pemain Schalke 04, Emile Mpenza, ditolak. Sementara kesepakatan untuk Dwight Yorke gagal karena tuntutan upah selangit. Carsten Jancker dan John Carew juga dikabarkan menjadi target.

Akhirnya, Sunderland memilih M'Boma yang telah bermain di Piala Afrika 2002 bersama Kamerun awal bulan itu dan mencetak tiga gol. Tapi, cedera kaki ringan membuatnya absen selama sisa turnamen.

Pelatih Sunderland, Peter Reid, kemudian memutuskan membawa M'Boma dengan status pinjaman dan opsi permanen seharga 4 juta pounds (Rp77 miliar) pada musim panas berikutnya. "Saya yakin tentang diri saya setelah Piala Afrika. Tapi, saya tahu itu akan berbeda disini dan lebih sulit,” kata M'Boma kepada situs resmi klub.

"Pertama saya harus memperkenalkan diri kepada rekan satu tim saya dan kemudian merayu Peter Reid. Setelah itu, saya berharap semuanya akan baik-baik saja untuk saya. Saya berharap bisa tinggal selama beberapa tahun," tambah M'Boma.

Kedatangan M'Boma direspons positif Quinn. "Saya menyambut kedatangan Patrick, meski bisa berarti saya kehilangan tempat. Memiliki striker lain sangat bagus sejauh yang saya ketahui. Dibutuhkan sedikit tekanan. Dia memiliki banyak kemampuan teknis. Tapi, dia juga seorang striker yang sangat kuat, dan saya pikir para penggemar akan menyukainya," ungkap Quinn.

Sayang, pada akhirnya, semuanya tidak dimulai dengan baik. Pertama, M'Boma mencoba mendapatkan No.70 di punggungnya yang mengacu pada tahun kelahirannya. Liga Premier menolak permintaan ini, dan pemain Kamerun tersebut memilih No.7 yang jauh lebih masuk akal.



Lalu, penampilan pertama sebagai pemain pengganti dalam Derby Tyne-Wear tidak menghasilkan gol, meski M'Boma mendapatkan kekaguman dari para penggemar Sunderland.

M'Boma kemudian diberikan starting line-up perdana saat melawan Tottenham Hotspur. Dia kemudian mencetak gol pada debut penuhnya untuk membalas gol pembuka dari Gustavo Poyet setelah memanfaatkan bola panjang Bernt Haas sebelum menyelesaikan bola melewati Neil Sullivan.

M'Boma terus menjadi berita utama di Wearside setelah menampilkan semua aksi dalam kemenangan penting 1-0 atas Bolton Wanderers. Itu mengakhiri sembilan pertandingan tanpa kemenangan.

"Orang Italia terbiasa mengatakan bahwa mereka adalah yang terbaik dan mereka tahu segalanya tentang sepakbola. Liga Premier jauh lebih menarik, terutama untuk seorang striker. Saya baru memulai satu pertandingan sejauh ini di Stadium of Light. Tapi, penontonnya lebih dari 40.000 dan atmosfernya luar biasa," kata M'Boma.

"Saya telah mencetak satu gol untuk klub. Tapi, saya ingin mencetak gol di Stadium of Light sesegera mungkin," ucap M'Boma.



Namun, tidak akan pernah ada gol di Stadium of Light atau tempat lainnya di Liga Premier. Meski tampil mengesankan saat melawan Chelsea, M'Boma tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah timnya kalah 0-4. Itu juga menjadi yang terakhir kalinya dia menyelesaikan 90 menit di Liga Premier. Setelah itu, dia cedera.

Musim berikutnya, Reid pergi mencari pemain besar lain untuk dimainkan bersama Phillips. Dia menemukannya di Glasgow Rangers dalam diri Tore Andre Flo. Sayangnya, pembelian ini sama tidak berkontribusinya dan Reid dipecat saat Sunderland terdegradasi.

Kepergian Reid sekaligus mengakhiri karier M'Boma di Sunderland. Sebagai pemain hebat, dia mendapatkan tawaran dari bantak klub di berbagai belahan bumi, dari Eropa, Asia, Amerika, hingga Afrikan. Dan, uniknya, M'Boma memilih bergabung dengan Al-Ittihad Tripoli di Libya. 

"Salah satu putra Kolonel Khadafi, Al Saadi, menghubungi saya. Petualangan itu menarik di atas kertas dan untuk keuangan saya. Tapi, itu adalah mimpi buruk yang nyata. Saya tidak dibayar selama berbulan-bulan sampai pada akhirnya kami kehabisan uang," kata M'Boma kepada L'Equipe.

M'Boma akhirnya berangkat untuk tugas terakhir di Jepang. Di sana, dia tidak bermain bersama Gamba Osaka lagi. M'Boma memilik Tokyo Verdy. Setelah dia tahun, dia pindah ke Vissel Kobe. Dia pensiun pada 16 Mei 2005 sebagai pemain Kobe.