Alasannya uang. Tapi, sampai di Libya gajinya justru tidak dibayar.
M'Boma menjadi raja sepakbola Afrika setelah dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Afrika 2000. Penghargaan tersebut mengakhiri 12 bulan yang fantastis ketika dirinya memenangkan Piala Afrika dan medali emas Olimpiade bersama Kamerun. Ditambah eksploitasi mencetak golnya untuk Cagliari, M'Boma mendapatkan uang besar saat pindah ke Parma.
Momen Lerby Eliandry Menangis Cetak Gol ke Gawang Borneo FC
Sebelum M'Boma datang ke Inggris, The Black Cats, memiliki kemitraan yang dinamis dari Niall Quinn dan Kevin Phillips. Tapi, kemudian Quinn mulai mengalami masalah dengan cedera punggung yang terus-menerus.
Ide Gila Klub Rumania Gunakan Buaya Cegah Fans Masuk Lapangan
Dengan Laslandes dikirim ke FC Koln dengan status pinjaman pada awal 2002, Sunderland kembali berburu target man. Tapi, itu tidak berjalan dengan baik. Sebuah tawaran untuk pemain Schalke 04, Emile Mpenza, ditolak. Sementara kesepakatan untuk Dwight Yorke gagal karena tuntutan upah selangit. Carsten Jancker dan John Carew juga dikabarkan menjadi target.
Pelatih Sunderland, Peter Reid, kemudian memutuskan membawa M'Boma dengan status pinjaman dan opsi permanen seharga 4 juta pounds (Rp77 miliar) pada musim panas berikutnya. "Saya yakin tentang diri saya setelah Piala Afrika. Tapi, saya tahu itu akan berbeda disini dan lebih sulit,” kata M'Boma kepada situs resmi klub.
Kedatangan M'Boma direspons positif Quinn. "Saya menyambut kedatangan Patrick, meski bisa berarti saya kehilangan tempat. Memiliki striker lain sangat bagus sejauh yang saya ketahui. Dibutuhkan sedikit tekanan. Dia memiliki banyak kemampuan teknis. Tapi, dia juga seorang striker yang sangat kuat, dan saya pikir para penggemar akan menyukainya," ungkap Quinn.
Sayang, pada akhirnya, semuanya tidak dimulai dengan baik. Pertama, M'Boma mencoba mendapatkan No.70 di punggungnya yang mengacu pada tahun kelahirannya. Liga Premier menolak permintaan ini, dan pemain Kamerun tersebut memilih No.7 yang jauh lebih masuk akal.
Lalu, penampilan pertama sebagai pemain pengganti dalam Derby Tyne-Wear tidak menghasilkan gol, meski M'Boma mendapatkan kekaguman dari para penggemar Sunderland.
M'Boma kemudian diberikan starting line-up perdana saat melawan Tottenham Hotspur. Dia kemudian mencetak gol pada debut penuhnya untuk membalas gol pembuka dari Gustavo Poyet setelah memanfaatkan bola panjang Bernt Haas sebelum menyelesaikan bola melewati Neil Sullivan.
M'Boma terus menjadi berita utama di Wearside setelah menampilkan semua aksi dalam kemenangan penting 1-0 atas Bolton Wanderers. Itu mengakhiri sembilan pertandingan tanpa kemenangan.
"Orang Italia terbiasa mengatakan bahwa mereka adalah yang terbaik dan mereka tahu segalanya tentang sepakbola. Liga Premier jauh lebih menarik, terutama untuk seorang striker. Saya baru memulai satu pertandingan sejauh ini di Stadium of Light. Tapi, penontonnya lebih dari 40.000 dan atmosfernya luar biasa," kata M'Boma.
"Saya telah mencetak satu gol untuk klub. Tapi, saya ingin mencetak gol di Stadium of Light sesegera mungkin," ucap M'Boma.
#OnThisDayinAFCON
— Gary Al-Smith (@garyalsmith) January 29, 2022
2004
Patrick M’Boma became oldest player (33y 2m) to score a hat-trick in tournament history as #TeamCameroon came from a goal down to beat Zimbabwe 5-3.
But it was this - Modeste M'Bami's first of two goals - which stole headlines.#AFCONwithGary pic.twitter.com/qYrvqM9not
Namun, tidak akan pernah ada gol di Stadium of Light atau tempat lainnya di Liga Premier. Meski tampil mengesankan saat melawan Chelsea, M'Boma tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah timnya kalah 0-4. Itu juga menjadi yang terakhir kalinya dia menyelesaikan 90 menit di Liga Premier. Setelah itu, dia cedera.
Musim berikutnya, Reid pergi mencari pemain besar lain untuk dimainkan bersama Phillips. Dia menemukannya di Glasgow Rangers dalam diri Tore Andre Flo. Sayangnya, pembelian ini sama tidak berkontribusinya dan Reid dipecat saat Sunderland terdegradasi.
Kepergian Reid sekaligus mengakhiri karier M'Boma di Sunderland. Sebagai pemain hebat, dia mendapatkan tawaran dari bantak klub di berbagai belahan bumi, dari Eropa, Asia, Amerika, hingga Afrikan. Dan, uniknya, M'Boma memilih bergabung dengan Al-Ittihad Tripoli di Libya.
"Salah satu putra Kolonel Khadafi, Al Saadi, menghubungi saya. Petualangan itu menarik di atas kertas dan untuk keuangan saya. Tapi, itu adalah mimpi buruk yang nyata. Saya tidak dibayar selama berbulan-bulan sampai pada akhirnya kami kehabisan uang," kata M'Boma kepada L'Equipe.
M'Boma akhirnya berangkat untuk tugas terakhir di Jepang. Di sana, dia tidak bermain bersama Gamba Osaka lagi. M'Boma memilik Tokyo Verdy. Setelah dia tahun, dia pindah ke Vissel Kobe. Dia pensiun pada 16 Mei 2005 sebagai pemain Kobe.
Here’s Cameroon legend Patrick M'Boma turning up at Gamba Osaka and doing ????
— Planet Football (@planetfutebol) January 27, 2022
on his debut. pic.twitter.com/MoLUomO4mB