Havertz memang penendangnya. Tapi, jika bukan peran Azpilicueta belum tentu bisa gol.
Chelsea berhasil mencetak sejarah memenangkan Piala Dunia Antarklub untuk kali pertama setelah mengalahkan Palmeiras 2-1 lewat penalti Kai Havertz di menit 117 (extra time). Tapi, jika tanpa mind games Cesar Azpilicueta, belum tentu pemain Jerman itu sukses melakukan eksekusi lantaran beban yang disandang.

Azpilicueta menunjukkan tingkat kecerdasan sepakbola yang luar biasa sebelum kemenangan di perpanjangan waktu pada laga puncak Piala Dunia Antarklub 2021 di Abu Dhabi, Minggu (13/2/2022) dini hari WIB.

Kemenangan itu sangat dramatis dan menegangkan karena The Blues mendapatkan penalti di menit-menit akhir perpanjangan waktu setelah VAR menunjukkan Luan handball di kotak terlarang. Havertz yang menjadi eksekutor membuat kiper Palmeiras salah menebak arah dengan cerdik.

Namun, sebelum gol itu terjadi, Azpilicueta terlihat melalukan sesuatu yang cerdik. Itu sebuah mind games alias perang psikologis. Pemain Spanyol itu merebut bola. Itu benar-benar tampak seperti dia akan mengambil tekanan itu sendirian.

Dengan cara seolah-olah akan menjadi eksekutor, konsentrasi para pemain Palmeiras terpecah. Mereka berusaha mengganggu konsentrasi mantan pemain Marseille itu. Dia menyerap semua permainan pikiran dari lawan. Mereka menghabiskan semua energi mereka untuk mencoba masuk ke dalam kepala Azpilicueta.



Dan, saat semua orang mengira Azpilicueta yang menjadi penendang, sebuah kejutan dilakukan. Dia dengan santai menyerahkan bola kepada Havertz. Itu menyebabkan mantan penyerang Bayer Leverkusen tersebut terbebas dari semua tekanan. Lalu, melakukan tembakan cerdik di menit 117.

Itu hanya pekerjaan kelas dunia dari Azpilicueta, yang sekarang benar-benar telah memenangkan segalanya untuk menang bersama Chelsea. Itu bukan hal mudah karena penalti di menit akhir dan dalam tekanan. 



Setelah pertandingan, Havertz menjelaskan bagaimana perasaannya sebelum penalti yang menobatkan Chelsea sebagai juara dunia. "Saya gugup. Saya harus jujur. Maksud saya itu penalti besar, gila. Saya pikir itu bagus, saya tetap gugup, dan sangat bahagia," kata Havertz, dilansir situs resmi FIFA.



"Saya adalah penendang penalti ketiga. Jorginho dan Romelu (Lukaku) keluar. Jadi, saya satu-satunya di lapangan dan pemain lain memberi saya kepercayaan. Hakim (Ziyech), Azpi, semua orang yang mereka katakan kamu melakukannya dan saya melakukannya," tambah Havertz.

"Saya tidak tahu harus berkata apa. Maksud saya, saya selalu memimpikan perasaan yang luar biasa ini untuk saya. Saya berterima kasih untuk semua orang, keluarga saya, pacar saya, semua orang dan ya, terima kasih banyak untuk mereka," pungkas Havertz.