Dengan kehadiran Pratama Arhan, semoga bisa promosi ke J1 League.
Pratama Arhan menggikuti jejak Egy Maulana Vikri, Witan Sulamean, hingga Asnawi Mangkualam Bahar bermain di luar negeri. Full back PSIS Semarang itu akan berkarier bersama Tokyo Verdy di J2 League. Klub macam apa Verdy ini?
Tokyo Verdy 1969 Football Club bermain di kasta kedua kompetisi sepakbola Negeri Sakura sejak terdegradasi dari J1 League 2008. Sejak 2009 hingga 2021, klub yang berbasis di Ajinomoto Stadium, Chofu, Tokyo, tersebut selalu gagal mendapatkan tiket kembali ke J1 League.
Meski ada di J2 League, Verdy bukan nama asing bagi penggemar sepakbola Jepang dan Asia. Di masa lalu, klub yang memiliki arti "hijau" (verde) itu punya catatan yang sangat membanggakan di masa lalu.
Cerita kejayaan Verdy dimulai pada Oktober 1968, menyusul keberhasilan meraih medali perunggu tim sepakbola Jepang di Olimpiade 1968 di Mexico City. Saat itu, Presiden Asosiasi Sepakbola Jepang (JFA), Yuzuru Nozu, mengajak klub baseball terkebal di Jepang, Yomiuri Giants, untuk melebarkan sayap ke sepakbola.
Presiden Giants, Matsutaro Shoriki, setuju dan setahun kemudian mendirikan Yomiuri Football Club. Didukung oleh Yomiuri Group dan NTV, Yomiuri FC memulai dari Tokyo Local League B alias kasta kelima dalam sistem piramid sepakbola Jepang. Dan, pada 1978, mereka mencapai Japan Soccer League (JSL) atau liga sebelum J League.
Tidak butuh waktu lama, Yomiuri jadi kekuatan menakutkan di JSL. Lima gelar JSL (1983, 1984, 1986/1987, 1990/1991, 1991/1992) dan tiga runners-up(1979, 1981, 1989/1990) dihasilkan. Ada lagi JSL Cup (1979, 1985, 1991, 1992), Emperor's Cup (1984, 1986/1987, 1987/1988), serta Asian Club Championship (sekarang Liga Champions Asia) 1987 dikoleksi.
Ketika JSL dibubarkan dan J.League dibentuk pada 1993, Yomiuri bertransformasi menjadi Verdy Kawasaki. Perubahan diperlukan karena regulasi yang mengatur penghapusan nama perusahaan atau sponsor utama klub, meski Verdy masih dimiliki Yomiuri Group.
Dengan pemain-pemain seperti Ruy Ramos, Bismark, Kazuyoshi Miura, Verdy menjuarai J League dan J League Cup 1993. Dengan materi yang tidak berbeda jauh (minus Miura yang pindah ke Genoa), Verdy kembali meraih gelar ganda pada 1994.
Ternyata, itu adalah akhir dari era kejayaan Verdy. Setelah menjadi runner-up 1995, prestasi mereka terjun bebas. Bahkan, krisis finansial membuat Verdy tenggelam. Kepemilikan klub kemudian berganti dan manajemen baru memutuskan memindahkan klub dari Kawaski kembali ke Tokyo sehingga resmi menyandang nama baru "Tokyo Verdy".
Perubahan itu ternyata tidak membawa hoki. Pasalnya, prestasi Verdy tidak kembali ke masa lalu. Justru, mereka harus kehilangan status elite setelah menduduki peringkat 17 klasemen akhir 2005. Sempat kembali ke J1 League 2008, Verdy langsung terjun bebas.
Sejak saat itulah Verdy tidak pernah bangkit dari keterpurukan. Bahkan, pada J2 League 2014, Verdy berada di posisi 20 dari 22 peserta. Beruntung, J3 League baru dibentuk sehingga hanya memiliki satu tim degradasi otomatis, dan satu lainnya melalui jalur play-off.
Tokyo Verdy 1969 Football Club bermain di kasta kedua kompetisi sepakbola Negeri Sakura sejak terdegradasi dari J1 League 2008. Sejak 2009 hingga 2021, klub yang berbasis di Ajinomoto Stadium, Chofu, Tokyo, tersebut selalu gagal mendapatkan tiket kembali ke J1 League.
BACA BERITA LAINNYA
Tidak Puas, Pep: Kami Bisa Melakukan yang Lebih Baik
Tidak Puas, Pep: Kami Bisa Melakukan yang Lebih Baik
Ketika JSL dibubarkan dan J.League dibentuk pada 1993, Yomiuri bertransformasi menjadi Verdy Kawasaki. Perubahan diperlukan karena regulasi yang mengatur penghapusan nama perusahaan atau sponsor utama klub, meski Verdy masih dimiliki Yomiuri Group.
BACA BERITA LAINNYA
Salut! PSIS Tidak Minta Uang Transfer Pratama Arhan
Salut! PSIS Tidak Minta Uang Transfer Pratama Arhan
Dengan pemain-pemain seperti Ruy Ramos, Bismark, Kazuyoshi Miura, Verdy menjuarai J League dan J League Cup 1993. Dengan materi yang tidak berbeda jauh (minus Miura yang pindah ke Genoa), Verdy kembali meraih gelar ganda pada 1994.
Perubahan itu ternyata tidak membawa hoki. Pasalnya, prestasi Verdy tidak kembali ke masa lalu. Justru, mereka harus kehilangan status elite setelah menduduki peringkat 17 klasemen akhir 2005. Sempat kembali ke J1 League 2008, Verdy langsung terjun bebas.