Konon, Arsenal sering bermain kaxsar. Benarkah? Berikut ini faktanya.
Ketika Gabriel Martinelli mendapat kartu merah saat melawan Wolverhampton Wanderers, pekan lalu, dia menjadi pemain Arsenal ke-12 yang diusir wasit di Liga Premier sejak Arteta menjadi pelatih pada Desember 2019. Tidak ada tim lain di papan atas Inggris yang memiliki lebih dari tujuh pemain yang dikeluarkan wasit selama jangka waktu yang sama.
Kisah yang Jarang Diketahui Orang, Alexis Sanchez Nyaris Gabung Liverpool
Sejak pertandingan pertamanya sebagai pelatih dan melakukan tandang di Bournemouth pada Boxing Day 2019, Arsenal telah melakukan 785 pelanggaran di Liga Premier dan mendapatkan 12 kartu merah. Jika di rata-rata, mereka menerima kartu merah setiap 65,4 pelanggaran yang dilakukan.
Ada lagi Manchester United yang mendapatkan tiga kartu merah dari 934 pelanggaran. Sementara Tottenham Hotspur telah melihat tiga pemain dikeluarkan wasit dari 908 pelanggaran yang dilakukan.
Untuk memberi sudut pandang lain, dari semua tim yang tetap bertahan di Liga Premier sejak Arteta ditunjuk, hanya Manchester City (756) yang melakukan lebih sedikit pelanggaran dibandingkan Arsenal (785).
Jadi, mudah untuk melihat mengapa banyak penggemar Arsenal yang frustrasi. Fans bertanya mengapa pemain mendapat kartu merah untuk pelanggaran yang relatif kecil, tapi tim lain lolos dari sanksi berat untuk pelanggaran yang jauh lebih buruk.
Contohnya saat kaki Ben Godfrey ada di wajah Takehiro Tomiyasu dalam pertandingan Arsenal melawan Everton di Goodison Park. Entah bagaimana, bek The Toffees tersebut tetap diizinkan berada di lapangan. Bahkan, setelah wasit melihat VAR.
Pemain Crystal Palace, James McArthur, juga melakukan tendangan kepada Bukayo Saka saat bermain imbang. Uniknya, McArthur hanya menerima kartu kuning. Lalu, dalam pertemuan dengan Man City pada Tahun Baru 2022, Martin Odegaard tidak mendapat penalti setelah dijegal Ederson Moraes.
Semua insiden ini telah menyebabkan rasa ketidakadilan yang nyata di skuad Arsenal. Tapi, para pemain memiliki hak untuk merasa dirugikan pada waktu tertentu. Mereka juga harus menerima tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan di lapangan.
Gabriel Magalhaes misalnya, mendapatkan dua kartu kuning dalam beberapa menit setelah keputusan penalti saat bermain melawan Man City. Itu adalah kartu merah yang bisa dihindari. Seperti yang dilakukan Xhaka saat bermain melawan Liverpool di leg pertama semifinal Piala Liga, ketika dikeluarkan wasit karena pelanggaran profesional terhadap Diogo Jota.
Thomas Partey juga mendapat kartu merah lagi karena mengumpulkan dua kartu kuning dalam waktu singkat. Kartu kuning pertama bisa diperdebatkan. Tapi, dia sangat naif untuk mengulanginya lagi segera setelah kartu kuning pertama. Hal yang sama berlaku untuk Martinelli saat melawan Wolves.
"Kami tahu bahwa bermain dengan 10 orang di liga ini tidak mudah. Kami tahu kami tidak akan mendapatkan poin yang kami inginkan jika kami terus mendapatkannya (kartu merah). Jadi, harus kita hentikan," ucap Arteta.
"Tapi, jujur saja, sulit untuk menemukan lebih banyak argumen dan lebih banyak cara untuk menularkannya kepada para pemain. Semua orang mengatakan itu adalah tim paling disiplin yang pernah mereka lihat dalam 15 tahun terakhir. Tapi, kami mendapatkan kartu merah untuk hal-hal lain," tambah Arteta.
Dari 12 kartu merah yang diberikan kepada Arsenal di bawah Arteta di liga, hanya tiga kartu merah yang langsung dikeluarkan karena tekel yang buruk. Ada dua kejadian yang disebut tindakan kekerasan. Itu saat Nicolas Pepe melawan Leeds United dan Xhaka melawan Burnley. Sisanya, pelanggaran profesional atau handball yang disengaja.
Jadi, jelas bahwa Arsenal bukan tim paling kotor di Lig Premier. Dan, mereka juga memiliki alasan yang dapat dibenarkan untuk merasa seolah-olah telah menjadi korban dari beberapa hal buruk wasit.
Took a look at the red card data for #Arsenal. Data is for PL since the start of the 2020 season, for all 17 teams in the PL since then. (Championship data skews things.)
— Ed Avern (@edwardavern) February 15, 2022
Whatever the issue with #Arteta's team is, it's not a disciplinary one. pic.twitter.com/In22M70aWg