Jika bukan karena melatih di Jepang, belum tentu Wenger sukses di Arsenal. Kok, bisa?
Cerita petualangan Wenger di Jepang terjadi pada 1995-1996. Dimulai dengan tujuh tahun yang sukses memimpin AS Monaco di Prancis. Saat itu, Wenger membuktikan reputasinya sebagai salah satu pelatih muda paling menjanjikan dalam sepakbola profesional level atas.
Liga Jepang Bakal Disiarkan di Indonesia, Efek Pratama Arhan?
Bagi Wenger, keputusan tersebut menjadi kesempatan untuk menantang dirinya sendiri dan belajar di lingkungan yang sama sekali asing. Wenger tinggal di "Nagoya Guranpasu Eito" selama 18 bulan. Meski singkat, pengaruh Wenger di sana masih bergema hingga hari ini.
Gara-gara Kritik kepada Lionel Messi, Sentimen Anti-Prancis Meningkat di Argentina
Seperti yang dikatakan oleh Akademisi Inggris, Dr Christopher Hood, dalam buku "The Professor: Arsene Wenger", kehadiran Wenger di Nagoya seperti ahli konstruksi yang dipekerjakan untuk membangun sebuah pondasi rumah.
Jadi, pergi ke Jepang seperti rekreasi bagi Wenger. "Itu adalah perubahan yang disambut baik dalam hidup saya, pengalaman yang fantastis. Itu adalah sesuatu yang mengubah saya secara mendalam juga. Visi hidup saya berubah di Jepang," kata Wenger, diansir The Guardian.
Tidak adanya sistem promosi-degradasi di J League pada waktu itu membuat Wenger benar-benar berkonsentrasi pada kebebasan membentuk skuad maupun memainkan sepakbola seperti yang ada dalam dunia ide.
? #OnThisDay in 1995, French manager Arsène Wenger secured his first-ever J.LEAGUE victory with Nagoya Grampus Eight (now Nagoya Grampus)! @nge_official ????
— J.LEAGUE Official EN (@J_League_En) March 29, 2021
© J.LEAGUE - All Rights Reserved #JLEAGUE pic.twitter.com/tBWxQbWJ62
"Saya menyadari bahwa sepakbola adalah apa yang saya nikmati. Selebihnya hanya pendapat orang. Jadi, sejak saya kembali dengan Arsenal, saya mengambil pendekatan yang sama. Saya berkonsentrasi pada sepakbola, melatih tim. Saya bisa senang melakukan itu," ujar Wenger.
Seperti yang kemudian tertulis dalam buku sejarah, setelah 18 bulan di Nagoya, Wenger kemudian pergi ke Inggris. Dia menerima tantangan melatih Arsenal. Di London Utara, dia membuat The Gunners mendunia dengan pemain, permainan, dan prestasi jempolan selama belasan tahun.
Sementara klub yang ditinggalkannya tetap menggunakan filosofi Wenger hingga sekarang. Beberapa anak didiknya di Nagoya kini jadi pelatih sukses. Salah satunya Stojkovic, yang baru saja mengantarkan Serbia ke Piala Dunia 2022.
Nagoya Grampus lift the 1996 Japanese Super Cup.
— Serbian Football (@SerbianFooty) October 25, 2020
Manager: Arsene Wenger
Star player: Dragan Stojkovic pic.twitter.com/GR0zeuD2cV