Dianggap penerus Luka Modric di London Utara, dan pernah diincar Barcelona.
Bostock melakukan debut profesional pada usia 15 tahun bersama Crystal Palace setelah melalui jalur akademi. gelandang tengah itu masuk dalam radar klub top Eropa sebagai talenta yang punya prospek bagus.
Setelah terbiasa dengan label wonderkid di Crystal Palace, Bostock merasa terjebak di belakang beberapa pemain hebat Spurs. Dan, itu benar-benar membuat dirinya frustrasi.
Kisah Syamsir Alam Main Bersama CS Vise, Wonderkid yang Gagal dan Sempat Menjadi Artis
Kondisi itu berbanding terbalik dengan awal kariernya. Ketika masih berusia 17 tahun, Bostock mencetak dua gol dalam debut untuk Brentford melawan Millwall. Gol profesional pertamanya dengan kaki kiri setelah beberapa keterampilan individu yang apik. Yang kedua bahkan lebih mencolok, langsung dari sudut.
Tidak tanggung-tanggung, Barcelona ketika itu menawarkan Bostock kontrak jangka panjang, 10 tahun. Tapi, Bostock malah menolak tawaran menggiurkan tersebut karena tidak ingin jauh dari keluarga.
"Saya melihat Ronaldinho memenangkan trofi ini dan saya hanya berpikir saya ingin menjadi orang itu. Saya menyematkan identitas saya pada itu dan saya pikir jika saya tidak mencapai itu, saya gagal," tambah Bostock.
Akhirnya, Bostock dibebaskan oleh Spurs pada musim panas 2013. Tapi, dia berhasil membangun kembali karirnya di Belgia bersama Royal Antwerp dan OH Leuven. Setelah bermain di Prancis dan Turki selama delapan tahun, Bostock kemudian kembali ke Inggris dengan mengikat kontrak di Doncaster Rovers.
Sayangnya keinginan Bostock untuk melanjutkan karier sepakbola diganggu cedera pergelangan kakinya. Cedera itu pulih setelah menjalani operasi pada akhir November 2021. Tapi, kini Bostock memilih jalur lain di luar sepakbola. Dia memiliki menjalani hidup sebagai misionaris.
Bostock adalah pendiri dan pemimpin podcast Ballers in God. Dalam acara ini, dia dan sejumlah pemain yang diundang mendiskusikan iman mereka, dan dampaknya terhadap karier.
Dalam episode pertama, Bostock mengungkapkan bahwa dia siap untuk meninggalkan sepakbola dan menjadi pendeta setelah meninggalkan Spurs. Tapi, keyakinannya juga membuatnya tetap dalam permainan. "Saya memberikan hidup saya kepada Yesus ketika saya berusia 16 tahun. Saya tidak tumbuh dalam keluarga Kristen. Seluruh hidup saya dibangun di atas saya sebagai pesepakbola," kata Bostock.
"Tapi, ketika saya mengenal Yesus, saya menyadari bahwa saya sebenarnya adalah seorang Kristen yang bermain sepakbola. Jadi, karunia saya digunakan untuk memuliakan Tuhan daripada diri saya sendiri," tambah Bostock.
"Tuhan membawa saya dalam perjalanan di luar zona nyaman saya. Saya meninggalkan Spurs ketika saya berusia 21 tahun, dan kepercayaan diri saya sangat rendah. Saya berkata kepada Tuhan, 'Jika anda ingin saya menyelesaikan sepakbola dan menjadi pendeta, saya akan melakukannya. Tapi, saya merasa roh Tuhan datang kepada saya dan meminta saya terus bermain," ungkap Bostock.
Bostock kini berusia 30 tahun dan tetap menjadi pemain Doncaster sambil menjadi misionaris. Entah sampai kapan, dia tidak tahu dan menyerahkan semuanya pada takdir.
The @BallersinGod Podcast EP3 is out now! ?
— ODYSSEY VIBES KJ ????♂️ (@KJxMilligan) February 20, 2022
We are joined by the one and only @ighalojude !! ?
Odion speaks to us about his faith, his upbringing, his work he does in Nigeria and of course… His time at Manchester United! Link is below! W/@JohnJBostockhttps://t.co/Rg9MzM9qIz pic.twitter.com/ER3tRnUzYA