Sosok pelatih Persebaya ini dulunya pemain dan pelatih Arema FC bahkan putra daerah Malang...
Nama Aji Santoso tak bisa dilepaskan dari Arema FC. Juru taktik kelahiran Malang, 6 April 1970 itu pernah memperkuat klub yang berjuluk Singo Edan baik sebagai pemain (1987-1995) atau pelatih (2017). Kedua peran itu dijalankannya dengan catatan apik.

Sebagai pemain Aji Santoso membawa Arema FC meraih trofi Galatama musim 1992. Dan sebagai pelatih ia mempersembahkan gelar pra musim yakni Piala Presiden 2017.

Tapi Aji Santoso juga menorehkan catatan manis saat memperkuat klub rival asal Jawa Timur lainnya, Persebaya Surabaya. Juga sebagai pemain dan pelatih. Bersama klub berjuluk Bajul Ijo, Aji Santoso bertindak sebagai kapten saat klub kesayangan masyarakat Surabaya itu menjuarai Divisi Utama musim 1996-97 --- satu musim setelah hengkang dari Arema ke Persebaya.



Dan sebagai pelatih, Aji membawa Persebaya Surabaya kembali ke kasta tertinggi sepakbola Indonesia, dan sempat menjuarai turnamen Piala Gubernur Jatim 2020. Dan di musim ini bersaing ketat dengan Arema FC untuk memperbutkan gelar juara BRI Liga 1.

Dan pada pekan ke-27, Rabu (23/2) malam WIB, Persebaya Surabaya bertemu dengan Arema FC. Laga yang berlangsung di berkesudahan dengan skor 1-0 untuk kemenangan Persebaya Surabaya.

Satu-satunya gol dicetak oleh Syamsul Arif pada menit ke-78. Sebuah gol yang memutus rekor 25 laga tak terkalahkan Arema FC.



Bermula dari situlah. Puluhan Aremania di Malang, melakukan hal yang tecela, oknum suporter itu merusak fasilitas Aji Santoso International Football Academy (ASIFA). Diantaranya mereka melakukan vandalisme dengan kalimat sarkas yang menyebut Aji Santoso sebagai seorang pengkhianat.


''Semalam setelah pertandingan ada beberapa suporter yang datang ke ASIFA, melakukan demo seperti teriak-teriak, membentangkan spanduk dengan tulisan-tulisan, dan dua mobil ASIFA juga dicoret-coret,'' kata Aji Santoso dalam keterangan resminya, Kamis (24/2).

Pihak dari Arema FC sendiri langsung menghubungi Aji Santoso dan meminta maaf dan bertanggung jawab atas insiden memalukan tersebut. Tak ada ketegangan. Karena memang yang belum sepenuhnya memahami dinamisnya sepakbola adalah oknum suporter.

Bagi Aji Santoso sendiri. Ia tetap mengganggap Arema FC sebagai bagian manis dari perjalanan hidupnya. 

''Semalam saya sampaikan bahwa rivalitas itu cuma 90 menit. Setelahnya, kita kembali menjadi teman dan saudara,'' lanjut Aji.

Butuh kebesaran hati untuk bisa berkata hal yang sedemikian indah. Dan Aji Santoso mempunyai hal itu.

''Sampai saat ini juga banyak pemain Arema yang dulu adalah anak didik saya. Hubungan saya dengan asisten-asisten pelatih Arema juga erat, bahkan dokter tim Arema sudah seperti saudara saya,'' tutupnya.




Selalu ada pelajaran berharga yang terselip dari balik sebuah peristiwa, yang tak mengenakkan sekalipun.