Ingin cari aman, atau?
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan perang terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022. Kebijakan itu telah memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Inggris yang memperingatkan sebaiknya Putin menghentikan kekejamannya.

Hal itu juga berbuntut panjang sampai merambat ke urusan sepakbola. Di Inggris orang-orang yang berada di klub, terutama yang mempunyai hubungan kedekatan dengan Putin tak lepas dari kecaman.

Yang sedang disorot tak lain adalah pemilik Chelsea, Roman Abramovich. Seorang anggota parlemen Inggris bahkan meminta untuk tidak terikat kerjasama lagi dengan Abramovich, akan tetapi miliarder Rusia berusia 55 tahun itu menyangkal bahwa dia memiliki hubungan dekat dengan Putin.

Namun, desas-desus itu telah telanjur besar dan kini Abramovich sedang terpojok. Mengetahui hal itu, putri kandung dari seorang yang memiliki kewarganegaraan Israel dan Portugal itu, Sofia Abramovich, mengambil inisiatif dalam langkah untuk 'melindungi ayahnya'.



Sofia membuat sebuah seruan di akun Instagram pribadinya agar Putin sebaiknya menghentikan perang tersebut. Menurut Sofia, hal itu bukanlah kehendak rakyat melainkan keegoisan Putin.

"Putin ingin perang dengan Ukraina. Kebohongan terbesar dan paling sukses dari propaganda Kremlin adalah bahwa sebagian besar orang Rusia mendukung Putin."

Ada beberapa reaksi negatif terhadap postingan Sofia tersebut. Mereka berlaku sinis karena menganggap keluarga Sofia, terutama kerajaan bisnis ayahnya bisa sebesar sekarang karena bantuan dari Putin. Sofia dinilai tidak mengerti kondisi masyarakat.

Terlepas dari hal itu, Sofia bukanlah orang pertama yang menentang perang dan mengecam Putin. Striker Dynamo Moscow, Fedor Smolov, yang berasal dari Rusia dengan berani menolak apa yang dilakukan oleh sang presiden.

Buntut dari hubungan Rusia dan Ukraina yang tegang ini juga membuat seorang pemain dari Ukraina, Yaroslav Rakitskiy, yang kebetulan bermain untuk klub Rusia, Zenit St Petersburg, harus didepak karena menolak adanya perang.

Zenit juga yang semula dijadwalkan menjadi tuan rumah final Liga Champions di Gazprom Arena mendapat sanksi dari UEFA, di mana tuan rumah akan dipindahkan ke Prancis, tepatnya Stade de France, Paris.