Atas nama apapun, perang selalu merugikan warga sipil, termasuk pesepakbola.
Setelah penuh ketidakpastian, sejumlah pemain asing di kompetisi Ukraina berhasil dievakuasi. Melalui perjuangan berat dan dramatis, mereka meninggalkan zona perang melalui jalur darat ke negara tetangga seperti Polandia, Moldova, dan Rumania.

Pada hari-hari awal setelah Rusia melakukan invasi, para pemain asal Brasil milik Shakhtar Donetsk serta seluruh anggota skuad lainnya merasa cemas dan takut. Mereka membuat sebuah video viral berisikan permohonan bantuan untuk mengevakuasi mereka dari Ukraina.

Menjawab kekhawatiran itu, pelan dan pasti, manajemen Shakhtar telah mengevakuasi pemain Brasil ke Rumania. Proses evakuasi itu tak lepas dari kerja sama dengan UEFA karena terdapat pula pemain-pemain asing Dynamo Kiev dan Dnipro Dnipropetrovsk.

"Kami ingin berterima kasih atas bantuan semua orang yang mengambil bagian dalam proses ini. Evakuasi para pemain dimungkinkan berkat bantuan pribadi dari Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, Presiden Asosiasi Sepakbola Ukraina (UAF), Andriy Pavelko, dan Presiden Asosiasi Sepakbola Moldova (FAM), Leonid Oleinichenko," kata Shakhtar dalam sebuah pernyataan.

Selain pemain-pemain asal Brasil yang terjebak dan meminta bantuan, pemain perantauan lain juga mendapatkan evakuasi ke luar Ukraina. Contohnya, pemain sayap asal Inggris, Viv Solomon-Otabor.

Solomon-Otabor bergabung dengan Rukh Lviv pada Januari 2022, setelah sebelumnya bermain di Saint Johnstone di Skotlandia, serta Wigan Athletic, dan Birmingham City di Inggris.

Pemain berusia 26 tahun itu mengatakan telah berhasil keluar Ukraina setelah menjalani evakuasi yang dramatis. Solomon-Otabor menyebut, awalnya timnya sedang menjalani sebuah kamp pelatihan di Turki. Kemudian, kembali ke Ukraina untuk persiapan putaran kedua Liga Premier Ukraina.



Solomon-Otabor sempat menjalani latihan di Ukraina bersama klubnya. Tapi, sehari kemudian, invasi Rusia dilakukan dan Solomon-Otabor menjadi satu dari beberapa pemain asing Rukh yang dievakuasi.

"Klub membantu kami. Mereka memiliki dua pilihan. Kami pergi ke Polandia atau pulang ke keluarga kami. Tidak baik bagi keluarga anda untuk mengetahui bahwa anda berada di negara zona perang. Jadi, lebih baik di rumah saja untuk saat ini," kata Solomon-Otabor kepada BBC Sport.

"Mereka benar-benar memberi kami rute tentang cara menuju perbatasan. Kami pergi ke perbatasan Polandia; kami berada di sana selama sekitar 10 jam. Saya dan dua rekan satu tim saya berkendara ke perbatasan. Kemudian dari perbatasan kami berkendara ke Krakow Kemudian saya bisa terbang ke London.



Solomon-Otabor juga menggambarkan betapa mengerikannya situasi di Ukraina. "Saya ingat kami sedang mengemudi dan ada tank yang melewati kami. Anda melihat hal itu di Call of Duty. Itu tidak nyata. Saya belum pernah melihat yang seperti itu dalam hidup saya," kata Solomon-Otabor.

"Di perbatasan, semua orang tenang. Tapi, anda bisa melihat ketakutan di wajah orang-orang. Ketika kami masuk ke Polandia, kami berada di sebuah pompa bensin. Orang-orang sedang tidur di mobil mereka. Beberapa berjalan kaki. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki ke Polandia demi keselamatan," pungkas Solomon-Otabor.