Saat negara dalam bahaya, seluruh rakyat wajib angkat senjata ikut berperang.
Pekan lalu, dunia dikejutkan dengan keputusan Rusia menyerang Ukraina. Terlepas alasan yang mendasari, serangan yang membuat warga sipil menjadi korban itu telah mendapatkan perlawanan dari militer dan rakyat Ukraina.
Masih Tetap Eksis, Inilah 7 Langkah Karier Carlos Vela
Herbie Roberts adalah seorang pesepakbola asal Inggris pernah bermain untuk Arsenal. Roberts memulai karier di Oswestry Town sebelum pindah ke Arsenal, dan bermain 11 tahun. Selama di London Utara, pria Inggris itu memenangkan empat gelar Divisi I (LIga Premier).
Bek tengah ini sangat terinspirasi oleh metode kepelatihan Herbert Chapman sehingga dia mengambil peran sebagai pelatih di tim kedua Arsenal setelah gantung sepatu. Roberts bekerja sebagai Polisi sebelum bergabung dengan The Gunners, dan klub lamanya adalah tim amatir.
Kisah Aneh Emirates Stadium Pasang Lagu Smackdown, Sepakbola Campur Gulat
Sir Tom Finney adalah pesepakbola Inggris yang bermain sebagai penyerang untuk Preston North End. Dia adalah salah satu wonderkids pertama di sepakbola Inggris yang merasakan kelebihan dari sistem pembinaan pemain muda yang didirikan di Inggris.
Finney memenangkan medali pencetak gol terbanyak pada usia 17 tahun dan merupakan penyerang berbakat. Tapi, perang pecah pada akhir masa remajanya, dan dia harus bergabung dengan tentara Inggris di Afrika Utara.
3. Fritz Walter
Fritz Walter adalah pemain terbesar Kaiserslautern. Dia menghabiskan seluruh kariernya di klub Jerman itu. Sebagai bentuk terima aksih, klub telah menamai stadion kandangnya dengan nama Walter.
Walter mencetak 357 gol dalam 364 penampilan untuk Kaiserslautern dan telah mengukir namanya dalam sejarah sepakbola Jerman. Gelandang serang itu terlibat dalam perang ketika Nazi memaksanya berperang melawan Uni Soviet di front timur.
Saat perang, Walter menyerah dan menjadi tawanan Uni Soviet. Dia diperkirakan tidak akan hidup. Tapi, uniknya, di kamp penampungan, ada yang mengenalinya sebagai pemain sepakbola. Seorang tentara Uni Soviet kemudian berbicara kepada atasannya bahwa Walter bukan orang Jerman, melainkan Austria. Jadi, Walter selamat dan tidak jadi dikirim ke kamp kerja paksa di Siberia, Gulag.
Setelah perang, Walter dibebaskan. Dia akhirnya menjadi kapten Jerman Barat untuk kejayaan Piala Dunia 1954.
Looking forward to reading this - new book by Stefan Mayr about Fritz Walter and German football during the war. pic.twitter.com/rzPr84041s
— Jon Hughes (@rider_jon) December 25, 2020
2. Raymond Kopa
Raymond Kopa adalah salah satu pemain Prancis paling berbakat sepanjang masa. Kopa terkenal dengan pengalamannya di Reims dan Real Madrid. Gelandang serang ini adalah bagian penting dari Los Blancos yang memenangkan tiga Liga Champions selama akhir 1950-an.
Sama seperti pemain di zamannya, perang membuat segalanya berubah. Kopa bekerja di tambang batu bara di Prancis Utara bersama ayah dan saudara lelakinya selama perang. Dia memproduksi bahan bakar untuk Prancis saat berada di bawah kekuasaan Nazi. Dia kehilangan jari dalam kecelakaan di pertambangan itu.
Kopa kemudian mencoba sepakbola profesional setelah perang berakhir. Keputusannya ternyata sangat sukses. Dia menikmati bermain di level tertinggi selama sekitar satu dekade. Pada puncaknya, Kopa termasuk pemain terbaik dunia. Dia juga memenangkan Ballon d'Or.
Raymond Kopa
— Fuad Alakbarov (@DrAlakbarov) November 17, 2019
One of the great French players of all time, along with his father and brother, teenaged Kopa worked in the coal mines of northern France all through the war, providing fuel for France while under Nazi command. He even lost a finger in a mining accident. pic.twitter.com/oBU7PhhYoX
1. Lev Yashin
Lev Yashin merupakan kiper terhebat sepanjang masa. Dikenal karena posisinya, refleksnya yang cepat, dan kemampuan penyelamatan penaltinya yang luar biasa, Yashin tetap menjadi tolok ukur bagi penjaga gawang di seluruh dunia hingga hari ini.
Yashin adalah satu-satunya penjaga gawang yang pernah memenangkan Ballon d'Or. Tapi, hidupnya sempat diganggu perang. Yashin dipaksa bekerja di pabrik pada usia 12 tahun. Lalu, pada usia 18 tahun, dia ditugaskan ke pabrik militer di Moscow.
Yashin kemudian diundang untuk bergabung dengan tim junior Dynamo Moscow setelah tampil impresif saat bermain untuk tim pabrikan. Dia kemudian bermain 74 kali untuk negaranya dan 326 kali untuk Dynamo.
"The Black Spider" hampir seorang diri membawa Uni Soviet ke semifinal Piala Dunia 1996. Dia juga memenangkan Medali Emas Olimpiade dan menyelamatkan lebih dari 150 penalti dalam karier yang dicapai.
Untuk menghormati kontribusinya yang luar biasa pada olahraga, France Football menciptakan "Yashin Award". Penghargaan itu diberikan kepada penjaga gawang terbaik dunia.
Do you know, the world famous goalkeeper Lev Yashin served the soviet army during second world war? pic.twitter.com/YR3ijoL2is
— The International Magazine (@TheIntlMagz) October 25, 2021