Sepakbola Indonesia pantas cemas karena ternyata ada saingannya.
Sepanjang musim 2021/2022, tidak terhitung jumlahnya wasit di kompetisi Indonesia yang dikejar-kejar, dianiaya pemain, bahkan ada yang berakhir di rumah sakit. Uniknya, aksi tidak terpuji itu ternyata juga terjadi di Argentina.
Sangat jarang wasit menerima pujian yang pantas ketika membuat keputusan sulit dengan benar atau membuat keputusan yang berani. Sebaliknya, ketika mereka melakukan kesalahan, hukuman telah menanti. Bukan hanya dari asosiasi yang menaungi, melainkan juga tim yang kalah.
Minimal, wasit akan mendapat hujatan di madia sosial. Maksimal, dia akan menjadi korban main hakim sendiri oleh pemain, pelatih, ofisial, maupun pendukung tim yang merasa dirugikan. Di Indonesia kejadian seperti itu hal biasa. Di liga profesional maupun turnamen tarkam, banyak wasit harus menjadi korban.
Namun, Indonesia tidak perlu takut kehilangan status "barbar" di sepakbola. Pasalnya, baru-baru ini, seorang wasit Argentina mendapatkan perlakuan yang sama. Bahkan, video pengeroyokan itu beredar di media sosial dan viral.
Insiden memalukan tersebut terjadi pada final sebuah turnamen amatir di Cordoba, antara La Puerta dan Sportivo Tirolesa. Setelah pertandingan berlanjut ke adu penalti, Sportivo Tirolesa keluar sebagai pemenang. Dan, pemain-pemain La Puerta marah besar.
Merasa tidak terima dengan kekalahan tersebut, La Puerta langsung mencari kambing hitam. Dan, siapa lagi kalau bukan wasit? Eduardo Pastorino yang memimpin jalannya laga menjadi tersangka utama.
Tanpa basa-basi para pemain La Puerta mengejar wasit dengan berbagai jurus kungfu. Menyadari bahaya yang dihadapi, Pastorino mencoba berlari. Tapi, usahanya sia-sia. Dia menjadi bulan-bulanan pemain La Puerta yang marah. Dia dihakimi ramai-ramai layaknya maling ayam yang ditangkap warga.
Wasit yang berdarah di kepala dan lebam di wajah, langsung dilarikan ke rumah sakit. Beruntung, Pastorino hanya mendapatkan beberapa jahitan atas lukanya dan dalam keadaan sadar.
Menurut laporan The Sun, delapan pemain La Puerta dan tiga penonton telah berhasil diidentifikasi oleh polisi dan ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan. Pasalnya, aksi brutal itu tidak hanya menyasar wasit. Presiden Liga Regional Colon, Gustavo Garcia, membutuhkan perawatan setelah ikut dipukuli.
Diyakini aksi itu muncul karena La Puerta kecewa dengan beberapa keputusan wasit sehingga pertandingan berlanjut ke babak tos-tosan.
Sangat jarang wasit menerima pujian yang pantas ketika membuat keputusan sulit dengan benar atau membuat keputusan yang berani. Sebaliknya, ketika mereka melakukan kesalahan, hukuman telah menanti. Bukan hanya dari asosiasi yang menaungi, melainkan juga tim yang kalah.
BACA ANALISIS LAINNYA
Cari pengganti Lionel Messi, Argentina Lacak Pemain Keturunan di Eropa
Cari pengganti Lionel Messi, Argentina Lacak Pemain Keturunan di Eropa
Tanpa basa-basi para pemain La Puerta mengejar wasit dengan berbagai jurus kungfu. Menyadari bahaya yang dihadapi, Pastorino mencoba berlari. Tapi, usahanya sia-sia. Dia menjadi bulan-bulanan pemain La Puerta yang marah. Dia dihakimi ramai-ramai layaknya maling ayam yang ditangkap warga.
BACA BERITA LAINNYA
Asnawi Masuk Line-up Lawan Gwangju, Ansan Harus Mengakui Keunggulan Tim Tamu
Asnawi Masuk Line-up Lawan Gwangju, Ansan Harus Mengakui Keunggulan Tim Tamu
Menurut laporan The Sun, delapan pemain La Puerta dan tiga penonton telah berhasil diidentifikasi oleh polisi dan ditetapkan sebagai tersangka pengeroyokan. Pasalnya, aksi brutal itu tidak hanya menyasar wasit. Presiden Liga Regional Colon, Gustavo Garcia, membutuhkan perawatan setelah ikut dipukuli.