Semua masalah ada duduk perkaranya... Simak.
Publik pencinta sepakbola tanah air kembali tertampar, kali ini dengan kabar memalukan dari media Belgia, RTBF, dimana disebutkan PSSI mempunyai hutang sebesar USD 47 juta atau sekitar Rp 672 miliar kepada perusahaan agensi olahraga bernama Target Eleven.
Melalui Yunus Nusi selaku Sekjen, PSSI
menjelaskan bahwa kerja sama itu terjalin pada 2013 antara Target Eleven dan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Saat itu, sepak bola Indonesia memang tengah dilanda kisruh yang menyebabkan dualisme kompetisi: Indonesia Super League (ISL) dan Liga Primer Indonesia (LPI).
Yunus Nusi mengatakan bahwa PSSI berencana untuk segera menyelesaikan kasus tersebut. Namun, ia juga mempertanyakan sikap Target Eleven yang tidak melibatkan LPIS selaku pihak yang juga terlibat dalam kesepakatan pada 2013.
''PSSI berniat baik untuk menyelesaikan kasus ini,'' kata Yunus Nusi dalam laman resmi PSSI, Kamis (17/3).
''Namun, Target Eleven bersikeras untuk menyeret administrasi sekarang yang tidak tahu mengenai perjanjian yang terjadi hampir 1 dekade lalu. Sementara, LPIS tidak pernah disinggung dan dilibatkan oleh Target Eleven dalam kasus ini,'' imbuhnya.
PSSI sendiri, sejak tahun 2013, tidak pernah menyinggung soal utang tersebut dalam kongres tahunan yang selalu dihadiri oleh perwakilan FIFA, AFC dan AFF.
Menurut laporan Media Belgia, RTBF, Target Eleven dan PSSI melakukan kesepakatan pada 2013 untuk memprofesionalkan sepak bola Indonesia. Namun kemudian, terjadi kisruh di PSSI, termasuk dualisme hingga campur tangan pemerintah yang menyebabkan Indonesia disanksi FIFA.
Target Eleven mengaku mereka terus mengembangkan proyek tersebut. Akan tetapi, mereka mengaku tidak pernah menerima pembayaran dari PSSI sebagaimana yang diatur dalam perjanjian yang ditandatangani pada 2013.
Dalam beberapa kesempatan, menurut RTBF, PSSI telah menyatakan kesediaannya untuk menyelesaikan situasi secara damai. Oleh karena itu, Target Eleven telah setuju untuk menangguhkan proses di hadapan Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) dengan maksud untuk menyelesaikan perselisihan secara damai.
Mari kita nantikan kelanjutan kasus memalukan ini.
Melalui Yunus Nusi selaku Sekjen, PSSI
menjelaskan bahwa kerja sama itu terjalin pada 2013 antara Target Eleven dan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Saat itu, sepak bola Indonesia memang tengah dilanda kisruh yang menyebabkan dualisme kompetisi: Indonesia Super League (ISL) dan Liga Primer Indonesia (LPI).
BACA ANALISIS LAINNYA
Momen Spanduk Anti Perang di Liga Europa, Ada Tragedi 'Indonesia 1958'
Momen Spanduk Anti Perang di Liga Europa, Ada Tragedi 'Indonesia 1958'
BACA ANALISIS LAINNYA
10 Pesepakbola yang Kariernya Hancur Setelah Gabung Chelsea
10 Pesepakbola yang Kariernya Hancur Setelah Gabung Chelsea
Target Eleven mengaku mereka terus mengembangkan proyek tersebut. Akan tetapi, mereka mengaku tidak pernah menerima pembayaran dari PSSI sebagaimana yang diatur dalam perjanjian yang ditandatangani pada 2013.
Mari kita nantikan kelanjutan kasus memalukan ini.