Bukan Agama yang jadi penyebabnya, tapi hal ini.
Ada banyak pelatih dan klub sepakbola di Eropa yang mengizinkan para pemain Muslim menjalankan ibadah puasa sambil bermain di kompetisi. Tapi, tidak semuanya. Contohnya pelatih di Ligue 1 yang satu ini. Dan, dia punya alasan khusus.

Di Prancis, Saint-Etienne dikenal sebagai salah satu klub tradisional dan bersejarah. Meski dalam beberapa tahun terakhir kalah pamor dari klub-klub seperti Lyon, Marseille, Paris Saint-Germain (PSG), AS Monaco, Nice, hingga Lille, bukan berarti penggemar Ligue 1 bisa melupakan eksistensi Les Verts bergitu saja.

Musim ini, Saint-Etienne mempekerjakan Pascal Dupraz sebagai pelatih. Dan, baru-baru ini nakhoda berusia 59 tahun tersebut memicu kontroversi karena melarang para pemain Muslim di klubnya menjalankan ibarah Ramadhan.

Meski dikecam; tidak ada alasan relegius, diskriminatif, rasialis, atau fasis. Dupraz melarang pemainnya berpuasa dengan alasan teknis sepakbola. Sebab, para pemain Saint-Etienne yang berpuasa ternyata tidak memiliki stamina saat pertandingan. Dan, itu merugikan timnya.

Dupraz perlu mengambil kebijakan tidak populer itu karena fakta menunjukkan sekitar dua pertiga dari skuad Les Verts beragama Islam dan menjalankan puasa. 

Tapi, Dupraz juga tidak asal melarang. Dia telah meminta nasihat dari organisasi Muslim setempat. Konon, lembaga semacam "Majelis Ulama" itu telah memberikan lampu hijau dengan sejumlah syarat yang mengacu pada ketentuan dalam kitab suci seperti memberi makan orang miskin atau membalas puasanya di hari lain. 

Dupraz perlu mengambil langkah itu karena Saint-Etienne saat ini berada dalam masa sulit. Mereka sedang berjuang untuk tetap berada di kasta teratas Prancis. Peluang mereka bertahan mendapat pukulan besar dua pekan lalu ketika dikalahkan Lorient 2-6. Beruntung, pada laga terbaru, Sabtu (16/4/2022), Les Verts memetik kemenangan 2-1 atas Brest.

Tapi, bukan berarti Dupraz bisa bernapas lega. Pasalnya, Ligue 1 musim ini masih menyisakan enam pertandingan lagi. "Saya menjelaskan kekalahan dengan tanggung jawab saya. Tanggung jawab pelatih adalah untuk mengulangi kepada para pemain anda bahwa sepakbola harus dihormati," kata Dupraz, dilansir Amazon Prime.



"Ketika kami memulai dengan cara yang kami lakukan, anda tidak dapat membuat masalah besar dengan dalih bahwa kami memimpin 2-0. Anda harus menghormati fundamental. Itu penting. Dan, itulah yang kami tidak tahu bagaimana melakukannya," tambah Dupraz.

"Ini adalah bencana kolektif, dosa kebanggaan, sikap sia-sia, bukan sikap yang dimiliki pemain profesional. Dalam perjalanan menuju penebusan, masih ada pertandingan lainnya yang harus diperlakukan dengan baik," ucap Dupraz.

Namun, meminta pemain untuk berhenti berpuasa sepertinya tidak akan banyak membantu. Pasalnya, Karim Benzema baru-baru ini membuktikan bahwa Ramadhan bukanlah halangan. Striker Real Madrid itu juga berpuasa dalam kemenangan atas Chelsea di Liga Champions.

Sementara di Jerman, wasit menghentikan permainan untuk mengizinkan seorang pemain berbuka puasa. Itu terjadi pada dua pertandingan Bundesliga yang melibatkan empat klub dengan pemain Muslim asal Afrika.