Pranjic pernah merasakan tangan dingin keduanya ketika masih aktif di Jerman.
Mantan pemain Die Bayern, Danijel Pranjic angkat bicara soal dua pelatih Bayern, yakni  Louis van Gaal dan Jupp Heynckes, dimana ia pernah merasakan tangan dingin keduanya ketika masih aktif di Jerman. 

Dalam wawancaranya bersama Spox, pria Krosia ini mengakui bahwa bermain untuk Die Roten adalah salah satu keputusan terbaik dalam hidupnya,

“Itu adalah salah satu keputusan terbaik dalam hidup saya. Pengalaman bermain untuk klub seperti FC Bayern tidak dapat dikompensasi dengan uang di dunia, "ujar Pranjic.

Di bawah Van Gaal, mantan pemain Heerenveen itu aktif bermain selama dua musim dan menjadi pemain yang membantu FC Bayern ke final Liga Champions musim 2009/10,

“Dia terobsesi dengan filosofi bermain sepakbola setepat mungkin. Kami pemain telah mendapat manfaat luar biasa dari ini, secara pribadi saya tidak memiliki pelatih yang lebih baik dalam karir saya. Tetapi cara berpikir dan pekerjaannya juga merupakan aset besar bagi seluruh klub ”

Kendati mendapatkan pelajaran bermanfaat dari pria Belanda itu, Pranjic juga mengakui rumor yang beredar bahwa van Gaal adalah “orang yang sulit”,

“Namun, van Gaal juga merupakan "orang yang sulit" dengan siapa "sebagai tim anda sebenarnya hanya dapat bekerja selama satu tahun"

“Ini terutama karena cara berpikirnya bahwa segala sesuatu harus selalu dilakukan dengan sempurna: ‘Kami tidak memiliki kebebasan dan jarang ada yang bisa dirasakan dari suasana santai di tempat latihan’ "

Salah satu pemain yang pernah bermasalah dengan pelatih ‘Tangan Besi ‘ tersebut adalah Franck Ribery ,

"Karena van Gaal lebih suka membiarkan dia (Ribery) bermain di belakang striker utama, tetapi dia tidak senang tentang hal itu dan bersikeras untuk bermain secara reguler  di sayap kiri "

Masih terkait dengan pemain Prancis tersebut, Pranjic menganggap penggawa Fiorentina itu adalah pemain sayap kiri terbaik di dunia,

"Franck adalah pemain sayap kiri terbaik di dunia dan, sebelum Luka Modric dan Arjen Robben, rekan setim terbaik yang pernah saya miliki"

Ketika van Gaal harus meninggalkan Tim Bavaria pada tahun 2011, Jupp Heynckes mengambil alih, dan Pranjic sudah tidak menjadi opsi utama lagi disana. Namun pemain yang kini berusia 38 tahun itu tidak pernah merasa benci dengan sosok Heynckes,

“Saya hanya bisa melepas topi (rasa hormat) saya ke Heynckes dan kesuksesannya. Bahkan jika saya harus mengatakan bahwa van Gaal secara taktis lebih unggul darinya dalam hal pengetahuan sepakbola. Sejauh itu, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan van Gaal ”

Pada tahun 2012, Pranjic resmi meninggalkan Allianz Arena dan berkarir secara nomaden, mulai dari Sporting Lisbon, Celta vVgo hingga Ayia Napa, sebuah kesebelasan asal Cyprus. Pengemas 58 penampilan untuk timanas Krosia ini juga ingin meneruskan karir sepak bolanya sebagai pelatih ketika sudah pensiun,

 “Saya bugar dan saya ingin bermain sedikit lagi. Karena saya tidak bisa melakukannya tanpa sepakbola, saya ingin menjadi pelatih setelah itu "

Walaupun kagum dengan van Gaal, Pranjic justru tertarik dengan gaya kepelatihan Jurgen Klopp di Liverpool,

"Dia menarik untuk para pemainnya karena dia sosok yang disiplin dengan sedikit kelonggaran, dan dia berhasil menyatukan tim secara sehat” pungkas Pranjic.