Bagaimana tanggapan Europol?
Di balik pertandingan sepakbola, ternyata ada pemain lain di luar 11 pemain lawan 11. Mereka adalah bandar judi, mafia, atau apapun untuk menyebut seorang atau sekelompok orang yang mengatur hasil akhir pertandingan.
Bukan hanya di liga-liga yang diurus secara sembarangan, fenomena match fixing ternyata juga berjalan lancar di liga Eropa. Dalam sebuah laporan BBC, match fixing bahkan mengalami lonjakan justru saat Covid-19 melanda.
Laporan itu dikonfirmasi langsung oleh Europol, badan penegak hukum Uni Eropa, dan UEFA yang bekerja sama untuk mengatasi pengaturan pertandingan dalam sepakbola.
"Kejahatan terorganisir dengan cepat memahami bahwa banyak klub sepakbola menderita secara finansial sebagai akibat dari Covid-19," kata Burkhard Muhl, kepala pusat kejahatan keuangan dan ekonomi Eropa Europol.
"Di mana ada lebih sedikit uang, pemain, pelatih, ofisial, dan bahkan eksekutif klub, maka semakin rentan korupsi dilakukan oleh fixer (pelaku match fixing)," paparnya.
"Apalagi dengan keuntungan besar yang diasosiasikan dengan 'membuat hal-hal yang tidak terduga dapat diprediksi'. Kami melihat semakin banyak kasus pengaturan pertandingan dan hasil yang mencurigakan."
Sebanyak 109 pejabat dari penegak hukum, otoritas kehakiman, dan asosiasi sepak bola nasional dari 49 negara menghadiri konferensi di markas Europol di Den Haag, Belanda.
"Kerja sama antara penegak hukum dan organisasi olahraga sangat penting. Tidak hanya mendeteksi dan menyelidiki dugaan korupsi dalam sepakbola, tetapi juga untuk menghentikan kegiatan penipuan semacam itu, bahkan sebelum mereka dapat memulai," kata Muhl.
Sportradar, sebuah perusahaan yang mendeteksi pola taruhan yang tidak biasa, merilis laporan pada Oktober yang mengatakan telah mendeteksi lebih dari 1.100 pertandingan olahraga mencurigakan sejak awal pandemi pada April 2020.
"Konferensi internasional gabungan Europol-UEFA pertama ini merupakan langkah maju yang penting dalam memerangi pengaturan skor, dan mengirimkan sinyal kuat bahwa kedua organisasi di sini untuk menyatukan kekuatan mereka dan melakukan yang terbaik untuk meminimalkan fenomena ini," kata Angelo Rigopoulos, Direktur Pelaksana masalah integritas dan regulasi UEFA.
Bukan hanya di liga-liga yang diurus secara sembarangan, fenomena match fixing ternyata juga berjalan lancar di liga Eropa. Dalam sebuah laporan BBC, match fixing bahkan mengalami lonjakan justru saat Covid-19 melanda.
"Apalagi dengan keuntungan besar yang diasosiasikan dengan 'membuat hal-hal yang tidak terduga dapat diprediksi'. Kami melihat semakin banyak kasus pengaturan pertandingan dan hasil yang mencurigakan."
BACA ANALISIS LAINNYA
Hasil TC Timnas U-23: Menang Lawan Universitas, Kalah Dari Klub K League
Hasil TC Timnas U-23: Menang Lawan Universitas, Kalah Dari Klub K League
"Kerja sama antara penegak hukum dan organisasi olahraga sangat penting. Tidak hanya mendeteksi dan menyelidiki dugaan korupsi dalam sepakbola, tetapi juga untuk menghentikan kegiatan penipuan semacam itu, bahkan sebelum mereka dapat memulai," kata Muhl.
"Konferensi internasional gabungan Europol-UEFA pertama ini merupakan langkah maju yang penting dalam memerangi pengaturan skor, dan mengirimkan sinyal kuat bahwa kedua organisasi di sini untuk menyatukan kekuatan mereka dan melakukan yang terbaik untuk meminimalkan fenomena ini," kata Angelo Rigopoulos, Direktur Pelaksana masalah integritas dan regulasi UEFA.