Tak bisa berjalan di usia 34 tahun.
Meskipun tidak pernah berada di level yang sama dengan Mohamed Salah saat ini, mantan striker Tottenham, Mido, pernah menjadi anak emas sepakbola Mesir.
Mido mencetak 20 gol dalam 51 penampilan untuk negaranya dan merupakan bagian dari skuad Mesir saat meraih kemenangan di Piala Afrika 2006.
Namun, Mido mengawali perjalanannya bersama timnas dengan cara yang keliru.
Pria bernama lengkap Ahmed Hossam Hussein Abdelhamid Wasfy itu sempat menolak panggilan timnas pada 2004 karena alasan dia cedera, tetapi setelahnya dia bermain untuk klubnya pada hari berikutnya.
Dua tahun kemudian, tepatnya di semifinal Piala Afrika, Mido kembali membuat kontroversi saat melawan Senegal. Kali ini karena pertengkaran sengit dengan pelatihnya di timnas saat itu, Hassan Shehata.
Ketika Shehata memilih untuk mengganti striker di babak kedua dengan skor imbang 1-1, Mido malah mencibir pelatihnya dengan sebutan "keledai".
Shehata tak tinggal diam mengomentari pernyataan Mido. "Tidak, Andalah yang menjadi keledai itu," ujarnya.
Akibatnya, Mido dilarang mewakili negaranya selama enam bulan karena perilakunya. Dia tidak pernah lagi bermain untuk Mesir di turnamen besar.
Karier klubnya juga tak lepas dari hal-hal kontroversial, dimulai ketika dia bergabung dengan klub raksasa Belanda, Ajax, saat masih remaja.
Mido dengan cepat membuat marah pelatih Ajax saat itu, Ronald Koeman, dengan sikapnya.
“Di negaranya sendiri, dia dipandang sebagai superstar. Tetapi, dia harus sadar bahwa dia harus banyak belajar dan perlu diingatkan tentang apa artinya bermain untuk klub seperti Ajax. Jika saya menempatkan dia di bangku cadangan, dia harus bekerja keras untuk mendapatkan rasa hormat,” kata Koeman tentang anak muda itu.
Bukan hanya pelatihnya yang berselisih dengan Mido, pria yang kini berusia 39 tahun itu pernah dilaporkan melemparkan gunting ke rekan penyerang Zlatan Ibrahimovic setelah perselisihan di ruang ganti.
Meksipun secara statistik Mido cukup bagus dengan menggemas 21 gol dalam 40 laga di Eredivisie, tetapi dia hengkang setelah masa peminjaman singkat di Celta Vigo, sebelum ia pindah secara permanen ke Marseille dan kemudian pindah ke Roma.
Awal yang baru di Tottenham
Kariernya di Tottenham dimulai ketika dia tiba di London Utara dengan status pinjaman selama 18 bulan pada Januari 2005. Dia membuktikan kelasnya dengan segera dengan mengantongi dua gol pada debutnya melawan Portsmouth.
Kesuksesannya berlanjut di White Hart Lane di musim penuh pertamanya bersama klub. Dia mencetak 11 gol dalam 27 penampilan Liga Premier.
Spurs lalu mematenkan dengan kontrak permanen pada Agustus 2006. Sayangnya, Mido hanya akan berhasil mencetak satu gol lagi setelah menandatangani kontrak.
Terlepas dari bakatnya yang tidak diragukan lagi, Mido tidak akan pernah menghasilkan jumlah gol dua digit dalam satu musim untuk klub mana pun.
Penyesalan di Middlesbrough
Mido sendiri kemudian mengakui penyesalannya karena meninggalkan Tottenham ke Middlesbrough pada 2007. “Saya membuat kesalahan besar dengan pergi. Saya tidak cukup sabar untuk memainkan pertandingan dan tidak memainkan pertandingan berikutnya,” timpalnya.
Mido juga berjuang dengan cedera selama waktunya di Timur Laut dan kondisi fisiknya menjadi masalah seiring bertambahnya usia.
Setelah masa peminjaman yang mengecewakan di West Ham dan Wigan, dia keluar dari Middlesbrough pada Juli 2010. Dia memutuskan itu setelah mencetak tujuh gol dalam 32 penampilan selama dua musim.
Striker itu kemudian menjadi semacam pengembara sepakbola, muncul sekali lagi di Ajax, Zamalek, bahkan membuat satu-satunya penampilan untuk Barnsley sebelum mengakhiri kariernya.
Transformasi tubuh yang drastis pasca pensiun
Di sinilah masalah mulai meningkat untuk Mido di bidang kesehatan. Dia tampak menggelembung menjadi lebih dari 23 kg. Kelebihan berat badan itu terlihat jelas ketika dirinya menjalani wawancara dengan The Guardian pada 2018.
"Saya (memiliki berat 150 kg) dan saya mencapai titik di mana saya tidak bisa berjalan 30 meter," ucapnya. "Jika ya, saya mulai merasakan sakit di punggung, persendian, dan lutut saya."
“Saya ingat saya turun dari kapal saya di Mesir lima bulan yang lalu – hari ini adalah titik balik dalam hidup saya – dan saya sedang berjalan menuju sebuah pulau.”
“Saya memiliki tiga teman dengan saya dan jaraknya 300 yard ke ujung pulau. Pasirnya agak berat dan agak cerah dan saya berkata kepada mereka: 'Saya tidak bisa berjalan.' Saya harus duduk selama 30 menit. Padahal, saya baru berusia 34 tahun.”
“Saat itulah tombolnya diputar. Dua hari kemudian saya menemui dokter. Dia meminta saya untuk melakukan tes darah. Ketika saya mendapatkan hasilnya dan dokter mulai berbicara kepada saya, saya tahu saya harus berubah.”
“Dia mengatakan kepada saya bahwa kolesterol saya adalah 320 dan rata-rata tertinggi adalah 200. Dia mengatakan saya berada di ambang diabetes,” tutupnya.
Mido mencetak 20 gol dalam 51 penampilan untuk negaranya dan merupakan bagian dari skuad Mesir saat meraih kemenangan di Piala Afrika 2006.
BACA BERITA LAINNYA
Serius Siapkan Skuad Persija, Eks Pelatih Dortmund datang Setelah Lebaran
Serius Siapkan Skuad Persija, Eks Pelatih Dortmund datang Setelah Lebaran
Shehata tak tinggal diam mengomentari pernyataan Mido. "Tidak, Andalah yang menjadi keledai itu," ujarnya.
BACA ANALISIS LAINNYA
Foto Haaland dengan Jersey Arsenal ini Viral, Reaksi Fans Kocak
Foto Haaland dengan Jersey Arsenal ini Viral, Reaksi Fans Kocak
Karier klubnya juga tak lepas dari hal-hal kontroversial, dimulai ketika dia bergabung dengan klub raksasa Belanda, Ajax, saat masih remaja.
“Di negaranya sendiri, dia dipandang sebagai superstar. Tetapi, dia harus sadar bahwa dia harus banyak belajar dan perlu diingatkan tentang apa artinya bermain untuk klub seperti Ajax. Jika saya menempatkan dia di bangku cadangan, dia harus bekerja keras untuk mendapatkan rasa hormat,” kata Koeman tentang anak muda itu.
Meksipun secara statistik Mido cukup bagus dengan menggemas 21 gol dalam 40 laga di Eredivisie, tetapi dia hengkang setelah masa peminjaman singkat di Celta Vigo, sebelum ia pindah secara permanen ke Marseille dan kemudian pindah ke Roma.
Awal yang baru di Tottenham
Kariernya di Tottenham dimulai ketika dia tiba di London Utara dengan status pinjaman selama 18 bulan pada Januari 2005. Dia membuktikan kelasnya dengan segera dengan mengantongi dua gol pada debutnya melawan Portsmouth.
Kesuksesannya berlanjut di White Hart Lane di musim penuh pertamanya bersama klub. Dia mencetak 11 gol dalam 27 penampilan Liga Premier.
Spurs lalu mematenkan dengan kontrak permanen pada Agustus 2006. Sayangnya, Mido hanya akan berhasil mencetak satu gol lagi setelah menandatangani kontrak.
Terlepas dari bakatnya yang tidak diragukan lagi, Mido tidak akan pernah menghasilkan jumlah gol dua digit dalam satu musim untuk klub mana pun.
Penyesalan di Middlesbrough
Mido sendiri kemudian mengakui penyesalannya karena meninggalkan Tottenham ke Middlesbrough pada 2007. “Saya membuat kesalahan besar dengan pergi. Saya tidak cukup sabar untuk memainkan pertandingan dan tidak memainkan pertandingan berikutnya,” timpalnya.
Mido juga berjuang dengan cedera selama waktunya di Timur Laut dan kondisi fisiknya menjadi masalah seiring bertambahnya usia.
Setelah masa peminjaman yang mengecewakan di West Ham dan Wigan, dia keluar dari Middlesbrough pada Juli 2010. Dia memutuskan itu setelah mencetak tujuh gol dalam 32 penampilan selama dua musim.
Striker itu kemudian menjadi semacam pengembara sepakbola, muncul sekali lagi di Ajax, Zamalek, bahkan membuat satu-satunya penampilan untuk Barnsley sebelum mengakhiri kariernya.
Transformasi tubuh yang drastis pasca pensiun
Di sinilah masalah mulai meningkat untuk Mido di bidang kesehatan. Dia tampak menggelembung menjadi lebih dari 23 kg. Kelebihan berat badan itu terlihat jelas ketika dirinya menjalani wawancara dengan The Guardian pada 2018.
"Saya (memiliki berat 150 kg) dan saya mencapai titik di mana saya tidak bisa berjalan 30 meter," ucapnya. "Jika ya, saya mulai merasakan sakit di punggung, persendian, dan lutut saya."
“Saya ingat saya turun dari kapal saya di Mesir lima bulan yang lalu – hari ini adalah titik balik dalam hidup saya – dan saya sedang berjalan menuju sebuah pulau.”
“Saya memiliki tiga teman dengan saya dan jaraknya 300 yard ke ujung pulau. Pasirnya agak berat dan agak cerah dan saya berkata kepada mereka: 'Saya tidak bisa berjalan.' Saya harus duduk selama 30 menit. Padahal, saya baru berusia 34 tahun.”
“Saat itulah tombolnya diputar. Dua hari kemudian saya menemui dokter. Dia meminta saya untuk melakukan tes darah. Ketika saya mendapatkan hasilnya dan dokter mulai berbicara kepada saya, saya tahu saya harus berubah.”
“Dia mengatakan kepada saya bahwa kolesterol saya adalah 320 dan rata-rata tertinggi adalah 200. Dia mengatakan saya berada di ambang diabetes,” tutupnya.