Jika anda pendukung Madrid sejati, pasti tahu sepak terjangnya.
Pada musim panas 1996, Real Madrid sangat membutuhkan seorang pahlawan. Mereka baru saja finish di urutan terburuk dalam 19 tahun, dan akan menjalani musim tanpa kompetisi Eropa untuk kedua kalinya. Jadi, manajemen meminta Fabio Capello datang.

Sejarah mencatat, pada 1995/1996, Madrid jatuh ke urutan keenam klasemen akhir La Liga. Mereka berada di belakang Atletico Madrid, Valencia, Barcelona, ​​​​Espanyol dan Tenerife. Tentu saja, sebagai juara La Liga 1994/1995, itu merupakan aib besar bagi semua orang di Valdebebas.

Nah, dalam kondisi seperti itu, datanglah Capello untuk mengambil alih pekerjaan sebagai pelatih. Dengan reputasi yang bagus saat melatih AC Milan, besar harapan bagi publik Estadio Santiago Bernabeu untuk melihat Cappello mengembalikan marwah klub.

Misi Capello ditandai dengan datangnya pemain-pemain baru dari Serie A. Sebut saja Clarence Seedorf dari Sampdoria dan Roberto Carlos  dari Inter Milan. Lalu, Predrag Mijatovic dan Davor Suker didatangkan dengan catatan pencetak gol  terbanyak di La Liga dari Valencia serta Sevilla.

Ada juga Raul Gonzalez yang masih berusia 19 tahun. Pada musim sebelumnya, produk La Fabrica tersebut mencatatkan 19 gol. 

Tapi, yang paling krusial dari pemain-pemain pilihan Capello adalah Mijatovic dan Suker. Meski berbeda tim nasional, keduanya memiliki pengalaman bermain bersama di masa lalu. Mereka sama-sama membela Yugoslavia di Piala Dunia Junior 1987, dan juara!

Suker mencetak tiga gol di babak penyisihan grup. Sementara Mijatovic mencetak dua gol, sebelum kemudian mencetak gol dalam kemenangan 2-1 di perempat final atas Brasil. 

Singkatnya, Capello langsung membangun skuad penuh bintang yang dibutuhkan. "Jangan khawatir. Dengan liga selama ini dan memiliki tiga poin untuk diambil per pertandingan, satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah tenang," kata Mijatovic saat ditanya tentang kekuatan Madrid, dilansir Planet Football.



Pelan dan pasti, Madrid menggeliat. Delapan pertandingan tak terkalahkan membuat Los Blancos menuju Februari 1997 dengan keunggulan enam poin atas Barcelona. Salah satunya karena kemenangan 2-0 di El Clasico  pada Desember 1996.

Ditambah kemenangan 1-0 pada El Clasico jilid kedua, Madrid mengakhiri La Liga 1996/1997 dengan gelar juara. Mereka unggul dua poin dari Barcelona. "Akhirnya, selesai. Saya mengatakannya di awal musim liga dan sekarang kami telah melakukannya. Ini hari paling bahagia dalam hidup saya," ujar Suker.



Suker selesai dengan 24 gol. Dia ada di belakang Ronaldo, yang saat itu membela Barcelona, dengan 35 gol dan Alfonso Perez dari Real Betis dengan 25 gol. Sementara Mijatovic akhirnya mengumpulkan 14 gol.

Ternyata, sukses itu berlanjut pada 1997/1998. Madrid menjuarai Liga Champions setelah mengalahkan Juventus di final lewat gol semata wayang Mijatovic. Itu adalag trofi "Si Kupung Besar" pertama Los Blancos setelah terakhir kali merebutnya pada 1965/1966.

Dan, meski pelatih saat itu adalah Jupp Heynckes, peran Capello sebagai orang yang berjasa mengumpulkan generasi emas Madrid tidak bisa dilupakan.