Hobi lain di luar sepakbola.
Elye Wahi mencetak 10 gol untuk Montpellier di Ligue 1 musim 2021/2022. Pemain berusia 19 tahun itu mencetak rata-rata satu gol di setiap pertandingan.
Meskipun memainkan hari pertama bulan ini dengan golnya ke-10 di liga musim ini, penampilan Wahi untuk Montpellier telah berada di bawah radar sebagian besar penggemar sepakbola Eropa.
Jika melihat lebih dekat statistiknya, pemain kelahiran Courcouronnes, Prancis, 2 Januari 2003, tersebut telanjur memiliki potensi untuk menjadi pemain besar.
Wahi bukan hanya pemain termuda dalam sejarah Montpellier yang mencapai mencetak dua digit gol dalam satu musim, tetapi dia juga menempati urutan ketiga menjadi pemain termuda yang mencetak gol ke-10 Ligue 1, hanya di belakang Kylian Mbappe dan Ousmane Dembele, tapi di depan Thierry Henry.
Tidak mengherankan Montpellier bergerak cepat untuk mengikat remaja itu dalam kontrak baru pada Maret 2022. Tetapi, dia diprediksi tidak akan lama lagi akan berada di klub-klub besar, baik dari dalam maupun luar Prancis.
Karier sepakbola Wahi bermula di Suresnes, klub sama yang pernah dimainkan N'Golo Kante selama masa remajanya.
Wahi bergabung dengan tim yang bermarkas di Hauts-de-Seine pada usia tujuh tahun, dan segera menjadi andalan timnya.
"Dia dua atau tiga tahun di depan rekan-rekannya dalam hal yang bisa dia lakukan," jelas Pierre Ville, mantan presiden Suresnes. "Dia dengan cepat mengungguli pemain lain."
"Selama turnamen yang kami selenggarakan, saya melihatnya mencetak tendangan voli dengan bola jatuh vertikal dari langit, seperti menonton (Zinedine) Zidane di final Liga Champions 2002. Tetapi, bocah itu baru berusia 11 tahun!"
Sepakbola adalah segalanya bagi Wahi, meskipun terkadang ada kekhawatiran mengenai pendidikannya, mengingat sekolah bukanlah sesuatu yang dia nikmati.
"Dia selalu bermain dengan bolanya saat sepakbola memenuhi pikirannya. Dia menyukai permainan, terutama bermain di pertandingan."
Pada usia 13 tahun, akademi profesional mulai memperhatikan bakat Wahi, dan dia mengambil keputusan untuk bergabung dengan Caen pada usia 13 tahun, yang kebetulan juga mantan tim Kante.
Keputusan untuk pindah ke Normandia sebagian besar agar dia tetap dekat dari rumah yang dia tinggali bersama ibu dan saudara perempuannya.
Dia meninggalkan Caen karena alasan non-sepakbola. Pada musim panas 2018, dia kembali ke pinggiran Paris dan tanpa klub.
Dia menerima beberapa tawaran dari Inggris pada waktu itu, tetapi lebih memilih Montpellier, di mana dia akan bersatu kembali dengan mantan direktur akademi Caen, Francis de Taddeo, yang baru saja mengambil peran yang sama dengan La Paillade.
"Dia adalah pemain yang kuat, atletis, dan cepat dengan berbagai keterampilan menggiring bola. Hanya dia yang tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya," kata De Taddeo kepada France Bleu.
Para penggemar Montpellier dapat menyaksikan bakat tersebut sejak dia memulai debut senior melawan Metz pada Desember 2020.
Meski penampilan keduanya di Ligue 1 baru terjadi sebulan kemudian melawan Monaco, Wahi menandainya dengan sebuah gol, menjadikannya pencetak gol termuda kedua dalam sejarah Montpellier.
Dia melanjutkannya dengan dua gol sebelum musim berakhir usai banyak dimainkan sebagai pemain pengganti oleh manajer Michel Der Zakarian.
Peran itu berlanjut di bulan-bulan awal masa jabatan Olivier Dall'Oglio setelah dia menggantikan Der Zakarian pada musim panas 2021. Tetapi, setelah mencetak hanya sekali dalam empat bulan pertamanya, Wahi meledak sejak Desember 2021. Dia memantapkan diri sebagai starter reguler.
Dalam kariernya di Ligue 1 hingga saat ini, dia mencetak rata-rata satu gol setiap 177 menit, dan hanya ada beberapa pemain seusianya yang memiliki rasio gol itu.
Di luar lapangan, Wahi telah terintegrasi dengan baik ke dalam skuad Montpellier dan terpilih sebagai penyanyi terbaik di tim setelah merilis lagu 'Premier Gaou' bersama Magic System.
"Elye sangat menyukai musik," kata seorang temannya. "Dia suka pergi ke konser, bahkan bernyanyi sendiri dengan cukup baik."
"Tanpa pernah berpikir untuk menerobos dan menjadikannya karier, dia terkadang pergi ke studio untuk bernyanyi. Itu hobinya."
Terlepas dari minatnya di luar lapangan, yang paling penting bagi Wahi sekarang adalah terus membuat karya di lapangan, dan membangun apa yang telah menjadi musim terobosan baginya di tanah airnya.
Jika dia mampu melakukan hal itu, maka seluruh dunia akan segera mengetahui namanya.
Meskipun memainkan hari pertama bulan ini dengan golnya ke-10 di liga musim ini, penampilan Wahi untuk Montpellier telah berada di bawah radar sebagian besar penggemar sepakbola Eropa.
Karier sepakbola Wahi bermula di Suresnes, klub sama yang pernah dimainkan N'Golo Kante selama masa remajanya.
Wahi bergabung dengan tim yang bermarkas di Hauts-de-Seine pada usia tujuh tahun, dan segera menjadi andalan timnya.
BACA ANALISIS LAINNYA
4 Pemain yang Cetak Gol di Dua Leg Perempat Final dan Semifinal Liga Champions
4 Pemain yang Cetak Gol di Dua Leg Perempat Final dan Semifinal Liga Champions
"Selama turnamen yang kami selenggarakan, saya melihatnya mencetak tendangan voli dengan bola jatuh vertikal dari langit, seperti menonton (Zinedine) Zidane di final Liga Champions 2002. Tetapi, bocah itu baru berusia 11 tahun!"
"Dia selalu bermain dengan bolanya saat sepakbola memenuhi pikirannya. Dia menyukai permainan, terutama bermain di pertandingan."
Keputusan untuk pindah ke Normandia sebagian besar agar dia tetap dekat dari rumah yang dia tinggali bersama ibu dan saudara perempuannya.
Dia meninggalkan Caen karena alasan non-sepakbola. Pada musim panas 2018, dia kembali ke pinggiran Paris dan tanpa klub.
Dia menerima beberapa tawaran dari Inggris pada waktu itu, tetapi lebih memilih Montpellier, di mana dia akan bersatu kembali dengan mantan direktur akademi Caen, Francis de Taddeo, yang baru saja mengambil peran yang sama dengan La Paillade.
"Dia adalah pemain yang kuat, atletis, dan cepat dengan berbagai keterampilan menggiring bola. Hanya dia yang tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya," kata De Taddeo kepada France Bleu.
Para penggemar Montpellier dapat menyaksikan bakat tersebut sejak dia memulai debut senior melawan Metz pada Desember 2020.
Meski penampilan keduanya di Ligue 1 baru terjadi sebulan kemudian melawan Monaco, Wahi menandainya dengan sebuah gol, menjadikannya pencetak gol termuda kedua dalam sejarah Montpellier.
Dia melanjutkannya dengan dua gol sebelum musim berakhir usai banyak dimainkan sebagai pemain pengganti oleh manajer Michel Der Zakarian.
Peran itu berlanjut di bulan-bulan awal masa jabatan Olivier Dall'Oglio setelah dia menggantikan Der Zakarian pada musim panas 2021. Tetapi, setelah mencetak hanya sekali dalam empat bulan pertamanya, Wahi meledak sejak Desember 2021. Dia memantapkan diri sebagai starter reguler.
Dalam kariernya di Ligue 1 hingga saat ini, dia mencetak rata-rata satu gol setiap 177 menit, dan hanya ada beberapa pemain seusianya yang memiliki rasio gol itu.
Di luar lapangan, Wahi telah terintegrasi dengan baik ke dalam skuad Montpellier dan terpilih sebagai penyanyi terbaik di tim setelah merilis lagu 'Premier Gaou' bersama Magic System.
"Elye sangat menyukai musik," kata seorang temannya. "Dia suka pergi ke konser, bahkan bernyanyi sendiri dengan cukup baik."
"Tanpa pernah berpikir untuk menerobos dan menjadikannya karier, dia terkadang pergi ke studio untuk bernyanyi. Itu hobinya."
Terlepas dari minatnya di luar lapangan, yang paling penting bagi Wahi sekarang adalah terus membuat karya di lapangan, dan membangun apa yang telah menjadi musim terobosan baginya di tanah airnya.
Jika dia mampu melakukan hal itu, maka seluruh dunia akan segera mengetahui namanya.