Metode ini terbukti memenangkan dua kali adu penalti melawan Chelsea.
Cara Klopp memimpin pasukan Liverpool selalu menarik perhatian banyak pengamat sepakbola. Sebab, pria asal Jerman itu mengidentifikasikan dirinya sebagai pelatih heavy metal.
Antonio Pintus Orang yang Terlibat 8 Final Liga Champions, Siapa Dia?
"Mereka menghubungi kami dua tahun lalu. Saya pikir saya menyadarinya (saat itu). Salah satunya adalah ahli saraf dan dia berkata: 'Kita bisa melatih tendangan penalti'. Sungguh? Dan, saya berkata: 'Kedengarannya menarik, datanglah'. Kami bertemu. Kami bekerja bersama dan trofi ini untuk mereka seperti Piala Liga," beber Klopp.
Unik! Akhir Pekan Lalu Banyak Pemain Menangis Ucapkan Selamat Tinggal
"Liverpool mengalahkan Chelsea melalui adu penalti di final Piala FA. Adu penalti adalah permainan psikologi yang dimulai dengan bagaimana pelatih berkomunikasi dengan para pemain setelah peluit akhir. Klopp dan Tuchel menghabiskan 5 menit itu dengan sangat berbeda. Berikut kronologis kejadiannya," tulis Jordet.
"Sekitar 60 detik setelah peluit akhir, Klopp telah menentukan pilihannya dan mendekati setiap pengambil penalti untuk memberi tahu, menanyakan tembakan apa yang harus diambil. Dia melakukan ini satu lawan satu dan sering memperkuat permintaannya dengan pelukan yang menjadi ciri khasnya. Proses bertanya itu intim, aman, dan penuh kasih," tulis Jordet.
Jürgen Klopp’s Monsters of mentality are not born, they’re made. Proactive preparation, composed execution, and warm/loving communication tend to give the best possible foundation for performance under extreme pressure. Liverpool was up 1-0 before the shootout had even begun. 9/9 pic.twitter.com/95IwiodGdP
— Geir Jordet (@GeirJordet) May 15, 2022
"Pada menit 1.30, Klopp selesai dengan putarannya, tim berkumpul dalam kerumunan, dan dia memberikan pidato singkat penuh semangat. Pada menit 1.45, dia selesai dan tim memecah kerumunan. Pada menit 1.50, Tuchel masih merevisi catatannya, dan akhirnya berhasil masuk ke diskusi," tulis Jordet.
Jordet juga membandingkan cara Kloop dengan Tuchel yang jauh berbeda dalam mengendalikan situasi ketika sesi adu penalti tersebut akan diselenggarakan.
Because Liverpool finished their huddle early, they step into the mid circle first, and get to pick position. They pick the side closest to their bench, which enables staff to give further instructions during the shootout & maintains closeness to the warmth of the manager. 8/9 pic.twitter.com/d04al7N6g0
— Geir Jordet (@GeirJordet) May 15, 2022
"Tuchel menghabiskan 1-2 menit pertama tampaknya merevisi pilihannya, dan (mungkin) dari sudut matanya melihat bahwa Liverpool telah menyelesaikan diskusinya sebelum Chelsea memulai. Dia kemudian bergerak ke tengah lingkaran sebelum selesai dengan rencananya," tulis Jordet.
"Memasuki lingkaran pemain sebelum anda menyelesaikan seleksi adalah apa yang terjadi pada Gareth Southgate di final Euro 2020. Anda terlambat, tidak siap, menjadi reaktif, dan apa yang bisa menjadi pengingat akhir yang mulus bagi tim menjadi tidak menentu, terburu-buru dan stres," tulis Jordet.
At around 60 seconds after the final whistle, Klopp already has made his selection and approaches each penalty taker to tell/ask him what shot to take. He does this one-on-one and often cements his ask with his trademark HUG. The asking process is intimate, safe, and loving. 2/9 pic.twitter.com/2tmmudjmCm
— Geir Jordet (@GeirJordet) May 15, 2022
"Dalam diskusi, Tuchel kemudian bertanya kepada para pemain tentang tembakan, di depan umum di depan seluruh tim. Ada banyak tekanan grup ketika dilakukan dengan cara ini, peluang tanggapan jujur dari para pemain berkurang, dan itu menciptakan tekanan lebih lanjut yang berlanjut ke adu penalti itu sendiri," tulis Jordet.
"Sementara Tuchel masih dalam proses memilih dan bertanya kepada para pemain, Klopp telah menyelesaikan semua tugasnya dan menghabiskan waktu untuk menyebarkan kehangatan, cinta, dan energi yang baik. Bahkan, dia meluangkan waktu untuk tertawa bersama Virgil van Dijk," tulis Jordet.
At 1.30 min, Klopp is done with his rounds, the team is gathered in a huddle, and he gives a short but passionate speech. At 1.45, he finishes and the team breaks up the huddle.
— Geir Jordet (@GeirJordet) May 15, 2022
At 1.50 min, Tuchel is still revising his notes, and eventually making his way into the huddle. 3/9 pic.twitter.com/sRvBwQlSWF
"Karena Liverpool menyelesaikan diskusi lebih awal, mereka masuk ke lingkaran tengah lebih dulu, dan memilih posisi. Mereka memilih sisi yang paling dekat dengan bench, yang memungkinkan staf untuk memberikan instruksi lebih lanjut selama adu penalti dan menjaga kedekatan dengan kehangatan pelatih," tulis Jordet.
Kesimpulan Jordet: "Mentalitas monster Klopp tidak dilahirkan, melainkan dibuat. Persiapan proaktif, eksekusi yang tenang, dan komunikasi yang hangat serta penuh kasih cenderung memberikan landasan terbaik untuk kinerja di bawah tekanan ekstrem. Liverpool unggul 1-0 bahkan sebelum adu penalti dimulai".
Tuchel spent the first 1-2 minutes seemingly revising his selection, and (probably) from the corner of his eye sees that Liverpool has already finished their huddle before Chelsea has even started it. He then moves to the middle of the circle BEFORE he is done with the plan. 4/9 pic.twitter.com/Num9JhEe5o
— Geir Jordet (@GeirJordet) May 15, 2022
Apa yang dilakukan Klopp adalah suatu hal yang benar-benar menarik. Dan, hasilnya bisa langsung terlihat di awal ketika Alisson Becker berhasil membuat Cesar Azpilicueta gagal.
Karena itu, layak dinantikan apakah suntikan motivasi Klopp bisa membantu Liverpool menyalip Man City di tikungan akhir atau tidak. Pasalnya, kemenangan atas Southampton, dini hari nanti, akan membuat selisih poin kembali satu. Itu artinya, segala hal bisa terjadi di pekan terakhir, Minggu (22/5/2022).
In the huddle, Tuchel then asks players about the shots, publicly in front of the whole team. There's plenty of group pressure when done in this way, the chance of honest responses from the players drops, and it creates further stress that carries on to the shootout itself. 6/9 pic.twitter.com/ykhi6UMjeR
— Geir Jordet (@GeirJordet) May 15, 2022