Semoga kejadian final Piala AFF 2020 saat Pratama Arhan absen tidak terulang di SEA Games 2021.
Penampilan tim nasional Indonesia U-23 di semifinal SEA Games 2021 dibayangi kekalahan timnas senior atas Thailand pada final Piala AFF 2020. Itu karena masalahnya sama, yaitu bek sayap. Dulu, Pratama Arhan absen di kiri, sekarang Asnawi Mangkualam Bahar di kanan. Lalu, bagaimana Shin Tae-yong mengatasinya?

Kabar buruk menyapa Garuda Muda saat menghadapi Thailand di Thien Truong Stadium, Nam Dinh, Kamis (19/5/2022) sore WIB. Shin Tae-yong tidak bisa menggunakan jasa Asnawi akibat akumulasi kartu kuning.

Tanpa pemain Ansan Greeners itu, bisa dipastikan sektor kanan Indonesia akan menjadi titik lemah yang berpotensi dieskploitasi barisan depan The Young War Elephants. Pasalnya, pengganti Asnawi, Rio Fahmi, minim pengalaman dan masih kurang bagus dalam membaca arah permainan.

"Untuk Asnawi tidak bisa dimainkan karena akumulasi kartu kuning. Untuk lawan Thailand kami memang harus benar-benar fokus pada pertandingan. Thailand ini salah satu tim terbaik di Asia Tenggara," ujar Shin Tae-yong di situs resmi PSSI.

Pertanyaannya, bagaimana Shin Tae-yong akan memperlakukan sisi kanan? Ini menjadi teka-teki besar karena pelatih asal Korea Selatan tersebut punya kenangan pahit saat berjumpa Mano Polking di final Piala AFF 2020.

Jika anda ingat, saat itu, Prataha Arhan absen karena hukuman kartu. Shin Tae-yong kemudian memilih Edo Febriansyah sebagai full back kiri. Hasilnya, diluar skenario. Pemain Persita Tangerang tersebut tampil sangat buruk. Dia panik dan dengan mudah kehilangan bola. Gol cepat Thailand juga berasal dari sektor Edo.

Pengalaman itu tampaknya akan coba diulang Thailand di semifinal SEA Games 2021. Mereka tahu Asnawi adalah pemain yang berkarakter layaknya Arhan. Thailand juga paham pengganti Asnawi, Rio Fahmi, kemungkinan besar akan menjadi titik terlemah skuad Garuda Muda.

"Kami punya tim analis pertandingan terbaik di Asia Tenggara. Saya percaya tim kami sudah bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan lawan-lawan kami," ujar Polking, dilansir Siamsport.



Untuk mengatasi masalah hilangnya Asnawi, Shin Tae-yong sebenarnya dapat melakukan modifikasi formasi, taktik, maupun strategi. Salah satunya dengan menggunakan tiga bek tengah.

Jika Indonesia bermain dengan skema 3-4-3, 3-5-2, atau 3-6-1, posisi tiga bek bisa diisi Fachruddin Aryanto, Rizky Ridho, dan Alfeandra Dewangga. Bisa juga memainkan Rachmat Irianto. Kemudian, bek sayap bisa diganti dengan sayap murni. Saddil Ramdani, Witan Sulaeman, Firza Andika, atau Egy Maulana Vikri bisa menempati posisi itu.

Untuk menerapkan skema tanpa full back, Shin Tae-yong membutuhkan dua gelandang bertahan yang bertugas menjaga jika ada serangan balik. Irianto dan Dewangga bisa bermain di sini. Jika terpaksa, Marc Klok juga bisa beredar di sektor ini.

Selain mengubah formasi, Shin Tae-yong juga bisa memilih opsi defensif. Entah skema tiga atau empat bek, filosofi bermain rapat menumpuk pemain di pertahanan adalah solusi paling masuk akal. Jika ini yang dipilih, serangan balik mengandalkan kecepatan Egy, Witan, Saddil, atau Marselino Ferdinan harus dipertimbangkan. 

Dan, dari semua itu, yang paling penting, ini adalah semifinal satu leg. Hasil akhirnya tidak hanya 90 menit, melainkan ada perpanjangan waktu dan adu penalti. Artinya, mentalitas dan keberuntungan bisa jadi kunci kemenangan.