Nomor 1 menjadi momen kebangkitan dalam enam menit.
Seluruh fans sepakbola bersiap untuk menyaksikan pertandingan sengit di panggung paling bergengsi di Eropa. Apalagi, kalau bukan final Liga Champions.
Musim ini, pertandingan Liga Champions kembali mempertemukan Liverpool vs Real Madrid yang akan digelar Stadion Parc des Prince, Paris, Minggu (29/5/2022) pukul 02.00 dinihari WIB.
Sepanjang sejarah final Liga Champions, telah banyak pertandingan terbaik yang ditampilkan. Sejak Piala Eropa diubah namanya menjadi Liga Champions pada 1992, ada sejumlah final brilian antara beberapa tim terbaik sepanjang masa.
Itu termasuk Liga Champions Wanita juga telah menghasilkan beberapa final yang sangat menghibur.
Pada catatan itu, mari kita lihat peringkat 7 final Liga Champions terbaik di kategori pria maupun wanita.
#7 Lyon 3 – 1 Barcelona, 2022
Pertarungan Lyon melawan Barcelona di Liga Champions Wanita menjadi sangat klasik akhir pekan lalu.
Semua gol tercipta di babak pertama di hari yang terik. Gol pertama dimulai dengan upaya jarak jauh yang menakjubkan dari Amandine Henry pada menit keenam. Setelah Ada Hegerberg dan Catarina Macario memperpanjang keunggulan Lyon menjadi 3-0, kemudian Alexia Putellas membalaskan satu gol bagi Barcelona.
Sementara babak kedua tidak ada gol yang tercipta, tapi tetap menghibur. Upaya Barcelona untuk kembali ke permainan, termasuk sepakan lob Putellas yang menakjubkan dari garis tengah akhirnya tidak membuahkan hasil.
#6 Real Madrid 4 – 1 Atletico Madrid, 2014
Kembali pada 2014, persaingan antara Real Madrid dan Atletico Madrid sangat sengit. Atletico telah memenangkan La Liga hanya beberapa hari sebelum mereka akan bermain melawan rival sekotanya itu di final Liga Champions. Stadion dirias sedemikian rupa untuk pertemuan yang menarik.
Diego Godin memberi Atletico keunggulan pada menit ke-36, dan timnya tampaknya akan memenangkan gelar Liga Champions pertama mereka saat pertandingan memasuki waktu tambahan.
Namun, Sergio Ramos mampu mencetak gol penyeimbang di menit-menit terakhir untuk Madrid, yang kemudian mendominasi di babak perpanjangan waktu. Gol dari Gareth Bale, Marcelo, dan Cristiano Ronaldo membuat pertandingan berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Los Blancos.
#5 Chelsea 1 – 1 (pen 4-3) Bayern Muenchen, 2012
Meski mayoritas pertemuan Chelsea dan Bayern Muenchen di final Liga Champions 2012 berlangsung tanpa gol, pertandingan tersebut telah menjadi sejarah.
Tampaknya Thomas Müller telah memenangkannya untuk Bayern setelah dia memecah kebuntuan pada menit ke-83, tetapi Didier Drogba menyamakan kedudukan hanya lima menit kemudian.
Pada babak tambahan waktu, kedua tim tidak ada yang mencetak gol, sehingga penentuan kemenangan harus melalui adu penalti. Juan Mata gagal dalam tendangan penalti pertama untuk Chelsea, tetapi David Luiz, Frank Lampard, dan Ashley Cole semuanya mencetak gol.
Sementara Bayern tampil mengeksekusi penalti dengan Philipp Lahm, Mario Gomez, dan kiper Manuel Neuer semuanya sukses menjalani tugasnya. Tapi, momentum bergeser ke arah Chelsea setelah upaya Ivica Olic diselamatkan dan tendangan penalti Bastian Schweinsteiger membentur tiang.
Drogba melangkah untuk membawa The Blues menjadi pemenang Liga Champions dengan cara yang dramatis.
#4 AC Milan 4 – 0 Barcelona, 1994
Meski kehilangan tujuh pemain kunci, termasuk Marco van Basten, Franco Baresi, dan Gianluigi Lentini, Milan mengejutkan Barcelona di final Liga Champions 1994.
Barcelona asuhan Johan Cruyff adalah favorit berat untuk memenangkan gelar Eropa kedua mereka dalam tiga tahun, tetapi Daniele Massaro mencetak dua gol di babak pertama untuk memberi Milan keunggulan yang tak terduga.
Dejan Savicevic dan Marcel Desailly kemudian mencetak gol di babak kedua untuk mendapatkan kemenangan telak Milan atas Barcelona.
#3 Manchester United 1 – 1 (pen 6-5) Chelsea, 2008
Empat tahun sebelum Chelsea meraih kejayaan Eropa dengan mengalahkan Bayern Muenchen dalam adu penalti, The Blues mengalami nasib sebaliknya di tangan Manchester United.
Setan Merah unggul terlebih dahulu melalui Cristiano Ronaldo, sebelum Frank Lampard menyamakan kedudukan di pengujung waktu babak kedua. Permainan pindah ke perpanjangan waktu, dan tidak ada gol tercipta meski sejumlah usaha dari Didier Drogba dan Lampard membentur mistar gawang, dan John Terry memblokir tembakan keras dari Ryan Giggs.
Saat pertandingan menuju adu penalti, Chelsea mendapat pukulan keras setelah Didier Drogba diusir keluar lapangan karena menampar Nemanja Vidic. Kehadirannya terjawab saat Manchester United memenangkan adu penalti, dibantu oleh kesalahan dari Terry dan Nicolas Anelka.
2) Wolfsburg 4 – 3 Tyreso, 2014
Film thriller tujuh gol di Liga Champions Wanita ini adalah salah satu untuk semua usia. Sebagai juara bertahan, Wolfsburg difavoritkan untuk menang, tetapi lawan mereka dari Swedia memberi mereka waktu yang sulit.
Bahkan, Marta membuka skor untuk Tyreso, sebelum Veronica Boquete menggandakan keunggulan. Wolfsburg tertinggal 2-0 di babak pertama, tetapi mereka dengan cepat membalikkan keadaan di babak kedua.
Alexandra Popp mengubah skor menjadi 2-1 pada menit ke-47, dengan Martina Muller menyamakan kedudukan enam menit kemudian.
Marta kemudian membuat skor menjadi 3-2, namun itu menjadi kali terakhir Tyreso memimpin. Wolfsburg menyamakan kedudukan lagi melalui Verena Faist, sebelum Muller mencetak gol kemenangan 10 menit sebelum waktu penuh.
1) Liverpool 3 – 3 (pen 3-2) AC Milan, 2005
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa pertandingan antara Liverpool dan AC Milan di final Liga Champions 2005 adalah yang terbesar dari semuanya.
Di babak pertama, Liverpool sempat tertinggal 3-0. Mereka dikejutkan oleh gol awal dari Paolo Maldini dan dua gol dari Hernan Crespo. Tapi, Steven Gerrard menginspirasi kebangkitan enam menit legendaris di babak kedua, mengurangi defisit dengan sundulan di menit ke-54. Dan, Vladimir Smicer mencetak gol hanya dua menit kemudian, sebelum Xabi Alonso menyamakan kedudukan pada menit ke-60.
Pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu dan adu penalti, di mana kiper Jerzy Dudek menjadi pahlawan Liverpool. Dia menyelamatkan upaya dari Andrea Pirlo dan Andriy Shevchenko, membantu timnya meraih gelar Eropa.
Memang tidak diragukan Liverpool sejak dulu menjadi tim jagoan yang memenangkan pertandingan melalui adu penalti.
Musim ini, pertandingan Liga Champions kembali mempertemukan Liverpool vs Real Madrid yang akan digelar Stadion Parc des Prince, Paris, Minggu (29/5/2022) pukul 02.00 dinihari WIB.
Itu termasuk Liga Champions Wanita juga telah menghasilkan beberapa final yang sangat menghibur.
BACA ANALISIS LAINNYA
7 Pemain yang Pernah Tolak Pinangan Real Madrid
7 Pemain yang Pernah Tolak Pinangan Real Madrid
Pertarungan Lyon melawan Barcelona di Liga Champions Wanita menjadi sangat klasik akhir pekan lalu.
Sementara babak kedua tidak ada gol yang tercipta, tapi tetap menghibur. Upaya Barcelona untuk kembali ke permainan, termasuk sepakan lob Putellas yang menakjubkan dari garis tengah akhirnya tidak membuahkan hasil.
BACA ANALISIS LAINNYA
Siapa Lebih Hebat? Perbandingan Trofi Pep Guardiola dengan Alex Ferguson
Siapa Lebih Hebat? Perbandingan Trofi Pep Guardiola dengan Alex Ferguson
Kembali pada 2014, persaingan antara Real Madrid dan Atletico Madrid sangat sengit. Atletico telah memenangkan La Liga hanya beberapa hari sebelum mereka akan bermain melawan rival sekotanya itu di final Liga Champions. Stadion dirias sedemikian rupa untuk pertemuan yang menarik.
Diego Godin memberi Atletico keunggulan pada menit ke-36, dan timnya tampaknya akan memenangkan gelar Liga Champions pertama mereka saat pertandingan memasuki waktu tambahan.
#5 Chelsea 1 – 1 (pen 4-3) Bayern Muenchen, 2012
Meski mayoritas pertemuan Chelsea dan Bayern Muenchen di final Liga Champions 2012 berlangsung tanpa gol, pertandingan tersebut telah menjadi sejarah.
Pada babak tambahan waktu, kedua tim tidak ada yang mencetak gol, sehingga penentuan kemenangan harus melalui adu penalti. Juan Mata gagal dalam tendangan penalti pertama untuk Chelsea, tetapi David Luiz, Frank Lampard, dan Ashley Cole semuanya mencetak gol.
Sementara Bayern tampil mengeksekusi penalti dengan Philipp Lahm, Mario Gomez, dan kiper Manuel Neuer semuanya sukses menjalani tugasnya. Tapi, momentum bergeser ke arah Chelsea setelah upaya Ivica Olic diselamatkan dan tendangan penalti Bastian Schweinsteiger membentur tiang.
Drogba melangkah untuk membawa The Blues menjadi pemenang Liga Champions dengan cara yang dramatis.
#4 AC Milan 4 – 0 Barcelona, 1994
Meski kehilangan tujuh pemain kunci, termasuk Marco van Basten, Franco Baresi, dan Gianluigi Lentini, Milan mengejutkan Barcelona di final Liga Champions 1994.
Barcelona asuhan Johan Cruyff adalah favorit berat untuk memenangkan gelar Eropa kedua mereka dalam tiga tahun, tetapi Daniele Massaro mencetak dua gol di babak pertama untuk memberi Milan keunggulan yang tak terduga.
Dejan Savicevic dan Marcel Desailly kemudian mencetak gol di babak kedua untuk mendapatkan kemenangan telak Milan atas Barcelona.
#3 Manchester United 1 – 1 (pen 6-5) Chelsea, 2008
Empat tahun sebelum Chelsea meraih kejayaan Eropa dengan mengalahkan Bayern Muenchen dalam adu penalti, The Blues mengalami nasib sebaliknya di tangan Manchester United.
Setan Merah unggul terlebih dahulu melalui Cristiano Ronaldo, sebelum Frank Lampard menyamakan kedudukan di pengujung waktu babak kedua. Permainan pindah ke perpanjangan waktu, dan tidak ada gol tercipta meski sejumlah usaha dari Didier Drogba dan Lampard membentur mistar gawang, dan John Terry memblokir tembakan keras dari Ryan Giggs.
Saat pertandingan menuju adu penalti, Chelsea mendapat pukulan keras setelah Didier Drogba diusir keluar lapangan karena menampar Nemanja Vidic. Kehadirannya terjawab saat Manchester United memenangkan adu penalti, dibantu oleh kesalahan dari Terry dan Nicolas Anelka.
2) Wolfsburg 4 – 3 Tyreso, 2014
Film thriller tujuh gol di Liga Champions Wanita ini adalah salah satu untuk semua usia. Sebagai juara bertahan, Wolfsburg difavoritkan untuk menang, tetapi lawan mereka dari Swedia memberi mereka waktu yang sulit.
Bahkan, Marta membuka skor untuk Tyreso, sebelum Veronica Boquete menggandakan keunggulan. Wolfsburg tertinggal 2-0 di babak pertama, tetapi mereka dengan cepat membalikkan keadaan di babak kedua.
Alexandra Popp mengubah skor menjadi 2-1 pada menit ke-47, dengan Martina Muller menyamakan kedudukan enam menit kemudian.
Marta kemudian membuat skor menjadi 3-2, namun itu menjadi kali terakhir Tyreso memimpin. Wolfsburg menyamakan kedudukan lagi melalui Verena Faist, sebelum Muller mencetak gol kemenangan 10 menit sebelum waktu penuh.
1) Liverpool 3 – 3 (pen 3-2) AC Milan, 2005
Tidak ada perbedaan pendapat bahwa pertandingan antara Liverpool dan AC Milan di final Liga Champions 2005 adalah yang terbesar dari semuanya.
Di babak pertama, Liverpool sempat tertinggal 3-0. Mereka dikejutkan oleh gol awal dari Paolo Maldini dan dua gol dari Hernan Crespo. Tapi, Steven Gerrard menginspirasi kebangkitan enam menit legendaris di babak kedua, mengurangi defisit dengan sundulan di menit ke-54. Dan, Vladimir Smicer mencetak gol hanya dua menit kemudian, sebelum Xabi Alonso menyamakan kedudukan pada menit ke-60.
Pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu dan adu penalti, di mana kiper Jerzy Dudek menjadi pahlawan Liverpool. Dia menyelamatkan upaya dari Andrea Pirlo dan Andriy Shevchenko, membantu timnya meraih gelar Eropa.
Memang tidak diragukan Liverpool sejak dulu menjadi tim jagoan yang memenangkan pertandingan melalui adu penalti.