Sehebat apakah dia? Inilah kisah kariernya yang unik..
Sepakbola pernah mengenal Anthony Yeboah. Striker asal Ghana itu menjadi bintang di Liga Premier bersama Leeds United pada 1990-an. Kini, Yeboah sudah pensiun. Tapi, bakatnya diwariskan kepada sang keponakan, Kelvin Yeboah, yang jadi rebutan Ghana dan Italia.

Yeboah senior memiliki karier yang gemilang saat membela Leeds, FC Saarbruecken, Eintracht Frankfurt, hingga Hamburg SV. Di level klub, dia telah bermain 411 kali dan mencetak 194 gol.

Kegemilangan karier Yeboah juga berlanjut ke tim nasional. Membela The Black Star, Yeboah bermain 59 kali, dan mencetak 29 gol. Statistik itu menjadikan Yeboah sebagai salah satu pesepakbola hebat asal Ghana sepanjang sejarah. Bahkan, Afrika.

Khusus di Eland Road, Yeboah adalah pahlawan yang dikultuskan oleh pendukung. Itu karena penampilan ikoniknya di lapangan selama tiga musim (1995/1996, 1996/1997, 1997/1998). Dia tampil 47 kali dan mencetak 24 gol. Dan, salah satu gol paling bersejarah dalam kariernya adalah tendangan setengah voli ke gawang Liverpool yang dijaga David James.

Beberapa tahun kemudian, gol itu ternyata membuat keponakannya, Kelvin, terinspirasi untuk menjadi pemain hebat seperti pamannya. Dan, itu terbukti.

Kelvin kini sedang merintis karier di sepakbola. Lahir di Accra, 6 Mei 2000, Kelvin menerima pendidikan sepakbola di Akademi West Ham United di Inggris. Sempat pergi ke Austria beberapa tahun, penyerang berpostur 182 cm tersebut kemudian terdampar di Italia bersama Genoa.

Meski baru bergabung pada 8 Januari 2022, Kelvin langsung moncer di Serie A. Bahkan, dirinya menjadi rebutan Italia dan Ghana.

Bayangkan, pada 20 January 2019, Kalvin dipanggil membela Ghana U-20. Kemudian, pada 31 Agustus 2021 giliran timnas senior negara kelahirannya yang memanggil untuk Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Afrika melawan Ethiopia dan Afrika Selatan. Penggilan itu terlambat karena tiga hari sebelumnya Kalvin sudah terlanjur menyetujui ajakan membela Italia U-21.

Kelvin kembali dipanggil Italia U-21 untuk Kualifikasi Euro U-21 2023 melawan Luksemburg (6 Juni 2022), Swedia (9 Juni 2022), dan Irlandia (14 Juni).

Pertanyaannya, mengapa Kelvin memilih Italia dibanding Ghana? Ternyata, itu panjang ceritanya. Yang pasti, dirinya merupakan bagian dari kamp pelatihan khusus yang diselenggarakan Roberto Mancini setelah Italia gagal lolos ke Piala Dunia kedua berturut-turut.

"Pertandingan ini adalah akhir dari sebuah siklus. Mulai dari sini, kami akan mengikutsertakan anak-anak muda dan mulai memikirkan masa depan," kata Mancini sebelum kekalahan dari Argentina di Finalissima, dikutip Goal.

Kelvin menjadi salah satu dari pemain muda itu. Meski lahir di Accra, Kelvin berhak memiliki paspor Italia karena keluarganya pindah ke Piemonte sejak dirinya masih balita. Jadi, tidak ada peraturan FIFA yang dilanggar Kelvin maupun Asosiasi Sepakbola Italia (FIGC).

"Itu benar-benar tantangan yang bagus. Italia adalah negara dengan banyak bek hebat, banyak pelatih taktis hebat. Jadi, saya pikir itu memaksa anda untuk lebih kreatif, mencoba menipu lawan, dan memberi ruang untuk diri sendiri," ujar Kelvin tentang Gli Azzurri.

Namun, Kelvin sebenarnya juga bisa membela Inggris. Pasalnya, dia juga pernah tinggal lama di London saat remaja. "Saudara laki-laki saya pindah ke London untuk belajar dan saya memiliki paman lain di sana, dan ayah saya merasa Inggris akan lebih cocok untuk saya. Jadi, dia mengirim saya ke sana untuk bermain dan belajar," kata Kelvin.

"Jadi, saya pindah ke sana sekitar usia 15 atau 16 tahun. Saya mengikuti beberapa uji coba. Kemudian, saya bergabung dengan West Ham. Tapi, itu tidak lama. Itu hanya dua atau tiga bulan karena saya memiliki agen yang menganggap saya siap bermain di liga dengan tim senior," tambah Kelvin.



Untuk mewujudkan misi main di tim senior, Kelvin kemudian pindah ke Austria. Dia bergabung dengan WSG Tirol pada 2018. "Austria adalah pengalaman yang sangat positif bagi saya di usia yang masih muda. Saya belajar banyak, dan tidak hanya dalam hal sepakbola. Itu mengajari saya banyak hal tentang hidup sendiri dan menyendiri," ungkap Kelvin.

"Anda belajar banyak tentang diri anda dengan cara itu. Jadi, itu adalah perjalanan yang fantastis. Saya benar-benar tumbuh dewasa. Di lapangan, itu membantu saya karena saya mendapat banyak menit bermain, karena itu benar-benar membangun kepercayaan diri saya sebagai pemain muda," tambah Kelvin.

Sejak itu, Kelvin tampil secara reguler untuk Tirol di kasta kedua Austria sebelum kemudian tampil mengesankan di musim debutnya di Bundesliga Austria. Dia mencetak 4 gol dalam kemenangan Piala Austria yang menakjubkan atas Austria Wien pada September 2019.



Potensi Kelvin terlihat jelas dan kemudian direkrut Sturm Graz pada Februari 2021. Di sana, diamencetak 20 gol sebelum kembali bermain ke Italia, dan menandatangani kontrak dengan Genoa selama jendela transfer Januari 2022. 

Wajar untuk mengatakan setengah musim Yeboah di Serie A tidak berjalan sesuai rencana. Dia sering tampil bagus untuk membantu tim berjuang, meski akhirnya terdegradasi. "Itu adalah musim yang sulit. Kami tidak mencapai apa yang kami inginkan sebagai sebuah tim. Tapi, saya selalu mencoba untuk melihat sisi baiknya," ujar Kelvin.

"Meski berada di sini hanya untuk empat atau lima bulan, saya belajar banyak. Saya belajar banyak tentang bagaimana menyiasati pertahanan di Italia. Saya pikir sebagai pemain muda, saya harus bermain di liga sebanyak mungkin. Itu akan memberi saya pengalaman yang saya butuhkan untuk menjadi pemain top saat saya lebih tua," beber Kelvin.  

"Jadi, secara taktik dan mental, saya pikir setengah musim yang sulit di Genoa ini telah memberi saya banyak kekuatan untuk tantangan berikutnya," tambah Kelvin.



"Untuk saat ini, saya hanya fokus pada Italia U-21. Saya hanya ingin memberikan yang terbaik, dan kemudian kita lihat saja nanti. Saya belum terlalu memikirkan langkah saya selanjutnya. Jadi, setelah memainkan pertandingan dengan timnas, saya dan klub akan berbicara dan melihat apa pilihan terbaik untuk semua orang," ungkap Kelvin.

Tinggal di Italia membuat Kelvin bisa membela Gli Azzurri. Tapi, dia juga masih memenuhi syarat untuk mewakili Ghana di level senior. Ketika Italia gagal lolos ke Piala Dunia, The Black Star telah mengamankan tempat di Qatar setelah mengalahkan Nigeria di play-off. Dan, ini bisa menjadi pilihan sulit untuk Kelvin.

"Saya dibesarkan di Italia. Jadi, itu bagian dari diri saya. Tapi, Ghana adalah tempat saya dilahirkan. Italia dan Ghana adalah negara saya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan," pungkas pemain berusia 22 tahun itu.