Itulah gelar terakhir timnas senior Indonesia. Lama banget ya? Iya lamaaaa banget. 29 tahun lalu.
Sejarah emas itu akan selalu terkenang di mata penggemar timnas Indonesia. Tinta emas yang terukhir pada 1991 ketika timnas meraih gelar emas SEA Games Manila.
Kita tidak menghitung gelar Piala Kemerdekaan tahun 2000 dan 2008 karena bukanlah ajang resmi. Dengan begitu, gelar di Manila adalah gelar terakhir timnas senior Indonesia.
Kunci sukses timnas ketika itu adalah kekuatan fisik hasil genjotan duet pelatih Rusia Anatoly Polosin dan Vladimir Urin.
Latihan fisik yang keras di pinggir pantai dan kolam renang dari pelatih Anatoly Polosin menjadi latihan fisik wajib bagi para pemain timnas yang dipersiapkan untuk SEA Games 1991. Polosin tak menerapkan latihan dengan bola dan jelas saja ini membuat para pemain bingung.
Lepas dari latihan fisik, Polosin menerapkan pola shadow football. Pemain bermain bola tanpa menendang bola yang sesungguhnya. Pemain langsung berlatih tanding tanpa bola selama 90 menit. Tetapi, latihan tersebut bukannya tanpa pengawasan ketat karena asisten pelatih Vladimir Urin mencatat jumlah sentuhan bola para pemain.
Tanpa diduga, pola latihan tanpa bola dari Polosin sangat berguna. Pemain-pemain timnas jadi sering aktif bergerak dan fisik menjadi lebih kuat untuk diajak adu lari sepanjang 90 menit.
Perjalanan mereka diawali dengan ujicoba melawan Singapura di Stadion National Singapura pada 5 Oktober 1991 dengan hasil kemenangan 2-0.
Saat itu Polosin membawa pemain muda Widodo Cahyono Putro dan Rochy Putiray. Widodo bersinar pada awalnya di Warna Agung sedangkan Rochy adalah didikan Arseto Solo. Keduanya menjadi pahlawan kemenangan timnas dari Malaysia dengan skor 2-0 pada laga perdana.
Di laga kedua melawan Vietnam, Timnas Indonesia mampu menang tipis 1-0 lewat gol kapten Persib, Robby Darwis. Beberapa bintang timnas saat itu antara lain kiper Edi Harto, Ferril Raymond Hattu, Aji Santoso, Yusuf Ekodono, Robby Darwis, dan Peri Sandria.
Di laga terakhir putaran grup, Indonesia mengalahkan Filipina dengan skor 2-1 melalui gol Ferril Raymond Hattu dan Rochi Putiray. Indonesia tertinggal dulu menit ke-17 lewat Rolando Pinero sebelum menyamakan kedudukan oleh Ferril Hattu. Gol penentu kemenangan Rochi datang tiga menit menjelang bubar.
Di semifinal, Singapura siap menghadang Indonesia. Namun Indonesia punya modal kemenangan 2-0 saat ujicoba sebulan sebelumnya.
Komposisi timnas pada semifinal itu adalah Eddy Harto sebagai kiper. Trio center back pada formasi 3-5-2 adalah Robby Darwis, Ferril Hattu dan Sudirman. Toyo Haryono memperkuat sayap kiri sementara di kanan ada Herri Setiawan. Lini tengah diisi Yusuf Ekodono, Maman Suryaman dan Widodo C Putro sedikit ditarik ke belakang, duet striker adalah Rochi dan Perri Sandria.
Singapura saat itu diperkuat dua pemain yang pernah membela Niac Mitra, David Lee dan Fandi Ahmad. Jangan dilupakan kekuatan gelandang tanpa capek Malek Awab.
Permainan alot diperagakan Singapura, dan Indonesia harus melalui babak adu penalti. Pasukan Garuda akhirnya berhasil mengatasi perlawanan Singapura dan melaju ke final menghadapi Thailand.
Di partai final, anak asuh Polosin bertemu Thailand yang sarat bintang. Ada Suttin Chaikiti, ada Nathee Tongsukae.
Indonesia harus mati-matian menahan gempuran Thailand sepanjang laga. Laga 90 menit pun berakhir dengan kedudukan 0-0. Pertandingan dilanjutkan ke babak adu pilati.
Pada adu penalti itulah Eddy Harto dan Sudirman tampil sebagai bintang. Eddy Harto sigap menangkis tendangan pemain Thailand dan Sudirman sukses menjadi algojo terakhir dan membawa Indonesia berpesta.
Indonesia menang 4-3 dan membawa pulang medali emas SEA Games ke bumi pertiwi. Pencapaian ini mengulang prestasi SEA Games 1987.
Hingga 29 tahun kemudian, prestasi itu belum juga terulang.
Kita tidak menghitung gelar Piala Kemerdekaan tahun 2000 dan 2008 karena bukanlah ajang resmi. Dengan begitu, gelar di Manila adalah gelar terakhir timnas senior Indonesia.
BACA BERITA LAINNYA
Banyak Dikritik Karena Tak Sesuai Harganya, Griezmann Buka Suara
Banyak Dikritik Karena Tak Sesuai Harganya, Griezmann Buka Suara
Perjalanan mereka diawali dengan ujicoba melawan Singapura di Stadion National Singapura pada 5 Oktober 1991 dengan hasil kemenangan 2-0.
BACA VIRAL LAINNYA
Geger! Nama Liverpool Sudah Terukir di Trofi Liga Primer
Geger! Nama Liverpool Sudah Terukir di Trofi Liga Primer
Di laga kedua melawan Vietnam, Timnas Indonesia mampu menang tipis 1-0 lewat gol kapten Persib, Robby Darwis. Beberapa bintang timnas saat itu antara lain kiper Edi Harto, Ferril Raymond Hattu, Aji Santoso, Yusuf Ekodono, Robby Darwis, dan Peri Sandria.
Di semifinal, Singapura siap menghadang Indonesia. Namun Indonesia punya modal kemenangan 2-0 saat ujicoba sebulan sebelumnya.
Singapura saat itu diperkuat dua pemain yang pernah membela Niac Mitra, David Lee dan Fandi Ahmad. Jangan dilupakan kekuatan gelandang tanpa capek Malek Awab.
Permainan alot diperagakan Singapura, dan Indonesia harus melalui babak adu penalti. Pasukan Garuda akhirnya berhasil mengatasi perlawanan Singapura dan melaju ke final menghadapi Thailand.
Di partai final, anak asuh Polosin bertemu Thailand yang sarat bintang. Ada Suttin Chaikiti, ada Nathee Tongsukae.
Indonesia harus mati-matian menahan gempuran Thailand sepanjang laga. Laga 90 menit pun berakhir dengan kedudukan 0-0. Pertandingan dilanjutkan ke babak adu pilati.
Pada adu penalti itulah Eddy Harto dan Sudirman tampil sebagai bintang. Eddy Harto sigap menangkis tendangan pemain Thailand dan Sudirman sukses menjadi algojo terakhir dan membawa Indonesia berpesta.
Indonesia menang 4-3 dan membawa pulang medali emas SEA Games ke bumi pertiwi. Pencapaian ini mengulang prestasi SEA Games 1987.
Hingga 29 tahun kemudian, prestasi itu belum juga terulang.