Meski sudah memiliki pelatih baru yang diharapkan bisa mengikuti jejak sukses
Sir Alex Ferguson, masalah
Manchester United ternyata belum habis. Kini, manajemen Setan Merah pusing karena harga sahamnya di
Bursa Efek New York (NYSE) turun. Itu membuat
nilai valuasi mereka turun 1,3 miliar pounds (Rp23 triliun).
MU benar-benar sedang mengalami gejolak. Baru-baru ini, ada protes besar-besaran di luar
Old Trafford. Itu terjadi pada 2 Mei 2021jelang bentrokan dengan Liverpool.
Warna hijau dan kuning emas telah menjadi sinonim untuk kampanye penolakan terhadap keberadaan keluarga Glazer. Spanduk membentang dan bertebaran di berbagai sudut, bertuliskan
#GlazersOut. Itu menjadi tren beberapa kali dalam setahun di berbagai platform.
Dan, begitulah kenyataannya! Tidak hanya merosot di lapangan hijau, MU juga terjun bebas lantai bursa. Bayangkan, akibat semua insiden yang terjadi, valuasi Setan Merah senilai puluhan triliun lenyap akibat nilai saham turun drastis.
Menurut laporan
Manchester Evening News yang ditulis Rich Fay, nilai saham
Manchester United PLC (MANU) pada awal pekan, Senin (13/6/2022), ditutup di titik terendah, yakni di harga USD11,07. Angka tersebut menjadi nilai terendah sepanjang sejarah keberadaan
Setan Merah di bursa saham.
Itu mengejutkan karena pada penutupan akhir pekan, Jumat (10/6/2022), saham berkode MANU masih diharga USD11,40. Merosotnya nilai saham membuat valuasi klub juga lenyap sekitar 1,3 miliar pounds (Rp23 triliun). Sialnya, hingga Selasa (14/6/2022), terpantau saham MU masih belum merangkak naik.
Nilai itu membuat saham MU sudah turun sekitar 47 persen sejak Oktober 2021. Setahun lalu, harganya masih berkisar USD15,66.
Saham MU sebenarnya sempat meroket pada September 2021. Itu seusai
Ole Gunnar Solskjaer membuat kejutan di bursa transfer musum panas. Ketika itu, Manchester United merekrut kembali
Cristiano Ronaldo, dan mendatangkan bintang-bintang lainnya seperti
Jadon Sancho serta
Raphael Varane.
Kini, seiring dengan performa buruk klub, saham MU. Itu karena ketakutan pasar terhadap masa depan klub. Selain itu, MU juga butuh pengeluaran banyak untuk merombak skuad dan melakukan regenerasi di Old Trafford. Jika ditotal,
saham MU sudah turun 21 persen sejak dipegang
keluarga Glazer pada 2005.