Sempat jadi turnamen bergengsi sekaligus kontroversial..
Selain Piala Dunia, FIFA sebenarnya punya kompetisi antarnegara dalam tajuk Piala Konfederasi. Turnamen yang mempertemukan juara-juara dari tiap konfederasi itu biasanya dijadikan panggung uji coba tuan rumah Piala Dunia. Tapi, entah mengapa tidak digelar lagi sebelum Piala Dunia 2022.

Ide untuk mempertemukan juara-juara dari tiap konfederasi anggota FIFA sudah muncul sejak lama. Dimulai dengan Trofeo Artemio Franchi, dilanjutkan Piala Raja Fahd.

Kemudian, FIFA mengambil ide itu dengan menyelenggarakan Piala Konfederasi. Mereka mendesain ulang King Fahd Cup, yang hanya digelar di Arab Saudi, menjadi Piala Konfederasi, yang digelar bergiliran setahun sebelum Piala Dunia. Itu sekaligus jadi ajang gladi bersih tuan rumah.

Sepanjang sejarahnya, sejak 1992, turnamen  telah diadakan 10 kali dan mulai dikenal sebagai Piala Konfederasi pada 1997. Seperti di Piala Dunia, Brasil menjadi tim paling sukses dengan empat gelar, termasuk tiga kemenangan beruntun pada 2005, 2009, 2013.

Namun, Piala Konfederasi akhirnya hilang setelah terakhir kali digelar pada 2017 di Rusia, sebelum Piala Dunia 2018. Pada 2019, FIFA mengonfirmasi Piala Konfederasi tidak akan diadakan kembali. Bahkan, mereka sempat akan menggantinya dengan Piala Dunia Antarklub yang ditambah pesertanya.

Hilangnya turnamen empat tahunan ini memunculkan pro dan kontra. Yang kontra beralasan pada jadwal padat pemain. Sementara yang pto menyebut Piala Konfederasi berperan mempertemukan pemenang Piala Dunia sebelumnya dengan juara-juara AFC, CAF, CONCACAF, CONMEBOL, OFC, hingga UEFA.

"Prinsip mengadakan turnamen diantara Piala Dunia adalah sesuatu yang saya inginkan sepenuhnya. Pertanyaannya seperti apa nanti, bagaimana kita melihatnya, bagaimana hal itu mempengaruhi hal-hal lain seperti proses kualifikasi dan turnamen yang sudah ada? Itu adalah proses yang harus kita lalui," kata Wakil presiden FIFA, Victor Montagliani, kepada Reuters.

"Kami dulu memiliki Piala Konfederasi. Itu bukan turnamen yang membuat semua orang tertarik, khususnya di Eropa. Tapi, untuk beberapa konfederasi, ini adalah ide yang menyenangkan bisa berhubungan dengan konfederasi lain," tambah Montagliani.

Meski sudah hilang, keinginan menghidupan kembali turnamen ini tidak pernah padam. Apalagi setelah ide Piala Dunia Antarklub yang diperluas pesertanya batal gara-gara pandemi Covid-19.

"Empat atau lima tahun yang lalu kami berdiskusi tentang Global Nations League. Apakah itu liga antarnegara, Piala Konfederasi, atau Piala Dunia dua tahunan? Ini adalah peristiwa yang terjadi di antara siklus Piala Dunia," kata Montagliani.

Sebenarnya, sebelum Piala Dunia 2022, FIFA sempat menggelar Piala Arab di Qatar. Tapi, itu turnamen yang terbatas pada negara-negara Arab di Afrika dan Asia. Levelnya juga bukan FIFA Matchday, meski diakui sebagai agenda FIFA. Jadi, pemain seperti Mohamed Salah atau Riyad Mahrez tidak diizinkan klubnya.