Menurut Ronald Koeman, Tiki-taka sudah habis.
Ronald Koeman mengkritik manajemen Joan Laporta, Koeman mengklaim Barcelona terjebak dalam sejarah mereka sendiri.

Pria asal Belanda itu mengatakan bahwa sepak bola sudah berkembang melampaui identitas mereka di lapangan (Tiki-taka).

Mantan pelatih kepala Barcelona menyatakan jika Laporta memberikan tekanan yang tidak perlu padanya, sebelum ia dipecat pada Oktober tahun lalu.

Xavi kemudian mengambil alih kursi dari Koeman dan membentuk narasi bahwa klub yang akan kembali ke akar mereka baik di dalam maupun di luar lapangan, sebagai bagian dari tugas kedua Laporta sebagai presiden klub.

Dalam sebuah wawancara dengan Esport3, Koeman menyatakan bahwa sentimen seperti itu pada akhirnya tidak praktis dan mengabaikan evolusi sepakbola.

Dia bersitegas untuk mempertahankan pilihan taktiknya sendiri yang bertanggung jawab atas Blaugrana saat itu.

"Saya mendukung mendominasi permainan," katanya.

“Jika Anda bermain dengan tiga bek tengah, Anda tidak bisa mengatakan bahwa itu adalah sistem pertahanan. Dengan sistem ini selama tiga atau empat bulan, kami memainkan permainan terbaik dalam beberapa tahun terakhir.

“Contoh paling jelas adalah final [Copa del Rey 2021] melawan Athletic. Barcelona hidup di masa lalu, dari 4-3-3, ke Tiki-taka. Sepak bola telah berubah. Sekarang lebih cepat, lebih banyak fisik.

"Anda tidak bisa hidup di masa lalu. Jika Anda memiliki Xavi, Iniesta... dan Messi, yang omong-omong, mereka ambil dari saya. Ini sangat sulit untuk diambil."




Koeman juga mengisyaratkan jika beban yang ia pikul dulu kini sudah tidak ada, terutama dalam konteks meninggalkan tim nasional Belanda untuk pergi ke Barcelona selama periode krisis keungan dan politik tim Catalan.

Laporta terpilih sebagai presiden Barcelona tiga bulan setelah Koeman menggantikan Quique Setien pada 2020.

Dia ditetapkan untuk mengambil alih timnas Belanda dari Louis van Gaal setelah Piala Dunia tahun ini.

Sementara, Koeman menegaskan hidup menjadi tidak terlalu rumit sejak ia pergi, tetapi tidak menyesali keputusannya untuk kembali ke klub tempat dia memenangkan Liga Champions sebagai pemain.

"Pergi adalah sedikit pembebasan," katanya. “Itu adalah waktu yang sulit bagi klub, tanpa presiden, dengan keraguan Laporta tentang pelatih.

“Anda ingin menjadi pelatih dan Anda tahu bahwa jika Anda tidak menang, Anda memiliki masalah. Saya berusaha, saya meninggalkan tim nasional dan jika itu terjadi lagi, saya akan melakukannya lagi. Saya tidak menyesalinya.

"Sebagai presiden, Anda selalu dapat memiliki keraguan, tetapi jika Anda mengatakannya kepada publik, semua orang akan ragu. Itu adalah kesalahan besar di pihaknya."