Di masa lalu, Italia menggunakan sistem ini. Masih ingat?
Setelah sembilan tahun Juventus berkuasa di sepakbola Italia, dua gelar terakhir direbut Inter Milan dan AC Milan. Tapi, memasuki pekan terakhir musim lalu, AC Milan dan Inter Milan hanya dipisahkan dua poin. Itu berarti kedua tim bisa sama memperoleh poin sama di klasemen akhir Serie A.

Jika AC Milan seri dan Inter Milan menang, maka kedua tim akan memiliki jumlah poin yang sama. Dalam situasi itu, AC Milan akan juara karena menang head to head melawan Inter Milan. Tapi, skenario itu urung tercipta lantaran AC Milan menang di pertandingan terakhir.
Hanya saja, tidak seperti di Liga Premier, Serie A memang menggunakan rekor pertemuan jika ada tim yang memiliki poin sama untuk menentukan posisi di klasemen.

Namun, pekan ini, Asosiasi Sepakbola Italia (FIGC) memutuskan akan mengubah aturan tersebut. Mulai musim depan, perburuan gelar akan ditentukan melalui play-off sekali di tempat netral jika ada tim yang memiliki poin sama. Jika selama 90 menit masih imbang, langsung adu penalti.
Play-off hanya digunakan untuk menentukan tim juara. Klub di posisi berikutnya tetap akan menggunakan head to head.


Dengan keputusan ini, Italia kembali ke bernostalgia dengan masa lalu. Pasalnya, sebelum musim 2005/2005, Serie A selalu menggunakan play-off sebagai penentu Scudetto, tiket Eropa, hingga tim degradasi.
Ketika play-off digunakan, sepakbola Italia memunculkan banyak drama menarik di lapangan. Contohnya pada 1963/1964. Ketika itu, Inter Milan benar-benar kalah di play-off melawan Bologna.

Inter Milan juga kehilangan gelar pada hari terakhir musim 2001/200. Saat itu, mereka kalah dari Lazio. Sementara Juventus dan AS Roma sama-sama memenangkan pertandingan. Itu artinya, Inter Milan menjadi salah satu Italia paling sial dalam perburuan Scudetto.