Kabar kurang sedap di saat lagi nyaman-nyaman di puncak klasemen...
Arsenal boleh saja senang karena sementara mereka berada di puncak klasemen Liga Inggris 2022/23. Namun The Gunners  terancam mendapat sanksi dari Uni Sepak Bola Eropa (UEFA). Tim besutan Mikel Arteta itu diduga telah melanggar aturan tentang Financial Fair Play (FFP).

Menurut laporan The Sun, Arsenal dan sejumlah klub top Eropa lainnya diduga melanggar aturan FFP karena uang yang dikeluarkan tak sebanding dengan hitung-hitungan pemasukan klub. Uang yang dimaksud tentu saja digunakan untuk mendatangkan sejumlah nama-nama jempolan pada musim lalu.

Tercatat, lebih dari 140 juta poundsterling atau sekitar Rp 2,4 triliun yang dikeluarkan Arsenal dalam kurun waktu satu musim terakhir.




Dana tersebut digunakan The Gunners untuk memoles skuad mereka dengan mendatangkan pemain-pemain seperti Ben White, Aaron Ramsdale, Martin Odegaard, Takehiro Tomiyasu, Albert Sambi Lokonga, dan Nuno Tavares.

Tak berhenti disitu, pengeluaran jor-joran klub London Utara itu juga berlanjut di musim ini

"UEFA tengah menyelidiki beberapa klub perihal adanya dugaan pelanggaran aturan FFP. Arsenal menjadi salah satu klub yang dipantau oleh UEFA saat ini," tulis laporan  The Sun.

Di lain sisi, pengeluaran Arsenal di musim ini turut menjadi perhatian UEFA. Maklum saja The Gunners telah mendaratkan lima pemain anyar di akhir musim 2021/22 dengan harga yang tak bisa dibilang murah.

Arsenal diketahui menggelontorkan dana yang cukup besar untuk mendatangkan kelima pemain tersebut. Total 120 juta poundsterling atau sekitar Rp 2,1 triliun. Antara lain pemain yang mendatangkan Gabriel Jesus dan Oleksandr Zinchenko dari Manchester City.

Padahal menurut laporan yang sama, Arsenal mengalami kerugian yang tak sedikit. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, Arsenal disinyalir mengalami kerugian besar mencapai  200 juta poundsterling atau sekitar Rp 3,5 triliun.

Sehingga neraca keuangan mereka dinilai tidak seimbang.

Sekilas Tentang Financial Fair Play

Aturan FFP telah diterapkan oleh UEFA sejak tahun 2011 silam. Saat itu Presiden UEFA, Michael Platini, yang menjadi pencetus adanya aturan ini yang secara garis besar bertujuan untuk mencegah klub dari kebangkrutan. Singkatnya, setiap klub harus bisa menyeimbangkan neraca keuangan antara pengeluaran dan juga pemasukan.

Jadi, bila pemasukan dan pengeluaran klub pada akhirnya tidak seimbang, maka UEFA dapat memberikan sanksi tegas kepada klub-klub yang melanggar. Salah satu sanksi terberatnya adalah absen di ajang Eropa, seperti Liga Champions dan juga Liga Europa.