Ini terjadi pada 1978. Sebuah laporan yang mengubah dunia.
Saat itu, Diego Maradona masih bermain untuk Argentinos Juniors. Masih belum banyak klub Eropa yang menyadari seorang calon megabintang akan lahir.
5 Reuni di Fase Grup Liga Champions Musim Ini
3. Teknik sepakbola: Tak terkalahkan.
Kisah Gustavo Oberman, Gusur Lionel Messi di Argentina U-20 Kini Didepak Klub Divisi IV
5. Taktik individu: Kecerdasan lengkap dalam sepakbola. Rasa yang lengkap untuk sepakbola. Pemandangan yang bagus. Kecepatan yang sangat baik dalam efisiensi.
"Jika sepakbola bersifat universal, begitu pula Diego, karena Maradona dan sepakbola adalah sinonim. Tapi, pada saat yang sama, dia benar-benar orang Argentina, yang membantu menjelaskan kekuatan emosional yang selalu dia miliki di negara kita," tulis Jorge Valdano.
César Luis Menotti, el entrenador que dirigió a Diego Maradona en la selección Argentina y en el Barcelona, no aguantó la nostalgia y con la voz entrecortada soltó una frase lapidaria: “estoy hecho mierda por la muerte de Maradona. Siento mucho dolor”. https://t.co/yc957c4H9k pic.twitter.com/iI1O5ljwpM
— El Espectador (@elespectador) November 25, 2020
"Begitulah simbolis, kekuatan sentimentalnya sehingga dengan Maradona yang miskin mengalahkan yang kaya dan dukungan tanpa syarat yang datang dari bawah sebanding dengan ketidakpercayaan dari atas. Orang kaya benci kehilangan. Tapi, pada akhirnya musuh terbesarnya pun terpaksa tunduk padanya. Mereka tidak punya pilihan lain," ungkap legenda Real Madrid itu.
Barcelona's Bernd Schuster, Cesar Luis Menotti and Diego Maradona, 1983/84. (Photo: Bild) pic.twitter.com/Lu8npby9oF
— A Football Archive* (@FootballArchive) December 14, 2019