Memang apa perbedaannya dengan sang legenda?
Meskipun dianggap sebagai seorang profesional terbaik sepanjang kariernya di Manchester United, Paul Scholes tidak takut melanggar aturan jika itu untuk membantu timnya.

Dia terbukti menerima 97 kartu kuning dan empat kartu merah di Liga Premier.

Memang, Scholes mengakui dirinya sendiri sebagai pemain yang bisa saja berbuat curang. “Tentu saja saya bisa melakukan tekel,” katanya kepada 5 Live pada 2011. “Ada banyak bukti bahwa saya bisa melakukan tekel.”

Arsene Wenger, misalnya, tidak tertipu dengan kemampuan Scholes. “Siapa yang tidak menginginkan pemain berkualitas seperti Paul Scholes di timnya? Tapi, tanyakan kepada saya apakah dia pemain yang adil, saya katakan tidak. Saya minta maaf, bagi saya, dia tidak adil,” kata manajer Arsenal saat itu pada 2010.

“Ada sedikit sisi gelap dalam dirinya. Saya tidak suka beberapa hal yang dia lakukan. Bukan karena Anda tiba-tiba menjadi lebih tua, sehingga Anda menjadi orang suci.”

Ya, Scholes bukanlah pemain yang tanpa cela. Selain membalas dendam pada siapa pun yang berani melanggarnya, Scholes juga memiliki sisi yang pemarah dan kebiasaan kehilangan akal pada kesempatan ketika permainan tidak berjalan sesuai keinginannya.

Seperti, misalnya, di Piala Super Eropa melawan Zenit Saint-Petersburg. Ketika Manchester United tertinggal 2-1 dan hanya tersisa satu menit waktu normal, Scholes memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri.

Dia memiliki bakat luar biasa dalam mencetak gol melalui sundulan selama bertahun-tahun mengingat ukuran tubuhnya tentu itu adalah sesuatu yang luar biasa, dan ketika Wes Brown mengayunkan umpan silang ke area penalti Zenit, Scholes melompat untuk menjangkau dan mengarahkan bola ke sudut jauh atas.



Satu-satunya masalah adalah dia mengarahkannya, dengan sangat jelas, dengan tangannya yang terulur. Mirip Diego Maradona saat Argentina melawan Inggris di Piala Dunia 1986. Bukan dengan kepala.

John O'Shea melakukan yang terbaik untuk berpura-pura semuanya normal, tetapi Scholes bahkan tidak mau diganggu untuk melakukan itu. Dia masih terlihat sangat kesal. Scholes sadar dia mencetak gol tidak dengan cara yang normal dan wasit maupun pemain lawan sangat sadar kalau gol itu tidak sah.

Sialnya, dalam pertandingan itu, Scholes sudah menerima kartu kuning. Dia akhirnya mendapatkan kartu merah dari wasit.

Saat berjalan keluar lapangan, tampak Scholes kesal dengan rekan satu timnya, kesal karena Manchester United akan kalah. Wajahnya seperti seorang anak yang melempar mainannya dari kereta bayi.

Mungkin itu sikap yang wajar sebagai seseorang yang ingin memenangkan setiap pertandingan.

Sir Alex Ferguson tampaknya tidak terlalu peduli setelah pertandingan: “Ketika seseorang dikeluarkan dengan meninju bola… sedikit disayangkan, itu adalah hal yang naluriah.”

Itulah satu momen yang menggambarkan sisi lain dari seorang Scholes.