Selain Ranomi Kromowidjojo yang menyumbang emas Olimpiade, sosok berdarah Jawa yang mencuat di sepakbola adalah Kasanwirjo.
Dunia mengenal perenang berdarah Jawa yang pernah menyumbang emas Olimpiade yaitu Ranomi Kromowidjojo. Selain itu ada lagi pemain timnas Belanda junior yang menjadi bahan perbincangan yaitu Neraysho Kasanwirjo.

Highlight Neraysho Kasawirjo untuk musim 2019/2020 adalah, dia sekarang memperkuat Ajax U-19. Dia lahir pada 18 Agustus 2002. Dia meneken kontrak profesional dengan Ajax pada 2018. Dia membela timnas Belanda U-17 yang menjadi juara Eropa U-17 di Irlandia pada Mei 2019.

Delapan di antara anggota timnas Belanda U-17 berasal dari Ajax. “Sebagian besar kami sudah bergabung dengan Ajax selama 8-9 tahun. Ini sungguh spesial. Kami semua mempunyai hubungan yang bagus,” kata Kasanwirjo.

Posisi Neraysho Kasanwirjo adalah sebagai center back. Baik di Ajax Amsterdam U-19 maupun di timnas Belanda U-17.



Neraysho Kasanwirjo yang kini berusia 17 tahun telah bermain di Ajax sejak 2011. Situs resmi Ajax pernah menurunkan wawancara khusus dengan Kasanwirjo pada Maret 2019 sebelum Ajax U17 lawan Feyenoord U-17. Berikut nukilan pernyataan pemain yang mengaku dipanggil rekannya dengan nama Sergio Ramos.





“Bagi saya setiap pertandingan terasa seperti final, tetapi melawan Feyenoord itu ada sedikit perasaan lebih daripada melawan tim lain. Secara resmi saya adalah pemain di Ajax U17 dan saya akan bergabung dengan Ajax U19 mulai musim depan (musim 2020). Tim tempat saya bergabung dan berlatih tergantung pada laga yang akan dimainkan. Selama seminggu saya terutama berlatih dengan U19. Kalau U19 tidak ada pertandingan saya bergabung dengan U17. Permainan di U19 lebih mengutamakan kecepatan tetapi saya rasa saya bisa beradaprasi.”

“Saya menjalani debut untuk Ajax U19 dengan kalah 1-3 dari AZ. Debut yang kurang bagus. Tapi saya tidak masalah. Baik-baik saja. Para pemain di U19 lebih besar dan lebih kuat. Juga tempo permainan agak lebih tinggi, tapi saya pikir saya bisa beradaptasi dengan cukup baik.”

Bagaimana Anda menggambarkan diri Anda sebagai pemain bola? “Saya adalah bek tengah yang kokoh yang mencintai bola. Saya juga ingin berkontribusi menyerang, misalnya, memberikan umpan ke depan yang baik. Saya dulu bermain di klub amatir di posisi nomor 10. Di Ajax saya menjadi pemain bertahan, itu berjalan dengan baik. Orang-orang di tim terkadang memanggil saya Sergio Ramos.

Apakah Anda pernah dibandingkan dengan pemain bola lain? “Di dalam klub mereka pikir saya terlihat seperti Navajo Bakboord (pemain Belanda yang bergabung dengan Heracles), saya tidak tahu persis mengapa. Rekan-rekan kadang memanggil saya Sergio Ramos, karena mereka juga menganggap saya seorang bek yang keras. Saya pikir itu tidak buruk.

Siapa panutan Anda, di Ajax atau di tempat lain? "Matthijs de Ligt! Saya sangat memperhatikannya, Matthijs adalah bek yang baik dan kokoh. Dia adalah pemimpin sejati dan saya pikir saya bisa belajar sesuatu dari itu. Di luar Ajax, ibu saya adalah panutan terbesar saya. Orangtua saya bercerai dan ibu saya selalu mendukung kami dalam segala hal. Dia ada di semua pertandingan dan turnamen, sementara dia juga bekerja. Saya sangat menghargai itu."