Ada pesan yang ditujukan kepada pemerintah.
Sebagai salah satu peserta Piala Dunia 2022, tim nasional Iran juga memanfaatkan jeda internasional untuk pertandingan uji coba. Mereka melawan Uruguay dan Senegal.
Saat lagu kebangsaan Iran dimainkan melalui pengeras suara, para pemain Iran terlihat mengenakan jaket hitam yang menutupi logo negara. Beberapa pemain menyanyikan lagu kebangsaan. Tapi, sebagian besar tidak. Bahkan, banyak yang sambil menunduk tidak antusias.
Peraturan yang dimaksud adalah kewajiban mengenakan jilbab bagi kaum perempuan. Bukan hanya wajib, pelanggar aturan itu bisa dihukum berat. Akibatnya, seorang gadis berusia 22 tahun, Mahsa Amini, harus meninggal dunia dalam tahanan Polisi Syariah akibat tidak mengenakan jilbab.
Momen Cuplikan Messi Terkejut dengan Intervensi Fans ke Lapangan
Ini adalah protes terbesar di Iran dalam hampir 30 tahun. Menurut The Guardian, setidaknya 41 orang telah tewas sejak demonstrasi dimulai. "Beberapa pengunjuk rasa wanita telah melepas dan membakar jilbab mereka dalam aksi unjuk rasa dan memotong rambut mereka. Beberapa menari di dekat api unggun besar untuk tepuk tangan orang banyak," tulis The Guardian.
Mahsa Amini, 22, is in a coma after being tortured by Iranian authorities.
— Leah Remini (@LeahRemini) September 15, 2022
This would be unacceptable no matter what, but the fact that she was arrested for improper wearing of the hijab makes it even more horrifying.
Please join me in sharing her name and story.#مهسا_امینی pic.twitter.com/FEB6BYfIZO
Kaveh Solhekol explains why there are protesters outside the World Cup warm up match between Senegal and Iran following the death of 22-year-old Mahsa Amini. pic.twitter.com/lt99IYrokG
— Sky Sports News (@SkySportsNews) September 27, 2022
"Paling buruk saya akan dipecat dari tim nasional. Tidak masalah. Saya akan mengorbankan itu untuk satu helai rambut di kepala wanita Iran. Cerita ini tidak akan dihapus. Mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan. Malu pada anda (pemerintah) yang mudah membunuh. Panjang umur wanita Iran," tulis Sardar Azmoun di Instagram.