Sedikit mirip Hakan Sukur di Turki..
Demonstrasi besar-besaran menentang kewajiban jilbab bagi kaum wanita yang sedang melanda Iran ternyata berdampak pada beberapa sosok populer, termasuk pesepakbola. Bahkan, bintang lapangan hijau sekelas Ali Daei harus menerima kenyataan pahit dicekal rezim yang berkuasa.

Bagi sepakbola Iran, Ali Daei layaknya Diego Maradona di Argentina atau Pele di Brasil. Ali Daei dipuja karena kontribusinya di lapangan sebagai pemain maupun pelatih. Dia membawa Iran ke Piala Dunia dan menjadi pahlawan di banyak pertandingan internasional.

Ali Daei adalah pencetak gol internasional terbanyak sepanjang masa dengan 109 gol sampai Cristiano Ronaldo datang dan memecahkannya tahun lalu.

Namun, itu dulu. Akibat dukungan terhadap gerakan jalanan yang muncul sebagai konsekuensi dari kematian Mahsa Amini dalam tahanan Polisi Syariah Iran, bulan lalu, Ali Daei dilarang berpergian ke luar negeri. Dia dicekal dan paspornya disita oleh pemerintah.

Ali Daei mendukung gerakan itu karena bersimpati kepada Mahsa Amini, yang ditahan Polisi Syariah Iran gara-gara tidak mengenakan jilbab dengan benar. Tiga hari setelah penangkapan itu, dia meninggal di tahanan. Itu memicu demostrasi besar yang mengarah pada tuntutan pergantian rezim.

Pemerintah teokratis di Iran berpendapat, wanita berusia 22 tahun itu memiliki kondisi kesehatan yang mendasari kematiannya. Tapi, keluarganya dan jutaan pengunjuk rasa bersikeras, Mahsa Amini dibunuh.

Ali Daei berpendapat, apa yang dilakukan Pemerintah Iran terhadap Mahsa Amini dan wanita lainnya dengan memaksa menggunakan jilbab adalah hal yang salah. Mantan pemain Bayern Muenchen itu kemudian mengungkapkan pendapatnya dengan mendukung para demonstran.

Ali Daei memprotes pelanggaran hak-hak perempuan di Iran dengan sebuah postingan di Instagram, yang menunjukkan seorang gadis menari setelah melepas jilbabnya.



Akibat postingan itu, otoritas berwenang di Iran langsung menyita paspornya. Itu dilakukan setelah Ali Daei kembali ke Teheran dari sebuah acara sepakbola di Istanbul, Turki. Mantan bintang Hertha Berlin itu juga dilarang meninggalkan Iran dengan alasan apapun.

"Tanah Air saya Iran. Berarti, keluarga saya, ayah dan ibu saya, anak perempuan saya dan rekan senegaranya adalah saudara dan saudari saya. Saya pasti akan tinggal bersama mereka selamanya," tulis Ali Daei.

"Mereka yang berbicara tentang revolusi dan mimpi para syuhada, tahukah mereka bahwa mimpi-mimpi ini adalah kemiskinan, korupsi, prostitusi, penggelapan, dan... Itu belum terjadi dan kita tidak bisa mengoreksi diri kita sendiri," tulis Ali Daei dengan berani.



Tampaknya, Pemerintah Iran ketakutan Ali Daei akan mendatangkan pengaruh buruk. Pasalnya, berkat keberanian dirinya, sejumlah pemain tim nasional Iran juga mengeluarkan suaranya. Contohnya, penyerang Bayer Leverkusen, Sardar Azmoun.

Selain itu, pekan lalu, ketika Iran beruji coba dengan Senegal di Austria, para pemain kompak mengenakan jaket hitam tanpa logo. Itu sebagai dukungan dan bentuk duka terhadap Mahsa Amini. "Paling buruk, mereka akan melarang saya bermain di Piala Dunia 2022. Tidak masalah," kata Sardar Azmoun saat itu.

Apa yang menimpa Ali Daei mirip dengan Hakan Sukur. Legenda sepakbola Turki itu harus mengasingkan diri ke Amerika Serikat (AS) setelah diancam hukuman mati oleh Pemerintah Turki. Penyebabnya, pilihan politik legenda Galatasaray yang berseberangan dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan.