Bersyukurlah anda yang hidup dan tinggal di Indonesia..
Berita kurang baik datang dari Iran jelang Piala Dunia 2022. Militer di negara tersebut dikabarkan menangkap dan menahan anggoga tim nasional sepakbola pantai yang baru kembali dari turnamen internasional di Uni Emirat Arab (UEA), Intercontinental Cup 2022. Penyebabnya, memprotes rezim yang berkuasa.

Pemerintah Iran telah lama menjadi sasaran kritik dari berbagai pihak, termasuk dari rakyatnya sendiri. Protes-protes itu membutuhkan keberanian level dewa karena aparat keamanan Iran tak segan melakukan tindakan keras.

Salah satu contoh kejamnya perlakuan Iran terhadap warga negaranya sendiri  dialami tim nasional sepakbola pantai. Belum lama ini para pemain diamankan militer di sebuah tempat penahanan. Mereka diintrogasi dan dihingga kini tidak diketahui nasibnya.

Langkah itu ditempuh militer Iran karena para pemain menunjukkan solidaritas terhadap kematian Mahsa Amini.

Protes itu dilakukan para pemain saat timnas sepakbola pantai Iran mengalahkan Brasil 2-1 pada pertandingan final di Dubai, Minggu (6/11/2022). Saat itu, Saeed Piramoon muncul sebagai pahlawan berkat gol kemenangan yang dicetak. Itu menjadi gelar keempat Iran di ajang resmi Asosiasi Sepakbola Pantai Dunia (BSWW).

Berhubung kondisi di Iran sedang tidak harmonis terkait meninggalnya Mahsa Amini, para pemain sepakbola pantai Iran tak lupa mengeluarkan pendapatnya. Mereka mengeluarkan simbol-simbol dukungan kepada Mahsa Amini dan gerakan perlawanan kepada rezim berkuasa.

Caranya, mengikuti langkah timnas sepakbola Iran saat laga uji coba melawan Senegal bulan lalu. Sebelum pertandingan dengan Brasil dimulai, para pemain Iran mengambil sikap dengan tidak menyanyikan lagu kebangsaan.

Tidak hanya itu, saat selebrasi gol, Saeed Piramoon meniru gerakan para demonstran antipemerintah, yaitu menjambak rambutnya dan seolah-olah memotongnya menggunakan gunting. Itu adalah simbol bagi dukungan hak-hak perempuan yang lebih baik di Iran.

Sikap mereka mendapat pujian luas dari komunitas internasional. Tepuk tangan meriah didapatkan di stadion. Rekaman aksi mereka viral di berbagai platform media sosial di seluruh dunia.





Namun, hal berbeda terjadi di Iran. Para pejabat sepakbola Iran, para pejabat pemerintah, dan tentu saja petugas keamanan siap menerkam pemain ketika kembali ke Teheran. "Orang-orang yang tidak mengikuti etika profesional dan olahraga akan ditangani sesuai dengan peraturan," bunyi pernyataan Asosiasi Sepakbola Iran (IRIFF).

"Sesuai peraturan Republik Islam Iran dan Kode Etik Olimpiade serta aturan FIFA, perilaku politik harus dibuang dari olahraga," lanjut pernyataan tersebut.

Ancaman itu akhirnya dibuktikan. Laporan lembaga-lembaga pemantau HAM di Iran menyatakan militer telah "mengamankan" timnas sepakbola pantai Iran. Laporan menyebut belasan pria berseragam menyambut pemain di bandara, dan langsung membawa mereka ke tempat yang misterius.