Stadion kecamatan kok dipakai...
Kualitas infrastruktur sepak bola di Indonesia berupa stadion dan lain sebagainya terdongkrak seiring dengan seringnya Indonesia menjadi tuan rumah beberapa event olahraga besar dari level Asean, Asia, sampai dunia. Sebut saja Sea Games 2011, Asian Games 2018, Piala Dunia U-20 2023, dan lainnya.
Dari puluhan stadion berstandar FIFA, Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah sejak lama menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Stadion yang dibangun pada 1960-an awal itu sudah banyak direnovasi, alhasil kini semakin cantik.
Stadion berkapasitas kurang lebih 77 ribu penonton itu akan menjadi tempat Timnas Indonesia menjamu Timnas Vietnam dalam leg pertama babak semifinal Piala AFF 2022.
Ya, tim besutan Park Hang-seo akan dimanjakan oleh rumput yang sama yang menjadi vanue Piala Dunia U-20 2023.
Kualitas rumput yang jempolan, halus bagaikan permadani.
Itu baru satu aspek. Belum lagi fasilitas ruang ganti dan bahkan Nguyen Tien Linh cs mungkin sudah terpesona ketika melihat GBK dari luar dan sebagainya.
Mau dikata apalagi, keelokan GBK tak sebanding dengan markas mereka yakni Stadion Nasional My Dinh yang terletak di Hanoi. Dari segala aspek stadion yang dibangun pada 2002 itu sangat jelas kalah jauh dari GBK.
Di antara yang menggelitik tentu saja adalah rumput lapangan yang kering dan gersang, tidak hijau dan mengkilap sebagaimana standar stadion-stadion berkelas. Kalau dilihat-lihat dengan seksama, kualitas rumput stadion berkapasitas 40 ribu penonton itu cocok dipakai untuk berkebun. Para petani kentang barangkali berminat menyewa stadion tersebut.
Buruknya kualitas My Dinh diakui langsung oleh Park Hang-seo, di mana dalam konferensi pers melawan Timnas Myanmar sedang terlihat mencabuti rumput liar yang tumbuh. Itu menunjukkan lapangan stadion tersebut kurang atau mungkin sama sekali tidak dirawat. Terlihat jelas juga bagaimana kualitas rumput dalam siaran langsung via televisi.
Namun mau bagaimana lagi, stadion itulah yang sudah ditetapkan oleh tim besutan Park Hang-seo menjadi home base selama Piala AFF 2022.
Tak ada pilihan lain, itu berarti Marc Klok dan rekan-rekan bakal menggenakan sepatu dengan pull besi di leg kedua pada Senin (9/1) mendatang.
Dari puluhan stadion berstandar FIFA, Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah sejak lama menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Stadion yang dibangun pada 1960-an awal itu sudah banyak direnovasi, alhasil kini semakin cantik.
BACA BERITA LAINNYA
Momen Barcelona Kewalahan Lawan Klub Divisi 3 Liga Spanyol, Hampir Kalah
Momen Barcelona Kewalahan Lawan Klub Divisi 3 Liga Spanyol, Hampir Kalah
Kualitas rumput yang jempolan, halus bagaikan permadani.
Mau dikata apalagi, keelokan GBK tak sebanding dengan markas mereka yakni Stadion Nasional My Dinh yang terletak di Hanoi. Dari segala aspek stadion yang dibangun pada 2002 itu sangat jelas kalah jauh dari GBK.
BACA BERITA LAINNYA
Takut Suporter Indonesia, Vietnam Minta Keamanan Ditambah
Takut Suporter Indonesia, Vietnam Minta Keamanan Ditambah
Buruknya kualitas My Dinh diakui langsung oleh Park Hang-seo, di mana dalam konferensi pers melawan Timnas Myanmar sedang terlihat mencabuti rumput liar yang tumbuh. Itu menunjukkan lapangan stadion tersebut kurang atau mungkin sama sekali tidak dirawat. Terlihat jelas juga bagaimana kualitas rumput dalam siaran langsung via televisi.
Namun mau bagaimana lagi, stadion itulah yang sudah ditetapkan oleh tim besutan Park Hang-seo menjadi home base selama Piala AFF 2022.